Balita

3 Cara Mendidik Anak Nakal yang Tak Bisa Diatur

3 Cara Mendidik Anak Nakal yang Tak Bisa Diatur

Bunda, anak menggunakan perilakunya untuk menunjukkan apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka pikirkan. Sering kali, mereka mengkomunikasikan sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata melalui perilaku negatif.

  

Penyebab Anak Nakal

Sebelum menentukan cara mendidik anak yang nakal, Anda perlu ketahui apa saja yang menjadi penyebab kenakalan anak:

   

  1. Anak ingin perhatian

    Ketika orang tua berbicara di telepon, mengunjungi kerabat, atau sedang melakukan sesuatu, anak merasa ditinggalkan. Perilaku tantrum, rewel, atau memukul adik jadi cara mereka untuk menarik perhatian kita.

    Meski yang didapat anak adalah perhatian negatif dari kita, anak tetap membutuhkannya. Nah, kalau anak sering seperti ini, coba deh abaikan perilaku negatif dan hanya beri perhatian ke si kecil saat ia berperilaku positif. Ini bisa jadi cara mendidik anak nakal yang terbaik ketika mereka suka mencari perhatian.

       

  2. Anak meniru orang lain

    Anak belajar bagaimana berperilaku dengan melihat orang lain. Baik dengan melihat teman yang nakal di sekolah atau meniru sesuatu yang mereka lihat di TV, anak akan mengulanginya.

    Satu cara mendidik anak agar ia bersikap baik adalah dengan membatasi waktu menonton TV yang menunjukkan perilaku agresif. Batasi juga waktu bermain  video games.

       

  3. Anak menguji batasan yang diberikan orang tua

    Ketika Anda menetapkan aturan dan memberitahu anak apa yang tidak boleh dilakukan, anak biasanya ingin tahu apakah Anda serius. Mereka hanya ingin tahu apa konsekuensinya bila ia melanggar aturan. Bila Anda konsisten memberi konsekuensi pada anak tiap kali ia melanggar aturan, ini bisa jadi cara mendidik anak yang akan membuat anak lebih patuh.

       

  4. Anak tidak punya memiliki kemampuan yang memadai

    Beberapa masalah perilaku nakal berakar dari kurangnya skill yang dimiliki anak. Anak yang tidak bisa bersosialisasi dengan baik punya kemungkinan lebih besar untuk memukul temannya hanya karena ia ingin meminjam mainan temannya. Anak yang tidak memiliki kemampuan memecahkan masalah mungkin menolak untuk membersihkan mainannya karena ia tidak  tahu apa yang harus dilakukan ketika mainannya tidak muat masuk ke dalam kotak penyimpanan.

    Ketika anak bertingkah nakal, sebaiknya kita jangan hanya memberi konsekuensi saja. Pada kondisi ini, cara mendidik anak yang baik adalah dengan mengajarkan anak apa yang harus dia lakukan.

       

  5. Anak ingin mandiri

    Anak usia balita biasanya belajar melakukan berbagai hal sendiri, mereka juga suka memamerkan skill baru ke orang tuanya.

    Remaja biasanya suka membangkang karena ingin menunjukkan kalau mereka bisa mengurus diri sendiri. Mereka melanggar aturan dan ingin menunjukkan ke orang dewasa kalau mereka tidak bisa dipaksa untuk melakukan hal yang tidak mereka inginkan.

    Cara mendidik anak di situasi seperti ini adalah dengan memberikan pilihan yang tepat. Untuk anak balita, kira bisa tanyakan, “Kamu mau air putih atau air putih dingin?” saat ibu mau meminta anak minum. Nah, sedangkan buat anak remaja, kita bisa beri pilihan seperti “Terserah kakak kapan mau mengerjakan tugasnya, tapi kamu baru bisa main gadget lagi setelah tugas selesai.” Berilah anak kebebasan yang sesuai dengan usianya untuk memenuhi kebutuhan anak bisa tumbuh jadi mandiri.

