Balita

13 Hal Penting Soal Imunisasi Saat Pandemi Covid-19

13 Hal Penting Soal Imunisasi Saat Pandemi Covid-19

Pandemi COVID-19 yang kini menyerang Indonesia telah membuat Pemerintah akhirnya memberlakukan sistem PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di beberapa provinsi dan menghimbau masyarakat untuk #dirumahaja bila tidak ada kepentingan mendesak. Kegiatan seperti bekerja, sekolah, dan beribadah pun dilakukan di rumah.

Ruang gerak masyarakat harus dibatasi demi menekan penyebaran virus agar tidak semakin luas. Meski bagi banyak pihak kegiatan harian tidak serta merta bisa langsung dikerjakan dari rumah saja, masyarakat sudah mulai sadar dengan bahayanya penyakit ini bila tidak menahan diri untuk tetap berada di rumah.

Namun, bagi orangtua yang baru memiliki bayi atau bayinya berusia kurang dari 24 bulan, tentu pandemi menjadi sebuah kekhawatiran tambahan. Selain mengkhawatirkan potensi penularan yang terjadi pada anak-anak, orangtua tentu mengkhawatirkan tentang kunjungan ke rumah sakit. Bayi yang baru lahir dan atau berusia kurang dari 24 bulan masih membutuhkan imunisasi yang seharusnya wajib dilakukan.

Lantas apa sebaiknya yang dilakukan? Apakah imunisasi di tengah pandemil Covid-19 masih mungkin untuk dilakukan? Mari simak beberapa hal tentang imunisasi selama pandemik berdasarkan rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) di bawah ini:

  1. Apa yang harus dilakukan jika ada jadwal imunisasi jatuh selama pandemi Covid-19?

    Bayi dan balita berusia 0-18 bulan wajib diimunisasi sesuai jadwal untuk melindungi diri dari penyakit lain yang masih mungkin terjadi di tengah pandemi Covid-19. Di daerah khusus dengan sebaran Covid-19 luas, toleransi penundaan imunisasi dasar bisa dilakukan antara 2 minggu hingga 1 bulan setelah jadwal seharusnya, hingga keadaan memungkinkan. Namun bila tidak ada kendala, imunisasi bayi dan balita sebaiknya tetap sesuai jadwalnya.

  2. Di mana sebaiknya saya mengimunisasi anak saya?

    Orangtua dapat memilih melakukan imunisasi di rumah sakit, puskesmas, dokter pribadi atau klinik yang menyediakan vaksin. Bila memungkinkan, pilihlah penyedia vaksin dengan intensitas pengunjung rendah untuk mengurangi kontak dengan orang lain seperti klinik khusus vaksin dan rumah sakit khusus ibu dan anak.

  3. Apakah ada vaksin khusus untuk bayi yang baru lahir di tengah kondisi pandemi Covid-19?

    Vaksin untuk bayi baru lahir di tengah pandemi Covid-19 sama saja dengan vaksin untuk bayi baru lahir saat bukan pandemi. Vaksin Hepatitis B dan Polio (OPV) akan diberikan pada bayi yang baru lahir. Sementara ini belum ada vaksin untuk penyakit Covid-19, sehingga bayi baru lahir tidak diberi vaksin Covid-19.

  4. Bolehkah pemberian vaksin ditunda?

    Boleh, tetapi ini hanya dilakukan jika ada kondisi darurat saja. Misalnya Ibu dan keluarga tinggal di daerah dengan sebaran Covid-19 yang cukup luas dan tidak memungkinkan untuk keluar rumah, imunisasi dapat ditunda selama 2 minggu sampai satu bulan. Itu pun harus dilihat kembali jenis imunisasinya. Bila imunisasinya masih memiliki tenggat waktu sampai usia tertentu, pemberian vaksin bisa ditunda. Segera imunisasi anak jika keadaan sudah membaik. Tetapi jika masih memungkinkan untuk imunisasi, berikan imunisasi tepat sesuai jadwalnya.

