Kelahiran

Nistagmus pada Bayi, Apakah Berbahaya?

Nistagmus pada Bayi, Apakah Berbahaya?

Pernahkah Ibu mendengar istilah Nistagmus pada bayi?

Nistagmus adalah suatu kondisi penglihatan, di mana mata membuat gerakan yang tidak terkontrol serta berulang. Nistagmus, ada beberapa pola gerakan, yaitu horizontal nystagmus (mata bergerak secara horizontal), vertical nystagmus dan rotary nystagmus (membentuk gerakan lingkaran). 

Pada setiap penderita gejalanya bisa berbeda, ada yang bergerak lambat, ada yang cepat, ada yang hanya mengenai sebelah mata, ada pula yang mengenai keduanya.

Namun, sebelum membahas jauh tentang nistagmus pada bayi, terlebih dahulu kita akan bahas soal gangguan pada mata pada bayi untuk membantu orang tua mengenali perbedaan gejala yang terjadi dan tentunya tidak boleh dianggap remeh. 

Karena bukan hanya bikin bayi merasa tidak nyaman, pada kasus tertentu, masalah pada mata bisa menyebabkan anak kehilangan penglihatannya. 

Anak, apalagi bayi, mungkin tidak menyadari bahwa mata atau penglihatannya bermasalah. Maka dari itu, penting untuk anak mendapatkan pemeriksaan pada matanya.

12 Jenis Penyakit Mata pada Bayi


Ibu, ketahui beberapa penyakit yang mungkin mengenai mata bayi, yaitu:

1. Amblyopia

Atau ‘mata malas’ adalah kondisi penurunan daya lihat, yang biasanya mengenai bayi baru lahir hingga anak usia tujuh tahun. Amblyopia disebabkan oleh perkembangan daya lihat yang tidak normal pada bayi, bisa juga disebabkan oleh mata juling, dst. 

Mata yang melemah ini bisa menyebabkan gangguan penglihatan jangka panjang. Jika ditangani sejak awal, maka potensi perbaikan akan lebih besar. Disarankan, sebelum usia anak mencapai delapan tahun. Terapi amblyopia, bisa dengan penggunaan kacamata, patching, obat tetes atau bahkan terkadang bedah.

2. Kelainan refraksi mata

Ada tiga kondisi dari refractive errors, yaitu rabun dekat (hipermetropi atau farsightedness, penyakit ini bisa bikin mata menjadi tegang dan pusing), rabun jauh (disebut juga dengan miopi atau nearsightedness. 

Beberapa studi mengatakan, kurang melakukan aktivitas luar ruangan bisa meningkatkan risiko anak mengalami gangguan ini) dan mata silinder (astigmatisme, juga bisa mengenai bayi baru lahir). Ketiganya adalah jenis gangguan kesehatan mata umum yang biasa mengenai anak maupun orang dewasa. 

3. Epifora

Adalah istilah medis untuk mata berair, dikarenakan produksi air mata berlebih atau saluran air mata yang tersumbat. Epifora biasanya mengenai orang lanjut usia, atau anak di bawah usia satu tahun. 

Penanganan epifora, tergantung dari apa yang menjadi penyebabnya. Sebagian kasus bisa sembuh dengan sendirinya, sedangkan pada kasus tertentu mungkin dibutuhkan pembedahan.

4. Konjungtivitis

Disebut juga dengan ‘pink eye’ atau ‘mata merah’, adalah peradangan pada konjungtiva, atau selaput bening yang menutupi bagian putih mata. Ketika pembuluh darah pada konjungtiva ini meradang, maka akan terlihat jelas. 

Nah, inilah yang bikin mata terlihat menjadi merah. Biasanya, konjungtivitis pada bayi disebabkan oleh infeksi bakteri, virus (yang ini menular, loh, Bu) atau pun alergi.

5. Katarak pediatrik

Walaupun biasa dialami oleh orang tua, namun nyatanya katarak juga bisa mengenai usia anak bahkan sejak lahir. Katarak pada anak ini, adalah salah satu penyebab kebutaan pada anak. Congenital cataract ini ada beberapa kemungkinan penyebabnya, mulai dari keturunan, rubella, infeksi dalam rahim, dst. 

6. Pediatric ptosis


Atau drooping eyelid, adalah kondisi kelopak mata turun. Ptosis kongenital (yang dimulai sejak lahir), biasanya disebabkan oleh otot yang mengangkat kelopak mata, tidak berkembang dengan sempurna.

7. Retinopathy of prematurity (ROP)

ROP, adalah gangguan kesehatan mata yang bisa mengenai bayi prematur, sebagai dampak dari perkembangan pembuluh darah retina yang tidak normal. Semakin dini bayi lahir, maka semakin tinggi risikonya mengalami retinopathy of prematurity ini. 

Tingkat keparahan ROP dibagi menjadi lima tahap. Jika mengenai tahap lima, maka pengobatan segera adalah hal utama, jika tidak, maka bayi berisiko kehilangan penglihatannya.

Nah, Bu, jika bayi Ibu lahir prematur, jangan lupa untuk segera melakukan pengecekan ROP, ya.

8. Pediatric glaucoma

Glaucoma terjadi karena tekanan di dalam mata terlalu besar. Nah, tekanan ini bisa merusak saraf mata, bahkan jika tidak ditangani dengan baik, bisa menyebabkan penderitanya kehilangan penglihatan. 