       

  6. Anak tidak bisa mengontrol emosi

    Kadang anak tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan perasaan yang mereka rasakan. Mereka bisa mudah emosi saat marah, sehingga bersikap agresif. Anak bisa bersikap berlebihan juga ketika merasa stres atau bosan.

    Anak perlu tahu cara yang sehat untuk mengatasi perasaan seperti sedih, kecewa, frustrasi, dan cemas. Cara mendidik anak yang tepat di situasi ini adalah dengan mengajarkan anak mengenali perasaan yang ia rasakan. Kita bisa tunjukkan cara tepat untuk mengatasi emosinya untuk mencegah perilaku nakal.

    Ketika anak dapat mengontrol emosinya dengan baik, ia tidak akan lagi berperilaku nakal untuk mengungkapkan emosi. Anak akan belajar untuk melakukan time out buat menenangkan diri.

       

  7. Ada kebutuhan yang tidak terpenuhi

    Ketika anak merasa lapar, lelah, atau sakit, kadang anak akan berperilaku nakal. Kebanyakan anak kecil belum pandai mengkomunikasikan apa yang mereka butuhkan.

    Sebagai akibatnya, mereka sering berperilaku nakal untuk menarik perhatian orang tua agar orang tua tahu kalau ada kebutuhan mereka yang belum terpenuhi. Orang tua bisa membantu mencegah perilaku nakal ini dengan lebih aware pada kebutuhan yang tidak terpenuhi ini. Misalnya, ajak anak berbelanja setelah ia tidur siang dan dalam keadaan kenyang, sehingga ia tidak rewel selama di supermarket.

       

  8. Ekspektasi berbeda antara di sekolah dan di rumah

    Konsistensi sangat penting untuk membuat anak aman dan bisa memahami dengan baik dunia sekitarnya. Bila anak menerima pesan berbeda dari yang diajarkan di rumah dan di sekolah, mereka akan gelisah dan mengungkapkannya melalui perilaku yang tidak tepat.

    Yang bisa dilakukan orang tua adalah menerapkan cara mendidik anak dengan metode sederhana untuk mendisiplinkannya, lalu bicarakanlah dengan gurunya si kecil. Selama percakapan ini, kita  perlu menjelaskan metode yang kita gunakan dan bertanya apa bisa guru menerapkannya juga di sekolah. Dengan pesan yang konsisten dan jelas, anak bisa lebih menikmati prosesnya.

       

  9. Anak tidak memahami aturan atau ekspektasi Anda

    Kadang, orang tua berharap anak melakukan sesuatu lebih dari kemampuan yang ia miliki. Tuntutan yang kita berikan ke anak harus selalu sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Misalnya, tidak masuk akal bila orang tua meminta anak usia 2 tahun untuk membersihkan kamarnya dan berharap ia menyelesaikan tugas ini sendiri dengan cepat. Di usia ini, anak masih perlu banyak bantuan untuk melakukan tugas semacam ini.

       

  10. Anak sering mendapat perhatian ketika berperilaku nakal

    Tentu tidak ada orang tua yang mengapresiasi perilaku nakal anak, tapi ini tanpa kita sadari sering terjadi.

    Ingat, perhatian negatif tetaplah bentuk perhatian. Jadi bila anak berperilaku nakal dan kita meresponnya dengan berteriak atau memukul, itu artinya anak mendapat perhatian. Bila anak rewel, menangis, atau tantrum karena minta jajan, lalu ibu atau ayah akhirnya menyerah memberinya jajan agar anak diam, berarti anak berpikir kalau cara tersebut bisa membuat orang tuanya menuruti permintaannya.

    Solusinya bagaimana? Katakan dengan tenang apa yang Anda ingin anak lakukan  dan bimbing anak secara konsisten bila mereka terus berperilaku nakal. Kunci dari cara mendidik anak agar bertingkah baik adalah dengan melepas emosi kita dan sedikit bicara saat kita lagi naik pitam.