  5. Vaksin apa saja yang wajib diberikan selama pandemi?

    Pada dasarnya semua vaksin wajib hukumnya diberikan untuk anak, baik sedang dalam kondisi pandemi atau tidak. Tetapi, paling tidak imunisasi dasar harus dipenuhi dalam situasi apa pun. Vaksin yang bisa diberikan saat imunisasi adalah sebagai berikut:

    • Segera setelah lahir: Hepatitis B0 dan OPV 0 (Polio 0)

    • Usia 1 bulan: BCG

    • Usia 2 bulan: Pentavalent 1 (Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B1 & Hib) dan OPV 1 (Polio 1)

    • Usia 3 bulan: Pentavalent 2 (Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B 2 & Hib) dan OPV 2 (Polio 2)

    • Usia 4 bulan: Pentavalent 3 (Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B 3 & Hib), OPV 3 (Polio 3) dan IPV. Bisa juga diganti Hexavalent (Pentavalent + IPV)

    • Usia 9 bulan: MR 1

    • Usia 18 bulan: Pentavalent 4 (Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B 4 & Hib), OPV 4 (Polio 3) dan MR 2

    Di luar imunisasi dasar, orangtua juga dapat menambahkan imunisasi berikut:

    • Usia 2 bulan: PCV 1

    • Usia 4 bulan: PCV 2

    • Usia 6 bulan: PCV 3 dan Influenza 1

    • Usia 7 bulan: Influenza 2

  6. Bolehkah saya melewatkan vaksin tambahan?

    Boleh, asal tidak meniadakan imunisasi dasar. Imunisasi tambahan menggunakan biaya pribadi pasien bersangkutan. Bila pertimbangan dana adalah alasan untuk melewatkan vaksin tambahan, maka boleh dilewatkan. Tetapi bila sanggup, sebaiknya imunisasi tambahan diberikan pada anak.

  7. Adakah efek buruk jika saya menunda vaksin anak saya?

    Bila masih dalam batas waktu pemberian maksimal sesuai rekomendasi IDAI, maka penundaan pemberian vaksin tidak menjadi masalah. Tetapi jika imunisasi dasar lengkap dilewatkan melebihi batas waktu maksimal pemberian, maka bayi dan balita akan berisiko terjangkit penyakit lain yang tidak kalah ganasnya dengan Covid-19. Hal ini juga berpotensi membuat wabah baru karena penyakit lain akan mudah menjangkit anak-anak. Penyakit-penyakit berat tersebut juga berpotensi membuat anak menderita cacat atau bahkan meninggal.

    Perlu ditekankan bahwa penyakit berat lain meski tidak menjadi pandemi layaknya Covid-19, tetap berisiko buruk bagi anak. Oleh sebab itu, pemberian vaksin sebaiknya tidak dilewatkan begitu saja.

  8. Berapa lama batas maksimal pemberian vaksin untuk setiap jenis imunisasi?

    • Hepatitis B: maksimal hingga usia bayi 7 hari

    • BCG: maksimal hingga usia 2 bulan

    • Pentavalent 1 -3: maksimal hingga usia 11 bulan

    • OPV 0: bersama dengan BCG

    • OPV 1-3: maksimal hingga 11 bulan

    • IPV: maksimal hingga 11 bulan

    • MR 1: maksimal hingga 11 bulan

    • Pentavalent 4: maksimal hingga 24 bulan

    • OPV 4: maksimal hingga 24 bulan

    • MR 2: Maksimal hingga 24 bulan

  9. Hal apa saja yang harus diperhatikan selama di RS saat vaksin?

    • Hubungi rumah sakit, puskesmas atau klinik tujuan imunisasi untuk menanyakan prosedur pasien yang akan diimunisasi. Biasanya pasien sakit dan pasien sehat yang akan melakukan imunisasi dibedakan tempat atau waktu pemeriksaannya. Selain itu, fasilitas kesehatan tujuan biasanya juga akan menerapkan jadwal untuk setiap pasien kapan harus datang untuk meminimalisasi menumpuknya pasien di satu tempat. Bila tidak ada janji jadwal kedatangan, biasanya ruang tunggu telah dilengkapi dengan pembatas sehingga pasien yang menunggu diberi jarak yang cukup antar pasien untuk menghindari kemungkinan paparan virus.

    • Jika sudah mendapat kejelasan tentang prosedur fasilitas kesehatan tujuan, maka orangtua perlu mempersiapkan diri dan anak untuk bepergian. Orangtua dan anak wajib menggunakan masker kain. Bayi tidak perlu menggunakan masker, namun bisa disiasati dengan selimut atau apron menyusui untuk menghindari kontak antara wajah bayi dengan orang lain.

    • Jaga jarak orangtua yang membawa bayi dengan orang lain

    • Balita yang sudah bisa berjalan sebaiknya diawasi agar tidak terlalu banyak berkeliaran saat menunggu giliran dipanggil.

    • Bawalah masker cadangan, karena masker kain harus diganti setiap 4 jam sekali. Letakkan ke dalam plastik untuk masker yang sudah digunakan dengan menghindari menyentuh bagian depan masker. Sentuhlah bagian tali masker agar tangan tetap bersih.

    • Rajinlah mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau gunakan handsanitizer. Pakaikan juga pada anak jika mereka sudah bisa berinteraksi lebih luas dan sering menyentuh benda di sekitar.

