Kesehatan

14 Imunisasi Anjuran IDAI untuk Anak

14 Imunisasi Anjuran IDAI untuk Anak

Memang tak nyaman rasanya melihat si kecil disuntik atau mendengar tangisannya saat diimunisasi, tapi ini sangat penting untuk kesehatannya. Bila bayi sakit, dokter bisa menjadwal ulang jadwal imunisasi. Tapi di kondisi yang sehat, bayi harus diimunisasi sesuai jadwalnya. Meski beberapa anak mengalami reaksi ringan terhadap imunisasi, sangat sedikit yang mengalami sakit serius dan dokter anak manapun akan meyakinkan Anda kalau manfaat imunisasi jauh melebihi efek sampingnya pada bayi. Nah, kali ini kami akan berbagi informasi tentang imunisasi yang wajib dan dianjurkan oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) untuk anak Anda.


Apa saja imunisasi rekomendasi IDAI untuk bayi dan anak?

Bunda, berikut ini daftar imunisasi yang dianjurkan oleh IDAI untuk bayi dan anak:

  1. Hepatitis B (HepB)

    Imunisasi hepatitis B mencegah penyakit hepatitis B, yang merupakan penyakit liver kronis yang bisa memicu gagal liver dan kanker.

    Waktu pemberian

    • Dosis pertama diberikan sebelum bayi keluar dari rumah sakit setelah lahir.

    • Dosis kedua diberikan antara usia 1 hingga 2 bulan.

    • Bila bayi tidak mendapat imunisasi hepatitis B di rumah sakit, berarti dibutuhkan 3 dosis pada 0, 1, dan 6 bulan.

    • Dosis terakhir harus diberikan tidak kurang dari usia 24 minggu.

    • Bila Bunda hepatitis B surface antigen (HBsAg) positive, bayi perlu menerima imunisasi plus hepatitis B immune globulin dalam 12 jam kelahiran lalu menerima 3 dosis vaksin lagi antara usia 9 hingga 18 bulan, kemudian dites untuk HbsAg dan antibodi HbsAg satu hingga 2 bulan setelah kelengkapan dosis.

    • Efek samping  

    Rasa sakit yang ringan dan rewel

  2. Polio 

    Imunisasi polio bertujuan mencegah penyakit polio, yang bila mewabah bisa membunuh dan melumpuhkan ribuan orang.

    Waktu pemberian

    • Usia 2 bulan

    • Usia 4 bulan

    • Usia 6 -18 bulan

    • Usia 15 -18 bulan

    • Usia 4 - 6 tahun.

    • Efek samping 

    Kemerahan pada area suntikan, namun reaksi alergi jarang terjadi.

  3. BCG (Bacillus Calmette–Guerin)

    Imunisasi BCG mencegah bayi atau anak kecil terserang penyakit TBC. Kontak dengan pengidap TBC membuat bayi dan anak kecil rentan terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis yang jadi penyebab penyakit TBC.

    Waktu pemberian

    Imunisasi BCG diberikan pada bayi di bawah usia 2 bulan. Lewat dari usia 2 bulan, bayi disarankan menjalani tes Mantoux untuk mengetahui apakah ada kuman Mycrobacterium tuberculosis dalam tubuhnya.

    Efek samping 

    Muncul bengkak pada ketiak, leher bagian bawah, atau pangkal paha, tapi akan sembuh tanpa diobati.

  4. Difteri, Tetanus, Pertusis (DTP)

    Imunisasi DTP ini adalah kombinasi vaksin untuk melindungi dari difteri, tetanus, dan pertusis. Difteri dulunya merupakan penyebab utama penyakit dan kematian anak. Tetanus adalah penyakit serius yang menyebabkan rasa sakit pada otot rahang. Sedangkan pertusis juga dikenal sebagai batuk rejan, infeksi pernafasan yang sangat menular.

    Waktu pemberian

    • Usia 2 bulan

    • Usia 4 bulan

    • Usia 6 bulan

    • Usia 15 -18 bulan

    • Usia 4 - 6 tahun.

    • Efek samping

    Bengkak, kemerahan, demam, atau kehilangan selera makan dalam dua hari setelah menerima suntikan.

  5. Haemophilus Influenzae Type B Conjugate Vaccine (Hib)

    Imunisasi Hib bertujuan mencegah penyakit Hib yang sangat berbahaya. Hib adalah penyebab meningitis bakteri pada anak. Anak dengan Hib bisa menderita kerusakan otak permanen atau komplikasi serius seperti pneumonia.