       

  11. Anak tidak punya pengalaman sebelumnya saat melakukan sesuatu

    Ketika anak melakukan sesuatu, seperti menyeberang jalan untuk pertama kali, mereka tidak tahu kalau seharusnya mereka melihat ke arah kanan dan kiri lebih dulu. Jadi kita harus menjelaskan ke anak untuk menengok ke kanan dan kiri.

    Teknik yang sama bisa anak terapkan pada situasi berbeda. Anak akan mengulangi satu perilaku berulang kali hingga mereka punya informasi yang akurat tentang apa yang perlu dilakukan.

    Gunakan bahasa yang jelas ke anak untuk menyatakan apa yang harus dilakukan, bukan apa yang tidak boleh dilakukan. Jadi lebih baik katakan, “Bawa ini hati-hati,” daripada “Jangan dijatuhin ya.”

       

  12. Anak ingin punya kontrol terhadap situasi

    Perilaku nakal sering muncul karena anak ingin mengontrol situasi. Kadang anak memberontak karena ia berusaha memperoleh kontrol terhadap situasi tertentu.

    Bila ini terjadi, salah satu cara mendidik anak yang tepat adalah dengan menawarkan dua pilihan. Misalnya ibu bisa bertanya, “Adek mau bersihin mainan sekarang atau setelah nonton TV?” Dengan menawarkan dua pilihan, Anda bisa memberi anak kontrol terhadap situasi yang dihadapi. Ini bisa membuat anak mengikuti instruksi yang Anda berikan.

       

  13. Perilaku nakal dianggap lebih efektif

    Satu alasan paling sederhana kenapa anak bertingkah nakal adalah karena cara ini efektif. Bila melanggar aturan bisa membuat anak mendapat apa yang diinginkan, mereka akan cepat menyadari kalau perilaku nakal bisa berhasil.

    Misalnya, anak rewel terus karena permintaannya tidak dituruti. Lalu sekali waktu kita lagi capek banget dan akhirnya menyerah pada sikap anak yang rewel, sehingga terpaksa memenuhi permintaannya. Nah, anak akan melakukan ini lagi untuk mendapat apa yang ia inginkan.

    Atau bisa juga anak tantrum di tengah toko karena nggak boleh beli mainan. Terus Ayah malu dan setuju membelikan anak mainan agar ia berhenti nangis. Anak akan sadar kalau tantrum bisa jadi cara yang efektif untuk mendapatkan mainan.

    Jadi penting banget nih buat diingat, jangan sampai kita menyerah pada perilaku nakal anak. Meski menyerah bisa membuat anak tenang, tapi secara tidak sadar, kita melatih anak untuk melanggar aturan.

       

  14. Masalah kesehatan mental

    Kadang anak punya masalah kesehatan mental yang menyebabkan masalah perilaku. Anak dengan ADHD, misalnya, sulit mengikuti instruksi dan berperilaku impulsif.

    Kecemasan dan depresi bisa juga menyebabkan masalah perilaku nakal pada anak. Anak yang cemas mungkin akan menghindari guru yang membuatnya takut, sehingga ia tidak segan untuk bolos mata pelajaran tersebut. Anak yang depresi bisa merasa tidak punya motivasi untuk menyelesaikan tugas sekolahnya.

    Bila Anda merasa anak punya masalah kesehatan mental atau gangguan perkembangan, bicaralah pada dokter anak. Dokter mungkin perlu melakukan evaluasi kesehatan mental untuk menentukan apakah ada masalah emosi yang menyebabkan masalah perilaku pada si kecil atau tidak.

   

Cara mendidik anak nakal

Cara mendidik anak agar tidak bersikap nakal  adalah dengan mencegahnya. Tapi pasti ada aja waktu di mana anak bertingkah nakal. Saat ini terjadi, anak perlu menerima konsekuensinya. Ingat, jika kita menerapkan metode disiplin dengan tidak konsisten, ini bisa membuat anak bingung.

