Balita

5 Tips Menerapkan Habit Stacking Dengan Tepat Dan Mudah

5 Tips Menerapkan Habit Stacking Dengan Tepat Dan Mudah

Habit stacking atau teknik menumpuk kebiasaan baru setelah kebiasaan lama yang lebih dulu muncul, ternyata dapat meningkatkan rutinitas serta kebahagiaan dalam keluarga, lho! Melansir dari laman Mother-ly, para ahli mengungkapkan bahwa teknik habit stacking ini dapat membantu seluruh anggota keluarga di rumah untuk membuat rutinitas baru.

Melalui artikel ini, Ibupedia akan mengajak para Ibu untuk mengenal lebih jauh tentang habit stacking dan apa saja yang dapat Ibu lakukan untuk mewujudkannya. Ada juga tentang manfaat habit stacking bagi anak dengan spectrum autisme dan ADHD.

Beberapa orang akan tampak kaget dengan kebiasaan baru yang Ibu terapkan di rumah, misalnya akan ada rutinitas gosok gigi dan cuci kaki dulu sebelum anak-anak pergi tidur malam hari. Bisa juga jika sebelumnya jam makan siang si kecil sudah siap digendong, maka kali ini Ibu hanya akan menggendongnya sejenak.

Baru kemudian meletakkannya pada kursi makan supaya ia tak lagi digendong saat makan. Nah, istilah habit stacking punya tujuan yang baik, meskipun begitu rutinitas baru memang bagi sebagian besar orang adalah tugas rumah yang berat.

Apalagi bagi anak dengan spektrum autisme atau ADHD, kemungkinan besar hal ini adalah tantangan yang tak mudah bagi mereka. Lalu bagaimana caranya supaya Habit stacking bisa berjalan lancar sesuai harapan?

Mengenal habit stacking yang bisa dipraktekkan di rumah


Melansir dari laman Well and Good, penulis S.J. Scoot dalam bukunya 97 Small Life Changes That Take Five Minutes or Less mengungkapkan bahwa, teknik habit stacking merupakan sebuah cara melakukan kebiasaan baru di atas kebiasaan lama yang sudah ada, tanpa perlu benar-benar menghilangkan kebiasaan lama. Habit stacking akan lebih mudah dilakukan untuk anak-anak dengan pengawasan penuh dari orang tua.

Psikolog Klinis, Melissa Ming Foynes, PhD juga mengungkapkan bahwa habit stacking ini sebenarnya cukup mudah dilakukan. Ibu hanya perlu mengidentifikasi kebiasaan lama yang ada sebagai isyarat untuk terlibat pada tindakan baru, yang diharapkan dapat menjadi kebiasaan baru yang baik.

Habit stacking dapat dilakukan dengan segera, kapan saja, dan di mana saja. Namun Ibu harus siap tentang beragam penolakan yang mungkin Ibu dapatkan. 

Misalnya, saat Ibu tak lagi menggendong si kecil saat makan dan fokus mendudukan di kursi makan. Nantinya, meskipun makanannya tidak habis, biasanya orang tua terdahulu akan menyarankan agar digendong saja supaya makanannya habis.

Penolakan yang Ibu dapatkan adalah hal wajar karena beberapa orang belum tentu bisa menerima kebiasaan baru yang Ibu terapkan. Tapi jika untuk tujuan yang baik, maka Ibu perlu mengkomunikasikan hal ini pada orang sekitar.

Tips menerapkan Habit stacking di rumah


Habit stacking dapat dilakukan dengan mudah bila kebiasaan baru tersebut mudah diadaptasi di rumah. Namun Ibu harus memiliki trik khusus supaya implementasinya berjalan dengan lancar.

Melansir dari laman The Dad Train, berikut ini ada tips mudah untuk mulai menerapkan habit stacking di rumah:

1. Identifikasi kebiasaan lama yang sudah dilakukan

Sebelum memulai kebiasaan baru, Ibu bisa terlebih dahulu mengidentifikasi kebiasaan lama yang sudah ada untuk kemudian dilanjutkan dengan kebiasaan baru. Ibu bisa mulai dengan kebiasaan ringan terlebih dahulu.

Misalnya ketika anak terbiasa makan sambil nonton TV. Ibu bisa katakan pada si kecil bahwa sebaiknya makan bersama-sama dulu di meja makan sebelum ia menonton TV. 

Berikan juga alasan yang tepat untuknya seperti, “makan dulu yuk sebelum nonton TV, nanti kalau makan sambil nonton TV bisa tersedak, lho!”

2. Konsisten melakukan kebiasaan baru dengan urutan yang jelas

Disiplin dan konsistensi sangat diperlukan dalam hal ini karena jika aturan yang Ibu terapkan sering berubah, maka anak akan melihat hal tersebut bisa diabaikan atau dilanggar. Lakukan kebiasaan baru secara pelan-pelan setelah kebiasaan lama secara rutin supaya hasilnya dapat maksimal.

3. Lakukan dengan bahagia dan tanpa tekanan


Ibu tidak perlu batas waktu tertentu supaya habit stacking bisa selalu dilakukan di rumah. Semua orang akan beradaptasi dan proses adaptasi setiap individu pasti akan berbeda. 

Lakukan teknik habit stacking dengan bahagia dan tanpa tekanan, sehingga setiap orang akan menjalaninya tanpa beban. Tidak ada batas waktu kapan habit stacking bisa berhasil, karena proses ini membutuhkan waktu.

4. Hindari patah semangat saat melakukan Habit stacking

Tetap semangat dalam melakukan habit stacking dan hindari goyah atau putus asa karena kegagalan dalam sehari. Perlahan saja, namun pastikan sesuai dengan rencana yang Ibu tetapkan.

5. Beri pengertian pada anggota keluarga lain

Habit stacking yang Ibu terapkan di rumah mungkin saja merupakan teknik tak biasa bagi orang luar (keluarga atau orang lain yang tidak tinggal serumah). Beri pemahaman mengapa Ibu melakukan habit stacking dan apa dampak baik yang dapat dirasakan.

Orang lain seakan membantah dan tidak mau menerima hal tersebut? Berikan balasan senyuman saja karena, selama habit stacking dalam keluarga Ibu punya tujuan baik, maka dipastikan itu langkah terbaik untuk keluarga sendiri.

Habit stacking untuk anak autisme atau ADHD


Bagi Ibu yang punya anak istimewa dengan kondisi autisme atau ADHD, habit stacking bisa menjadi tantangan yang luar biasa. Tidak mudah namun tetap bisa dilakukan dengan baik.

Melansir dari laman Very Well Mind, habit stacking untuk anak ADHD atau autisme ternyata punya banyak manfaat seperti:

  • Melatih fokus anak
  • Melatih segalanya lebih tertata
  • Mengajarkan tentang komitmen
  • Mengenalkan tentang hal yang harus menjadi prioritas
  • Melatih memori anak
  • Membantu mengelola emosi
  • Dapat mengurangi stress pada anak.

Bagaimana cara menerapkan habit stacking pada anak berkebutuhan khusus? Teknik habit stacking umumnya sama saja, meski memang kesabaran ekstra akan sangat Ibu perlukan di sini.

Anak dengan spektrum autisme atau ADHD cenderung lebih rumit untuk memahami rutinitas baru karena ia pasti menuntut untuk melakukan rutinitas yang lama. Biasanya Ibu akan menghadapi sejumlah penolakan, tantrum, hingga meltdown yang tak terduga.

Lakukan dengan sabar dan penuh cinta supaya anak istimewa Ibu bisa menerapkan habit stacking seperti anggota keluarga lainnya ya!

Editor: Aprilia