    Waktu pemberian:

    • Usia 2 bulan

    • Usia 4 bulan

    • Usia 6 bulan

    • Usia 12-15 bulan

    • Efek samping 

    Demam dan kemerahan pada area suntikan.

  6. Pneumokokus (PCV)

    Mencegah Streptococcus pneumoniae, penyakit yang bisa menjadi sangat serius bahkan memicu kematian. Streptococcus pneumoniae menyebabkan infeksi darah atau sepsis, infeksi telinga, meningitis, dan pneumonia pada anak.

    Waktu pemberian

    • Usia 2 bulan

    • Usia 4 bulan

    • Usia 6 bulan

    • Usia 12-15 bulan

    • Efek samping 

    Demam tingkat rendah dan kemerahan pada area suntik.

  7. Rotavirus 

    Rotavirus merupakan virus yang menyebar dengan mudah pada bayi dan anak kecil. Virus bisa menyebabkan diare parah, muntah, demam, dan nyeri perut. Anak yang terkena penyakit rotavirus bisa mengalami dehidrasi dan perlu dirawat di rumah sakit.

    Imunisasi rotavirus jadi cara terbaik untuk melindungi anak dari penyakit rotavirus. Kebanyakan anak (9 dari 10 anak) yang menerima imunisasi ini terlindungi dari penyakit rotavirus yang parah. Sedang sekitar 7 dari 10 anak akan terlindungi dari penyakit rotavirus. Imunisasi rotavirus diberikan melalui mulut (oral), bukan dengan injeksi (suntik).

    Waktu pemberian

    • Usia 2 bulan

    • Usia 4 bulan

    • Usia 6 bulan

    • Di Indonesia terdapat dua jenis vaksin, yaitu vaksin yang diberikan pada usia dua bulan, empat bulan, dan enam bulan,  serta dosis yang diberikan pada usia 2 dan 4 bulan. Dosis pertama paling efektif bila diberikan sebelum anak berusia 15 minggu. Anak juga perlu menerima semua dosis imunisasi rotavirus sebelum berusia 8 bulan.

    Efek samping

    Imunisasi rotavirus memiliki sejumlah efek samping. Biasanya efek samping bersifat ringan dan hilang dengan sendirinya. Efek samping serius bisa terjadi tapi jarang. Kebanyakan anak yang menerima imunisasi rotavirus tidak menunjukkan efek samping. Tapi ada beberapa efek atau masalah yang terkait dengan imunisasi rotavirus.

    Masalah ringan setelah imunisasi rotavirus antara lain bayi menjadi rewel, atau diare ringan, atau muntah setelah menerima dosis imunisasi rotavirus.

    Masalah serius setelah vaksin rotavirus bisa berupa intussusception, merupakan kondisi yang membutuhkan penanganan di rumah sakit. Tapi ini hanya risiko kecil dari imunisasi rotavirus, biasanya terjadi pada satu minggu setelah dosis imunisasi rotavirus pertama atau kedua.

  8. Influenza 

    Mencegah flu yang lebih berbahaya pada anak dibanding pilek biasa.

    Waktu pemberian

    • Satu tahun sekali, mulai anak usia 6 bulan.
    • Efek samping

    Demam, nyeri, kemerahan atau bengkak pada area suntikan.

  9. Campak 

    Imunisasi ini bertujuan mencegah penyakit campak. Campak disebabkan oleh virus rubeola. Ketika orang yang memiliki virus ini bersin atau batuk, semburan cairan yang mengandung virus menyebar ke udara. Cairan ini tetap aktif selama dua jam di udara. Bayi bisa terinfeksi bila kontak dengan cairan ini. Ia juga bisa terkena campak dari kontak kulit dengan orang yang terkena virus.

    Waktu pemberian

    • Dosis pertama di usia 9 bulan.

    • Dosis kedua di usia 6 tahun.

    • Bila anak tidak menerima imunisasi campak hingga usia 12 bulan, ia harus diimunisasi MMR (Measles, Mump, Rubella).

    • Efek Samping

    Vaksin campak dapat mengakibatkan sakit ringan dan bengkak pada lokasi suntikan, demam, serta ruam, yang terjadi 24 jam setelah imunisasi.

  10. Campak, Gondong, dan Rubella (MMR)

    Mencegah campak, gondong, dan rubella. Ketiganya merupakan penyakit berbahaya yang bisa menyebabkan ruam dan demam serta memicu kondisi serius seperti pneumonia, meningitis, seizure, dan gangguan pendengaran.