Lalu bagaimana cara mendidik anak untuk membantunya berperilaku baik?

  • Berikan pujian dan tunjukkan kasih sayang secara teratur

  • Kenali perilaku anak yang perlu diabaikan

  • Agar anak merasa aman, kita perlu memberitahu anak saat akan melakukan transisi dari satu aktivitas ke yang lain. Misalnya, beri tahu anak seperti ini, “Setelah adek mandi dan ganti baju, nanti kita jalan-jalan ke atamn, dan main perosotan ya di sana.”

  • Tawarkan pilihan yang terbatas dan realistis

  • Terima kesalahan anak

  • Jadi panutan yang baik

Beritahukan ke anak apa yang Anda harapkan dan beri tahu aturan agar anak berperilaku baik. Ingatkan secara teratur tentang aturan dan batasan untuknya. Batasan yang baik itu harus:

  • Sesuai dengan usia dan tahapan perkembangan anak

  • Membantu anak belajar kontrol diri

  • Melindungi anak

  • Dijelaskan menggunakan bahasa sederhana

  • Diterapkan dengan tegas

Lalu bagaimana cara mendidik anak nakal? Well, itu bergantung pada usia anak, tahap perkembangan, personalitas, dan banyak faktor lainnya. Berikut ini beberapa strategi yang bisa membantu:

 

  1. Arahkan anak ke aktivitas lain

    • Mengganti satu aktivitas ke aktivitas lain berhasil bisa diterapkan untuk batita

    • Ketika Anda mengarahkan anak, pastikan jelaskan dengan kata-kata yang Anda tidak ingin ia lakukan

  2. Gunakan konsekuensi logis

    • Terapkan konsekuensi logis untuk tindakan anak yang berhubungan dengan perilakunya. Misalnya, bila anak TK melempar makanan ke lantai, pastikan ia membantu Anda membersihkannya. Ketika semua sudah bersih, konsekuensi selesai. Jadi jangan kasih konsekuensi yang nggak nyambung dengan tindakan nakal yang dilakukan. Misalnya, anak berantakin makanan, konsekuensinya nggak boleh nonton tv.

    • Kalau perilaku nakal anak tidak memiliki konsekuensi logis yang jelas, kita bisa ambil fasilitas anak. Dan ini harus segera dilakukan. Misalnya, saat anak memukul temannya, kita bisa langsung membawa anak ke tempat lain dan menjauhkannya dari anak lain untuk sementara waktu.

  3. Motivasi anak untuk memecahkan masalah

    • Memecahkan masalah akan membantu anak belajar tentang konsekuensi dari tindakannya. Biarkan anak menemukan solusi dari perilakunya yang salah.

    

Apa yang harus dilakukan bila cara mendidik anak malah membuatnya jadi tantrum?

Tantrum merupakan bagian normal dari perkembangan anak. Tantrum disebabkan oleh emosi negatif yang kuat yang anak tidak bisa kontrol atau ungkapkan dengan cara lain. Anda bisa mencegah tantrum dengan:

  • Memberikan pujian untuk perilaku yang baik

  • Menurunkan pemicu tantrum, seperti kelelahan atau lapar

  • Mengalihkan anak ke aktivitas lain

  • Meminta anak mengungkapkan diri dengan cara lain, bila Ibu merasa tantrum akan terjadi, tanyakan, “Apa kakak marah?”

Tantrum juga bisa dipersingkat dengan:

  • Mengambil tindakan sebelum anak kehilangan kontrol

  • Berbicara dengan suara yang tenang dan kenali rasa frustrasi anak. Misalnya, “Nggak apa-apa kalau kakak mau marah, tapi jangan memukul ya.”

  • Membantu anak mengatasi masalah atau frustasinya.

Ketika tantrum terjadi:

  • Abaikan

  • Awasi anak dari jarak tertentu untuk memastikan anak aman. Pindahkan furniture, mainan, atau anak lain di dekatnya.

