Kesehatan

Wajib Waspada! Ternyata Ini 9 Penyebab Mikrosefalus Pada Bayi

Wajib Waspada! Ternyata Ini 9 Penyebab Mikrosefalus Pada Bayi

Mikrosefalus pada bayi merupakan salah satu kondisi langka dan di Indonesia sendiri terdapat setidaknya kurang dari 150,000 kasus per tahun. Perawatan yang tepat dapat membantu menangani kondisi ini, namun mikrosefalus tidak dapat disembuhkan.

Melansir dari laman World Health Organization (WHO), mikrosefalus pada bayi adalah sebuah kondisi dimana bayi lahir dengan ukuran kepala kecil atau kepala berhenti tumbuh setelah lahir. Kondisi ini tidak dapat dideteksi begitu saja, diperlukan sejumlah tes laboratorium, diagnosa medis, hingga pencitraan tertentu untuk mengetahui kondisi pastinya.

Untuk mengenali kondisi ini, setiap adanya kelahiran dokter akan melakukan pengukuran pada lingkar kepala bayi baru lahir (setidaknya dalam 24 jam), dan membandingkannya dengan standar yang sudah ditetapkan oleh World Health Organization (WHO). Pengukuran ini akan terus dilakukan untuk mengetahui laju pertumbuhan kepala pada awal kehidupan bayi.

Photo source: Wikipedia

Bayi yang dilahirkan dengan kondisi mikrosefalus dapat mengalami kejang dan mengalami keterlambatan tumbuh kembang sehingga harus terus belajar seiring bertambahnya usia. Sampai saat ini belum ada pengobatan khusus untuk mengobati mikorsefalus pada bayi.

Dokter juga belum bisa memastikan apakah bayi akan terbebas dari kondisi langka ini. Namun dokter menyarankan agar, pemeriksaan USG rutin dilakukan terutama pada trimester ketiga kehamilan untuk melihat secara pasti apakah bayi dinyatakan aman dari mikrosefalus ataupun justru sedang mengalaminya.

Masih melansir dari laman World Health Organization (WHO), para peneliti terus mempelajari mengenai mikorsefalus pada bayi dan seiring berjalannya waktu kondisi langka ini semakin bertambah jumlahnya. Hal ini kemudian segera dikelompokkan dan telah dilaporkan dalam konteks wabah infeksi virus Zika saat bayi berada dalam kandungan.

Gejala mikrosefalus yang umum terjadi

Photo Credit: CNN IndonesiaMelansir dari laman Mayo Clinic, gejala mikrosefalus pada bayi ditandai dengan ukuran kepala yang jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan anak lain yang usia dan jenis kelaminnya sama. Ahli juga mengungkapkan bahwa gejala mikrosefalus parah pada bayi dapat ditandai dengan kondisi dahi yang tampak miring.

Gejala mikrosefalus ini merupakan kondisi neurologis yang cukup langka namun tetap harus menjadi perhatian penuh siapapun. Gejala mikrosefalus terkadang terdeteksi setelah anak lahir yang seringnya mengakibatkan berhentinya perkembangan otak, selain itu mikrosefalus juga dapat terjadi karena perkembangan otak terhenti saat berada di dalam Rahim.

Penyebab mikrosefalus yang perlu kita waspadai

Photo source: CDCMelansir dari laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penyebab mikrosefalus belum bisa diketahui secara pasti, namun para ahli telah menduga beberapa hal berikut yang menjadi penyebab mikrosefalus berat pada bayi:

1. Janin mengalami infeksi tertentu selama kehamilan

Penyebab mikrosefalus dapat dikarenakan adanya infeksi saat kehamilan terjadi, misalnya seperti rubella, toksoplasmosis, atau cytomegalovirus. Untuk mencegah hal ini, Ibu bisa langsung berkonsultasi pada dokter kandungan supaya mendapatkan penanganan yang tepat.

2. Mengalami mal nutrisi berat saat hamil

Kehamilan memang momen yang sangat dinantikan, namun hal ini harus diimbangi dengan asupan makanan yang bergizi untuk perkembangan janin yang sehat. Penyebab mikrosefalus berat pada bayi, dapat disebabkan karena, saat hamil janin mengalami mal nutrisi berat atau tidak mendapatkan asupan makanan sehat yang cukup.

3. Paparan zat berbahaya

Saat hamil Ibu harus lebih ekstra hati-hati dalam merawat kandungannya. Selain makan makanan yang sehat, Ibu juga harus waspada terhadap paparan zat berbahaya seperti alkohol, obat-obatan, hingga zat kimia beracun.

4. Suplai darah pada janin terganggu

Penyebab mikrosefalus pada bayi dapat juga disebabkan karena suplai darah ke otak bayi yang kurang dan terganggu sehingga menghambat pertumbuhan otak bayi di dalam kandungan. Bicarakan kembali pada dokter kandungan Ibu supaya selama kehamilan mendapatkan suplemen makanan yang tepat dan bagus untuk perkembangan janin.

5. Terpapar virus Zika

Photo source: CNN Indonesia

Baru-baru ini para peneliti mengumpulkan fakta baru yang kemudian telah diserahkan langsung pada World Health Organization (WHO). Para ilmuwan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengumumkan bahwa ada banyak cukup bukti yang terkumpul untuk menyimpulkan bahwa, infeksi virus Zika selama kehamilan merupakan penyebab mikrosefalus pada bayi yang diikuti oleh cacat otak lainnya.

6. Craniosynostosis

Melansir dari laman Mayo Clinic, penyebab mikrosefalus bisa jadi karena bayi mengalami   Craniosynostosis yaitu, kondisi dimana adanya penggabungan awal sendi antara lempengan tulang yang membentuk tengkorak bayi sehingga otak tidak tumbuh dengan baik. Pengobatan   Craniosynostosis dapat dilakukan dengan cara pembedahan untuk memisahkan tulang yang menyatu, sehingga tekanan pada otak dapat berkurang dan dapat memberikan ruang yang cukup untuk pertumbuhan otak.

7. Adanya perubahan genetik

Anak-anak dengan kondisi down sindrom atau kondisi lainnya kemungkinan merupakan penyebab mikorsefalus utama pada bayi. Perawatan yang lebih tepat adalah dengan berkonsultasi secara spesifik pada dokter spesialis yang berwenang.

8. Anoksia serebral


Penyebab mikrosefalus dapat juga karena terjadinya anoksia serebral yaitu kondisi dimana terjadinya penurunan oksigen ke otak janin. Hal ini dapat disebabkan karena adanya komplikasi kehamilan atau persalinan tertentu sehingga dapat mengganggu pengiriman oksigen ke otak bayi.

9. Fenilketonuria yang tidak terkontrol

Kondisi ini terjadi saat tubuh Ibu tidak mampu memecah asam amino fenilalanin sehingga dapat mempengaruhi perkembangan otak janin selama masa kehamilan. 

Komplikasi pada mikrosefalus

Saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan mikrosefalus, namun Ibu tak perlu khawatir karena dokter biasanya akan menjadwalkan sejumlah terapi khusus untuk membantu si kecil mengejar tumbuh kembangnya. Sementara itu, orang tua perlu juga waspada terhadap komplikasi mikrosefalus yang mungkin terjadi seperti:

  • Perkembangan yang terlambat (wicara maupun fisik)
  • Kesulitan pada koordinasi tubuh serta keseimbangan
  • Mengalami dwarfisme atau perawakan pendek
  • Distorsi wajah
  • Hiperaktif
  • Penundaan intelektual
  • Kejang-kejang

Editor: Aprilia