    Waktu pemberian

    • Usia 12 - 15 bulan

    • Usia 4 - 6 tahun

    • Efek samping 

    Ruam, demam ringan, nyeri sendi, dan bengkak pada leher dan kelenjar air liur satu atau dua minggu setelah pemberian suntikan.

  11. Tifoid

    Mencegah infeksi tifoid yang dapat mengakibatkan komplikasi serius. Bila tidak terjadi komplikasi, setidaknya anak membutuhkan waktu 2 minggu untuk pulih. Ada dua jenis vaksin untuk mencegah tifoid. Satu dalam bentuk vaksin tidak aktif yang diberikan dalam bentuk suntikan. Jenis yang kedua berupa vaksin aktif yang diberikan secara oral.

    Waktu pemberian

    • Usia 2 tahun

    • Dosis berikutnya diberikan setiap 3 tahun.

    • Efek samping

    Reaksi ringan berupa demam, sakit kepala, dan kemerahan atau bengkak pada area suntika

  12. Hepatitis A 

    Melindungi dari Hepatitis A, penyakit yang menyebabkan peradangan liver. Anak kecil biasanya tidak menunjukkan gejala jadi sering kali penyakit ini tidak dikenali hingga pengasuh anak jatuh sakit.

    Waktu pemberian

    • Usia 12 - 23 bulan

    • Dosis kedua pada 6 bulan setelah diberikan dosis pertama

    • Efek samping 

    Rasa sakit pada area injeksi, sakit kepala, tidak nafsu makan, dan lelah.

  13. Varisela

    Mencegah cacar air. Beberapa anak yang telah divaksin bisa tetap terkena cacar air tapi biasanya sangat ringan dan sembuh lebih cepat. Risiko cacar air antara lain demam dan ruam parah. Komplikasi dari cacar air berupa infeksi bakteri pada kulit, bengkak pada otak, dan pneumonia.

    Waktu pemberian

    • Usia 12 - 15 bulan

    • Usia 4 - 6 tahun.

    • Efek samping 

    Bengkak pada area injeksi, demam riangan, dan ruam.

  14. HPV

    Imunisasi HPV mencegah kanker serviks, serta penyakit lain yang disebabkan oleh virus HPV seperti kanker anus, vulva, penis, serta kutil kelamin. Imunisasi HPV diberikan melalui suntikan pada lengan.

    Waktu pemberian

    Waktu pemberian imunisasi HPV sejak usia anak 10 tahun, sebanyak 2 kali. Dosis kedua diberikan satu tahun kemudian.

    Efek samping 

    Tidak ada efek samping.

    

Kenapa imunisasi penting untuk anak?

Melindungi kesehatan anak menjadi hal penting untuk orangtua. Kebanyakan orangtua memilih imunisasi karena tak ada yang bisa melindungi anak lebih baik dari 14 penyakit serius. Imunisasi menjadi pertahanan terkuat yang aman, terbukti, dan efektif.

Merawat dan membesarkan anak berarti orangtua akan melakukan apa saja untuk membantu mereka tumbuh dengan sehat dan aman. Anda melihat buah hati bereksplorasi di tempat baru dan mengamankan rumah dari potensi bahaya. Tapi bagaimana dengan bahaya yang tidak terlihat yang bisa menyebabkan penyakit serius bahkan kematian pada anak?

Imunisasi memberi Anda kekuatan untuk melindungi anak dari 14 penyakit serius. Apapun gaya pengasuhan Anda, ada banyak alasan untuk mengimunisasi anak:

  • Ada banyak sekali penyakit serius yang bisa menyerang anak

    Imunisasi telah terbukti dapat menurunkan bahkan membasmi banyak penyakit. Karena imunisasi, kebanyakan orangtua tidak lagi merasakan efek dari penyakit seperti polio, campak, atau batuk pertusis yang bisa menyerang anak, keluarga, atau masyarakat. Mungkin ada yang menganggap ini penyakit zaman dulu, tapi masih bisa terjadi hingga saat ini. Beberapa anak masih terjangkit penyakit ini. Bahkan bila tingkat imunisasi rendah di masyarakat, penyakit-penyakit ini bisa menjadi wabah.

  • Penyakit bisa menyebar dengan mudah

    Anda mungkin belum pernah melihat kasus polio atau difteri, tapi penyakit ini masih terjadi di kawasan lain. Misalnya, campak jarang terjadi di negara Amerika, tapi masih umum terjadi di belahan negara lain. Orang yang melakukan perjalanan ke wilayah wabah campak bisa dengan mudah membawa penyakit ini. Campak bisa dengan mudah menyebar ke orang yang tidak diimunisasi.

