Konsepsi

Sperma Dikeluarkan Di Luar, Belum Tentu Bisa Cegah Kehamilan, Lho!

Sperma Dikeluarkan Di Luar, Belum Tentu Bisa Cegah Kehamilan, Lho!

Salah satu metode yang bisa membantu mencegah kehamilan adalah menggunakan KB yang jenisnya ada beragam. Namun, nggak semua orang, terutama wanita mau menggunakan alat kontrasepsi tersebut.

Selain kondom, salah satu metode pencegah kehamilan yang juga sering diterapkan oleh pasangan suami istri adalah menerapkan metode ‘cabut singkong’ alias sperma dikeluarkan di luar. Konon, metode ini dianggap cukup efektif dalam mencegah kehamilan.

Metode sperma dikeluarkan di luar termasuk dalam jenis senggama terputus. Selain lebih tidak menguras biaya khusus, metode ini juga tidak ada efek samping dibandingkan Ibu menggunakan alat kontrasepsi hormonal lainnya.

Tapi, yang jadi masalah adalah seberapa efektifkah ketika sperma dikeluarkan di luar dapat mencegah kehamilan? Apalagi jika Ayah tidak menggunakan alat kontrasepsi tambahan seperti kondom. Sebab, tidak semua Ibu nyaman menggunakan KB hormonal.

Nah, supaya nggak penasaran dan tidak deg-degan kali berhubungan intim, ada baiknya simak terlebih dahulu ulasan lengkapnya berikut ini, ya Bu!

Sperma dikeluarkan di luar, bisakah cegah kehamilan?


Tanpa disadari, ternyata saat berhubungan seksual tanpa alat kontrasepsi, cairan dari penis tetap dapat masuk ke dalam vagina, lho!  Cairan ini dikenal dengan istilah medis yang disebut dengan precum atau cairan preejakulasi.

Cairan ini ternyata juga mengandung sperma. Melansir Medical News Today cairan precum ini sebenarnya sudah mulai diproduksi begitu penis mengalami ereksi. Bahkan ketika ereksi, ketegangan di penis ini juga bisa mengandung sperma.

Sehingga ketika sperma dikeluarkan di luar masih ada kemungkinan untuk hamil. Kehamilan ini bisa saja diakibatkan oleh cairan precum tersebut yang masuk ke dalam vagina.

Apalagi, pada prinsipnya kehamilan bisa terjadi ketika sperma bisa membuahi sel telur. Pelepasan cairan precum ini bersifat otomatis, sehingga seseorang tidak dapat menghentikan atau mengendalikannya, bahkan jika seorang pria dapat mengontrol saat ejakulasi sekalipun.

Hal ini membuat saat precum memasuki vagina, kebanyakan orang tidak menyadarinya. Sebuah penelitian tahun 2016 yang berjudul Presence of Sperm in Pre-Ejaculatory Fluid of Healthy Males menemukan bahwa hanya 16,7% pria sehat yang memiliki sperma motil dalam cairan precum mereka.

Sperma motil sendiri merupakan sperma yang dapat bergerak aktif, sehingga lebih kuat dalam menyebabkan pembuahan dalam sel telur. Berdasarkan penelitian tersebut, pada akhirnya para ahli menyimpulkan bahwa ketika sperma dikeluarkan di luar, kemungkinan hamil tetap bisa terjadi jika:

  • Berhubungan seksual di mass subur
  • Apabila tidak menggunakan metode KB penghitungan kalender yang tepat
  • Pria kurang andal dalam melakukan metode senggama terputus sebelum ejakulasi dilakukan. Hal ini sangat memungkinkan kehamilan lebih mudah terjadi.

Sperma dikeluarkan di luar tidak bisa cegah penyakit menular seksual


Jika menarik garis lurus dalam penjelasan yang sudah disebutkan sebelumnya, sangat jelas bahwa metode sperma dikeluarkan di luar tidak bisa mencegah kehamilan sepenuhnya. Bahkan metode ini juga tidak bisa mencegah berbagai macam penyakit menular seksual layaknya HIV, Chlamydia, Syphillis dan lain sebagainya.

Jelas bahwa risiko untuk hamil tetap ada meskipun sperma dikeluarkan di luar. Apalagi jika melansir WebMD ini merupakan metode kuno yang kemungkinan tidak menyebabkan kehamilan hanya sekitar 78% saja. Sebagai perbandingan, alat kontrasepsi lain seperti kondom justru memiliki persentase sebanyak 98% yang lebih efektif dalam mencegah kehamilan.

Jika Ibu dan Ayah benar-benar ingin mencegah kehamilan, namun tetap melakukan metode sperma dikeluarkan di luar ada baiknya tetap gunakan kondom, ya! Sebab, ketika kondom digunakan dengan benar, maka hal ini dapat menghalangi sperma memasuki vagina dan mencapai sel telur, sehingga bisa mencegah kehamilan.

Penggunaan kondom juga bermanfaat untuk mengurangi risiko tertular penyakit menular seksual. Metode sperma dikeluarkan di luar mungkin dapat mengurangi risiko kehamilan, namun risiko terjadinya kehamilan juga tetap ada, bahkan cukup besar.

Jadi, jika Ibu benar-benar ingin menunda kehamilan dan tetap mau melakukan hubungan seksual rutin dengan pasangan, maka pertimbangkan metode kontrasepsi lain yang lebih dapat diandalkan.

Metode sperma dikeluarkan di luar tetap memiliki manfaat


Meski begitu, metode sperma dikeluarkan di luar tetap menjadi metode yang masih sering dilakukan oleh kebanyakan pasangan. Melansir Cleveland Clinic hal tersebut karena metode ini dianggap tetap memiliki manfaat, yakni:

  • Mereka tidak ingin menggunakan metode kontrasepsi lain karena alasan agama atau filosofis tertentu
  • Bisa dijadikan alat kontrasepsi darurat ketika sudah terlambat untuk menggunakan metode lain
  • Dianggap lebih efektif bagi pasangan yang tidak terlalu sering berhubungan seks
  • Gratis, murah dan nyaman
  • Tidak melibatkan hormon atau bahan kimia lainnya sehingga menyebabkan efek samping pada tubuh wanita
  • Tidak perlu ke dokter untuk mendapatkan resep obat tertentu.

Nah, kalau Ibu dan Ayah lebih senang menggunakan KB hormonal atau senggama terputus, nih?