  • Bila anak sangat marah dan tidak bisa mengontrol emosinya sehingga ia bisa menyakiti dirinya atau orang lain, Anda perlu memeganginya. Lakukan dengan hati-hati. Jangan memukul atau menggunakan hukuman fisik untuk mendisiplinkan anak yang lagi tantrum.

  • Ketika tantrum selesai, tawarkan minum atau basuh muka anak.

  • Arahkan anak ke aktivitas baru dan menarik. Untuk anak yang lebih besar, Ibu bisa bicarakan tentang apa yang baru saja terjadi dan cari cara agar bisa mengatasi situasi ini lebih baik lagi bila terjadi kembali.

    

Cara mendidik anak nakal tidak dengan memukul

Anak tidak perlu menangis, disakiti, atau dipermalukan untuk menerima pesan yang berusaha Anda sampaikan. Disiplin berasal dari kata Latin yang berarti belajar atau mengajar. Jadi yang Anda harus lakukan adalah mengajarkan anak untuk tidak melakukan perilaku buruk lagi.

Anak yang lagi sangat emosi tidak bisa menerima apa yang Anda ajarkan. Ia hanya akan fokus pada kemarahannya. Berikut ini beberapa tips yang bisa Anda lakukan ketika merasa ingin memukul anak:

  • Tahan kemarahan Anda. Akui kalau Anda ingin memukul anak. Lalu buat komitmen untuk tidak melakukannya.

  • Ingatkan diri kalau ini adalah kesempatan untuk mengajarkan anak dan kesempatan untuk Anda belajar. Sering kali anak harus melakukan kesalahan lebih dulu agar bisa benar melakukan sesuatu. Dan tentu ada konsekuensi untuk hal ini.

  • Beritahu ke anak apapun perilaku buruk yang ia perbuat, Anda akan menghentikannya. Pindahkan anak dari tempat kejadian.

  • Ucapkan kalimat singkat saat melarang anak melakukan sesuatu, misalnya “Tidak boleh melempar bola di ruang tamu.” Gunakan nada bicara yang rendah.

  • Pindahkan dan isolasi anak di tempat aman, jauh dari tempat kejadian. Tanpa kata-kata.

  • Jangan berikan perhatian apapun, baik perhatian negatif maupun positif.

  • Ketika emosi Anda dan anak sudah mereda, mungkin setelah satu jam, bergantung usia anak (semakin kecil, semakin singkat waktunya), kembali datangi anak.

  • Lakukan percakapan singkat dengan anak. Mungkin percakapan ini hanya berjalan satu arah, tapi jangan lelah menjelaskan ke anak tentang apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi.

  • Untuk anak usia kurang dari 7 tahun, konsekuensi logis harus berhubungan langsung dengan perilaku nakal anak. “Adek tidak tahu cara menggunakan bola dengan baik. Bola itu harusnya ditendang dan dimainkan di halaman, bukan dilempar-lempar di dalam rumah. Jadi adek tidak boleh main bola selama seminggu ya.” Bila perlu, Ibu bisa mengajak seluruh anggota keluarga bermain bola, lalu anak akan merasaka konsekuensi dari perbuatannya saat Anda berkata, “Maaf yaa, tapi adek nggak boleh main bola dulu.”

  • Untuk anak usia lebih dari 7 tahun, selain konsekuensi logis, Anda perlu membatasi fasilitas yang biasanya ia nikmati saat anak berbuat nakal. Misalnya, anak memecahkan kaca jendela saat lempar bola di dalam rumah. Kita bisa kasih konsekuensi logis, yaitu membersihkan kaca yang berantakan. Ia juga harus menggunakan tabungannya untuk memperbaiki jendela yang pecah.

  

Kita perlu waktu sampai anak bisa belajar memahami konsekuensi ini. Ingat ya, pengasuhan yang menimbulkan rasa takut pada anak itu tidak sehat dan tidak akan efektif.

(Ismawati)