    • Minimalisasi menyentuh benda-benda dengan ujung jari ketika berada di rumah sakit. Misalnya, menekan tombol lift menggunakan buku jari atau siku.

    • Minimalisasi menyentuh area wajah sendiri maupun wajah anak. Bila harus melakukannya jangan lupa untuk menggunakan hand sanitizer atau cuci tangan dengan sabun.

  10. Bagaimana jika anak saya sakit saat tiba waktunya imunisasi di tengah pandemi Covid-19?

    Bila anak sakit saat seharusnya imunisasi, dalam situasi pandemi Covid-19, maka anak dan orangtua sebaiknya mengisolasi diri secara mandiri dulu di rumah. Apalagi jika gejala yang ditimbulkan adalah batuk, pilek, demam. Jika demam sudah berlangsung hingga lebih dari 3 hari dan disertai sesak napas, maka sebaiknya segera ke rumah sakit rujukan untuk dilakukan pemeriksaan lengkap. Orangtua dapat berkonsultasi langsung tentang pemberian vaksin yang seharusnya dilakukan pada dokter yang menangani.

    Bila gejala sakit ringan dan disarankan melakukan isolasi mandiri, berikan asupan bergizi bagi anak dan tetap berikan ASI. Pastikan asupan cairan anak cukup dan makan makanan bernutrisi agar imunitasnya membaik.

  11. Apa yang harus saya lakukan setelah pulang dari rumah sakit/klinik/puskesmas untuk imunisasi?

    Lakukan prosedur sebelum masuk rumah usai bepergian di tengah pandemi seperti:

    • Menyemprotkan disinfektan pada pakaian yang dikenakan dari atas hingga ke bawah (Pastikan disinfektan yang digunakan aman untuk menyemprot tubuh dan sebisa mungkin tutup bagian mukosa di wajah).

    • Ganti seluruh pakaian orangtua dan anak beserta masker, gendongan, dan atau selimut yang dibawa keluar rumah.

    • Rendam pakaian tersebut dengan air sabun dan langsung cuci.

    • Orangtua dan anak mandi dengan sabun sampai bersih.

  12. Adakah kondisi darurat saya harus membawa anak saya ke rumah sakit selain untuk imunisasi?

    Beberapa kondisi darurat yang mungkin dialami anak dan mengharuskan orangtua membawanya ke rumah sakit di antaranya:

    • demam tinggi 3 hari atau lebih;

    • diare dan muntah terus menerus;

    • sesak napas;

    • tidak mau makan dan minum sampai lemas;

    • perdarahan banyak;

    • bentol kemerahan seluruh tubuh;

    • kejang 2 kali atau lebih;

    • penurunan kesadaran atau anak tampak lemas dan tidak aktif; dan

    • imunisasi dasar yang sudah ditunda 2 minggu sampai 1 bulan.

    Imunisasi dikategorikan sebagai salah satu hal yang diperbolehkan untuk membawa anak ke dokter anak. Tetapi, pastikan keadaan sudah memungkinkan untuk keluar rumah.

  13. Bila dalam kondisi tertentu saya tidak perlu langsung ke rumah sakit, apa yang harus saya lakukan jika terjadi sesuatu pada anak saya yang memerlukan bantuan medis?

    Ada beberapa alternatif yang bisa Ibu lakukan jika terjadi kecelakaan kecil pada anak saat sedang di rumah, seperti:

    • Sediakan kotak P3K yang berisi paracetamol, obat-obatan khusus jika anak memiliki penyakit khusus seperti alergi, obat untuk luka bakar atau luka tergores, antiseptik untuk membasuh luka, perban dan kasa steril bila diperlukan.

    • Simpanlah nomor kontak yang bisa dimintai pendapat saat keadaan darurat tanpa bertemu, misalnya nomor WA dokter anak, atau platform konsultasi dokter anak terpercaya melalui aplikasi di smartphone.

    • Bila langkah-langkah pertolongan pertama tidak membaik, maka orangtua bisa memutuskan untuk pergi ke dokter.

Karena imunisasi adalah hak anak, maka pastikan untuk memberikannya sesuai jadwal. Selama pasien, tenaga medis, dan fasilitas kesehatan melakukan prosedur kesehatan yang tepat, pelayanan kesehatan di tengah pandemi Covid-19 masih memungkinkan untuk dilakukan. Bila tidak dalam keadaan darurat atau tidak bertepatan dengan jadwal imunisasi, tetaplah di rumah dan jaga asupan makanan bernutrisi serta berolahraga dengan teratur.

(Dwi Ratih)