Kesehatan

Bebas Kalut, Ini Cara Tangani Gangguan Ginjal Akut Anak

Bebas Kalut, Ini Cara Tangani Gangguan Ginjal Akut Anak

Merebaknya kasus gangguan ginjal akut anak sejak Januari 2022 hingga pesatnya jumlah kenaikan kasusnya hingga bulan Oktober tentu membuat Ibu dan Ayah serba khawatir. Bagaimana tidak, gangguan ginjal akut anak telah banyak memakan banyak korban.

Bahkan, sejauh ini penyebab munculnya penyakit ini adalah cemaran Etilen Glikol dan Dietilen Glikol pada obat sirup.Tapi benarkah cemaran kedua zat ini adalah penyebab utama? Benarkah tidak ada yang bisa orang tua lakukan sebagai langkah pencegahan jika sudah terlanjur sering memberi obat sirup?

Dokter anak spesialis konsultan, dr. Cahyani Gita Ambarsari, Sp.A(K) membagikan pemahaman lebih mendalam dalam Live bersama Ibupedia tentang gangguan ginjal akut anak yang sedang marak jadi perbincangan.

Mengenal gangguan ginjal akut anak


Dokter Cahyani menjelaskan bahwa gangguan ginjal akut anak ini didefinisikan sebagai penurunan fungsi ginjal secara mendadak yang menyebabkan ginjal tidak mampu menjaga keseimbangan cairan dan kimia dalam tubuh.

Gangguan ginjal anak ini sangat perlu diwaspadai mengingat kedua organ penting ini diharapkan mampu bekerja hingga puluhan tahun ke depan, membersamai anak kita tumbuh menjadi remaja, dewasa, hingga menua. Sedangkan bila sudah menderita gangguan ginjal akut ini, dengan penangan yang terlambat akan memperkecil peluang untuk sembuh sempurna tanpa efek dan gejala sisa di masa depan.

Idealnya, gangguan ginjal akut anak ini mulai diduga ada sejak 6 jam pertama ketika ada yang berbeda pada produksi urine anak. Bila terlambat mencapai 12-24 jam, maka gangguan ginjal ini akan lebih cepat mengalami perburukan atau penurunan tingkat kesehatan.

Di masa lampau, gangguan ginjal akut memiliki time frame (periode sakit) yang lebih lambat dibanding kasus-kasus yang ditemukan tahun ini. Bila pada tahun-tahun sebelumnya bahkan kasus serupa bisa terbantu dengan proses dialisis atau cuci darah, dalam kasus baru-baru ini perburukan pasien bisa lebih cepat meski sudah terbantu dengan dialisi. 

Inilah mengapa kasus gangguan ginjal akut anak ini disebut sebagai penyakit atipikal progresif, atau penyakit yang time frame-nya sangat pendek dan cepat menuju kematian. Anak-anak menjadi faktor risiko yang lebih rentan daripada orang dewasa karena semakin muda usianya, semakin tidak bisa anak mengekspresikan sakitnya. 

Sehingga lebih sering bagi mereka merasa bahwa tidak banyak minum-pun tidak apa-apa, tidak berbahaya juga kalau merasa belum buang air kecil dalam 6 jam. Di Indonesia kasus gangguna ginjal akut anak terbilang cukup tinggi. Karena gangguan ini tidak banyak ditemukan di Negara lain. 

Meski penyebab utama masih abu-abu, tapi para ahli meyakini adanya gangguan ginjal akut anak ini merupakan benturan dari beberapa faktor yang tengah melanda Indonesia, seperti:

  • Kemungkinan karena infeksi ringan yang tidak terdeteksi pada ginjal akibat Covid-19;
  • Adanya papatan infeksi sekunder;
  • Adanya substansi etilen glikol/dietilen glikol pada obat yang dikonsumsi anak.

Meski begitu penyebab ini bukan 100% berujung pada gangguan ginjal akut anak, mengingat bahwa sebagian besar pasien anak ini belum pernah mengalami Covid-19, tidak juga menerima vaksin Covid-19 karena masih balita, dan tidak juga mengalami infeksi akibat Bulan Imunisasi Anak Nasional karena kasus sudah ada sejak Januari sedangkan BIAN baru mulai pada Agustus. Inilah yang kemudian menggiring para ahli pada kesimpulan bahwa penyebabnya masih abu-abu.

Dampak gangguan ginjal akut anak


Pada kebanyakan kasus yang terungkap saat ini, muaranya adalah kematian. Tetapi tidak menutup kemungkinan ada pasien anak yang berhasil sembuh.

Dalam keadaan normal, fungsi ginjal harusnya >90ml/menit/luas permukaan tubuh. Tetapi pada pasien penderita gangguan ginjal akut anak, ketika fase sakitnya berat, fungsi ginjalnya menurun drastis. Sekalipun sembuh, angka fungsi ginjal ini biasanya berkisar 30 sampai <90ml/menit/luas permukaan tubuh.