Untungnya, kondisi ini jarang terjadi. Glaucoma pada bayi dan anak, sulit untuk diketahui. Contoh glaucoma pada anak, misalnya air mata berlebih, sensitif terhadap cahaya, satu mata lebih lebar, dst.

9. Strabismus

Salah satu penyebab dari strabismus (mata juling) adalah gangguan pada otot mata. Mata juling, bisa mengakibatkan ambliopia, bahkan kehilangan penglihatan secara permanen jika tidak ditangani segera. 

10. Diplopia

Pada diplopia, penderitanya mengalami penglihatan ganda, yang bisa mengenai satu atau kedua mata. Selain itu, gejala lainnya adalah mata seperti juling dan nyeri di sekitar mata. Diplopia bisa disebabkan oleh banyak hal.

11. Nistagmus

Terjadi ketika satu atau kedua mata bergerak dengan tidak terkontrol.

12. Developmental abnormalities

Selama perkembangan janin, di dalam rahim, bisa saja terjadi sesuatu yang tidak normal. Contohnya yaitu coloboma (istilah yang menggambarkan lubang pada struktur mata), mikroftalmia (gangguan perkembangan yang menyebabkan satu atau kedua mata menjadi kecil), dan hipoplasia saraf optik (hilangnya suplai darah ke saraf optik).

Lantas, Apa Saja Gejala Nistagmus Pada Bayi?


Selanjutnya, mari membahas lebih banyak mengenai nystagmus. Istilah nistagmus mungkin masih terdengar asing di telinga Ibu. Jika Ibu mendapati mata bayi bergerak tidak terkontrol, maka mungkin saja, bayi mengalami nistagmus tersebut.

Ada beberapa gejala khas dari nistagmus pada bayi dan anak, di antaranya:

  • Mata bergerak berulang, di mana gerakan tersebut tidak dapat dikendalikan;
  • Biasanya penderitanya memiringkan atau membelokkan kepala (mengarahkan kepala pada posisi tertentu, agar penglihatan menjadi lebih fokus);
  • Pandangan kabur;
  • Sensitif terhadap cahaya;
  • Mengalami gangguan keseimbangan dan pusing; dan
  • Sulit melihat ketika gelap.

Beberapa bentuk nistagmus pada anak


  1. Infantile nystagmus syndrome (INS)
    Disebut juga dengan kongenital nistagmus, gangguan gerakan mata jenis ini umum mengenai bayi usia enam minggu hingga tiga bulan. Biasanya, mengenai kedua mata dan bergerak dengan pola horizontal. Infantile nystagmus syndrome, diduga karena keturunan. Bayi atau anak penderita nistagmus ini biasanya tidak mengalami pandangan goyang namun kabur atau buram.
  2. Acquired nystagmus
    Adalah nistagmus pada anak yang terjadi karena adanya gangguan pada bagian dalam telinga, misalnya akibat cedera.

Sedangkan keterangan pada situs allaboutvision.com, infantile nystagmus juga terbagi dalam beberapa jenis lainnya, yaitu:

  1. Congenital sensory nystagmus
    Adalah kondisi penglihatan anak tidak normal, akibat terganggunya informasi visual dalam mengirimkan sinyalnya ke otak. Hal ini bisa disebabkan oleh gangguan seperti katarak, kondisi refraktif (seperti rabun jauh, rabun dekat atau astigmatisme).
  2. Congenital motor nystagmus
    Nistagmus pada anak ini lebih umum terjadi dibandingkan dari yang sebelumnya, dan pada dasarnya anak memiliki penglihatan yang normal.

Penyebab Nistagmus pada Anak


  • Perkembangan saraf optik yang tidak sempurna;
  • Keturunan;
  • Albinisme. Kondisi kekurangan atau ketiadaan melanin dalam tubuh, atau yang lebih kita kenal dengan istilah albino. Salah satu dampak dari kekurangan melanin adalah bisa mengganggu penglihatan, karena melanin berperan dalam perkembangan saraf optik;
  • Cedera kepala. Hal ini biasanya merupakan penyebab dari nistagmus pada anak; dan
  • Gangguan penglihatan pada bayi atau anak, misalnya katarak kongenital (cacat bawaan dengan ciri lensa mata bayi buram), gangguan untuk fokus, mata juling, dst.

Mata yang mengalami gangguan nistagmus, bisa jadi tampak seperti mata juling. Namun, keduanya jelas berbeda, ya, Bu.

Untuk pemeriksaannya, dokter akan mengetes penglihatan anak, melihat kondisi mata serta telinga. Seperti apa penanganan nistagmus pada anak, yaitu tergantung dari apa yang menjadi penyebabnya. Penggunaan kacamata misalnya, bisa menjadi salah satu cara mengatasi nistagmus. 

Agar mata bayi terhindar dari penyakit, maka sebaiknya bayi mendapatkan pemeriksaan menyeluruh saat lahir. Pemeriksaan ini juga penting, agar anak segera mendapat penanganan seandainya terjadi sesuatu. 

Selain itu, juga disarankan agar anak kembali mendapatkan pemeriksaan mata saat ia memasuki usia sekolah, serta, setidaknya satu kali setiap satu hingga dua tahun, selagi anak dalam usia sekolah.

Editor: Dwi Ratih