  • Imunisasi aman dan terbukti efektif

    Sebelum vaksin diberikan ke anak, dilakukan pengujian ekstensif. Para ahli kesehatan dengan seksama mengevaluasi semua informasi yang ada tentang vaksin untuk menentukan keamanan dan efektivitasnya.

    Meski anak mengalami rasa tidak nyaman atau sakit di area suntikan, ini sangat kecil dibandingkan komplikasi serius yang bisa terjadi akibat penyakit yang bisa dicegah oleh imunisasi ini. Selain itu, efek samping serius dari imunisasi sangat jarang terjadi.

    Hampir semua anak bisa diimunisasi dengan aman, tapi ada pengecualian pada beberapa anak yang tidak bisa menerima beberapa imunisi:

    • Anak dengan alergi terhadap kandungan vaksin

    • Anak dengan sistem kekebalan lemah karena panyakit atau penanganan medis seperti kemoterapi.

  • Anak membutuhkan perlindungan dini

    Jadwal imunisasi yang dianjurkan untuk anak dibuat untuk melindungi bayi dan anak kecil sejak awal kehidupan mereka, ketika mereka sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Agar imunisasi lengkap, anak perlu menerima semua dosis vaksin yang direkomendasikan. Bila anak tidak menerima jumlah dosis yang lengkap, ia bisa rentan terhadap penyakit serius. Periksakan ke dokter untuk mencari tahu apakah anak membutuhkan imunisasi tertentu. Memperbaharui imunisasi anak penting lho, Bun.

  • Imunisasi berarti anak tidak perlu bolos sekolah dan Anda tidak bolos kerja

    Bila anak terjangkit penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan imunisasi, kemungkinan ia tidak bisa berangkat sekolah selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Waktu yang terbuang untuk merawat anak yang sakit bisa membebani keuangan keluarga. Banyak penyakit yang bisa dicegah oleh imunisasi juga menyebabkan disabilitas yang membutuhkan pengobatan jangka panjang yang  juga berdampak pada kondisi keuangan keluarga.

  • Imunisasi melindungi keluarga, teman, dan masyarakat

    Imunisasi pada anak berarti juga perlindungan untuk orang lain, seperti tetangga yang terkena kanker dan tidak bisa menerima imunisasi tertentu atau anak teman Anda yang masih terlalu kecil dan belum lengkap imunisasinya. Ketika tiap orang di masyarakat yang bisa menerima imunisasi mendapat imunisasi, ini mencegah penyebaran penyakit dan bisa memperlambat atau menghentikan wabah penyakit. Imunisasi pada anak jadi pilihan untuk melindungi keluarga, teman, dan bahkan tetangga Anda juga.

   

Mitos seputar imunisasi

Bunda, berikut ini beberapa informasi keliru yang mungkin pernah Anda dengar tentang imunisasi:

  • Vaksin pada imunisasi mengandung merkuri

    Thimerosal, zat pengawet yang mengandung sekitar 50 persen merkuri, mencegah pencemaran yang disebabkan oleh bakteri. Thimerosal bisa ditemukan di kebanyakan vaksin flu. Tapi sejak tahun 2001, thimerosal tidak lagi ada di kandungan vaksin untuk imunisasi anak.

  • Imunisasi menyebabkan autisme

    Sebuah penelitian di tahun 1998 mengklaim menemukan hubungan antara imunisasi campak, gondongan, dan rubella (MMR) dengan autisme, yang menyebabkan kepanikan dan memicu penurunan tingkat imunisasi.

    Tapi sebuah laporan yang dipublikasikan di tahun 2004 menyatakan tidak ada bukti ilmiah keterkaitan antara imunisasi MMR dan autisme. Hasil penelitian serupa diterbitkan di tahun 2010. Akan lebih berisiko bila anak tidak diimunisasi, Bun.

  • Imunisasi menjamin perlindungan dari penyakit

    Imunisasi tidak menjadi jaminan 100 persen anak tidak akan sakit, tapi imunisasi menjadi pertahanan terbesar anak untuk melawan penyakit. Bila anak menerima imunisasi influenza, ia tetap bisa terkena flu tapi kemungkinan kondisinya tidak parah. Ketika anak menerima imunisasi cacar air, imunisasi ini 80 persen efektif mencegah infeksi dan 100 persen efektif melindunginya dari penyakit serius ini.

    Semakin banyak anak yang diimunisasi, semakin besar kemungkinan mereka terlindungi, termasuk orang yang tidak menerima imunisasi karena faktor usia, kesehatan, serta alasan agama.

(Ismawati)