Dimana ini akan berakibat pada penyakit ginjal kronik (chronic kidney disease) atau yang lebih awal dipahami sebagai gagal ginjal anak dan akan dibawa anak sampai dewasa. Semisal angka fungsi ginjal mencapai >90ml/menit/luas permukaan tubuh dan anak berhasil sembuh, masih ada sisa gejala seperti kebocoran protein, munculnya sel darah merah pada urine, yang berarti anak menderita kelainan ginjal jangka panjang.

Padahal, seperti harapan awal, kedua ginjal berfungsi baik untuk puluhan tahun ke depan. Sehingga jika gangguan ginjal akut anak ini bisa dideteksi kurang dari 12 jam, maka masih ada kemungkinan fungsi ginjalnya bisa diselamatkan sampai anak tua nantinya.

Mewaspadai gangguan ginjal akut anak

  • Cek volume dan warna urine anak. Jika dalam 6 jam (di siang hari) produksi urine berbeda (lebih sedikit, tidak ada sama sekali, berwarna kuning pekat atau cokelat), segera bawa anak ke IGD untuk pemeriksaan.
  • Bila anak mengalami demam, batuk, pilek, atau mengalami infeksi apapun dalam 2 minggu terakhir, perlu dilakukan observasi pada anak di fasilitas kesehatan. Sebagian kasus gangguan ginjal akut anak mengalami demam, sebagian juga mengalami batuk dan pilek, tapi ada juga tang tidak menunjukkan infeksi aktif apapun.

Pencegahan yang bisa Ibu dan Ayah lakukan

Dr. Cahyani menjelaskan langkah praktis dalam menangani gangguan ginjal akut anak:

1. Ayah dan ibu perlu mengikuti perkembangan informasi secara cepat tentang penyakit ini

Termasuk daftar obat yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi, berdasarkan rilisan BPOM. Pilih yang sudah diuji dan terbukti keamanannya, daripada memilih yang belum ada kepastian aman tidaknya dikonsumsi. Semua pemberian obat sebaiknya tidak diputuskan sendiri dan perlu konsultasi dengan dokter, bahkan bisa melalui telemedicine.

2. Jangan mudah memberikan obat

Bila anak sedang demam (37,5°C) hindari langsung memberi obat. Berikan penurun panas setelah berkonsultasi dengan dokter, saat suhu anak mencapai 38,0°C.

  • Berikan pertolongan pertama seperti:
  • Beri minum lebih banyak;
  • pakaikan baju longgar yang memungkinkan keringat keluar;
  • atur suhu ruangan menjadi 25-26°C;
  • kompres area lipatan tubuh seperti leher, ketiak dan paha dengan handuk yang direndam air suhu ruang (air kran).

3. Waspada dengan produksi urine anak

Masa gejala gangguan ginjal akut anak ini terjadi dalam 2 minggu setelah masa pemberian obat. Biasanya perburukan terjadi dalam 4-5 hari terakhir. Maka sebelum mencapai masa-masa kritis ini, observasi kembali urine anak dalam 6 jam terakhir.

Menghidrasi anak penting dilakukan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Kebutuhan cairan dalam sehari adalah:

  • 10kg = 1000ml
  • 20kg = 1500ml
  • 50 kg = min 2100ml

Cairan ini tidak harus berwujud air putih. Bisa dibagi dan divariasikan pada air minum, jus buah, atau makanan berkuah.

Bila anak masih dalam usia bayi yang full mengonsumsi ASI, maka cek dari tanda kecukupan ASI-nya, yaitu:

  • Popok berganti 6-8 kali sehari dengan urine tertampung;
  • Ada pola BAB yang rutin dengan tekstur lunak;
  • Berat badan naik sesuai standar kenaikan berat badan pada kurva.

Pengingat untuk Orang Tua


Wajar bila kekhawatiran orang tua meningkat seiring meningkatnya kasus gangguan ginjal akut anak ini. Tapi, kita masih bisa melakukan langkah-langkah penanganan dan maintenance yang tepat untuk menghindari risiko terkena penyakit ini:

1. Jangan melakukan self diagnosis. Tetaplah beracu pada diagnose dokter hasil berkonsultasi dan melakukan pemeriksaan. Bila anak menunjukkan gejala ringan, konsultasikan dulu lewat telemedicine bila memungkinkan. Lalu jika tidak membaik, bawalah segeran ke IGD untuk mendapatkan penangan tepat dan cepat;

2. Cukupi kebutuhan hidrasinya dan waspada dalam rentang 6 jam pertama jika urine mengalami perubahan;

3. Jaga kondisi ginjal anak tetap baik dengan:

  • cukup hidrasi;
  • hindari konsumsi obat atau supleme berlebihan tanpa saran dokter (termasuk diantaranya suplementasi vitamin tambahan, madu, atau herbal lainnya);
  • cegah obesitas anak dengan mengatur pola makan bergizi seimbang dan mengurangi asupan gula berlebih.

Kasus gangguan ginjal akut anak memang sudah merebak. Tapi bukan berarti orang tua tidak memiliki kesempatan untuk melakukan pencegahan sejak dini. Waspadai kemunculan tanda-tandanya agar kita dapat mempersiapkan masa depan anak-anak yang sehat dengan fungsi organ normal.