Balita

Jangan Sepelekan, Inilah 7 Tanda Stres Pada Anak

Jangan Sepelekan, Inilah 7 Tanda Stres Pada Anak

Banyak orang tua yang tidak peka dalam mengenali tanda stres pada anak. Adanya perubahan lingkungan, tekanan dari banyak pihak, kegagalan dalam pencapaian, bahkan melihat orang tuanya stres, seringkali juga menimbulkan tanda stres pada anak. Yang membedakan stres pada anak dengan stres pada orang dewasa adalah cara menunjukkan dan bagaimana mengelola emosi. Tanda stres pada anak tidak langsung ditunjukkan atau diucapkan oleh anak. Biasanya, tanda stres pada anak akan tercermin dari perilaku dan kondisi fisiknya.

Dilansir dari laman very well family, stres pada anak dilihat dari perilakunya adalah seperti mudah gelisah, mood cepat berubah, ketakutan berlebihan, sulit berkonsentrasi, menjauh dari teman atau bahkan menutup diri. Sedangkan tanda stres yang tampak pada kondisi fisik berupa sakit perut, mual dan muntah, sulit tidur, sakit kepala, tidak nafsu makan atau malah makan melebihi biasanya, serta berkeringat saat tidur.

Stres pada anak bisa dipicu oleh banyak hal, seperti yang sudah dirangkum dari laman verywellfamily berikut::

  • Tekanan akademik: proses belajar yang padat, tuntutan untuk memiliki nilai bagus, takut dimarahi jika bernilai buruk, takut dikucilkan teman karena nilainya jelek, dan masalah-masalah akademik lainnya.

  • Perubahan besar dalam keluarga: adanya anggota keluarga yang meninggal seperti Ayah, Ibu, saudara kandung atau kehilangan seluruhnya bersamaan. Adanya perceraian juga menjadi pemicu. Pertengkaran di antara orang tua yang berujung perpisahan, atau keadaan yang terlihat biasa saja bagi anak namun tiba-tiba orang tua bercerai, bisa membingungkan anak dan menjadikan mereka stres.

  • Bullying: bully tentu menjadi hal yang paling membuat anak trauma. Hal ini termasuk dalam hal yang serius dan dapat mempengaruhi kehidupan seseorang dalam jangka waktu lama. Stres dapat timbul karena anak tertekan akibat bullying, yang selanjutnya dapat mengakibatkan trauma.

  • Kejadian besar di lingkungan: kejadian yang dimaksud seperti aksi bom, pembunuhan, kekerasan di masyarakat, konflik politik yang berujung buruk, demonstrasi dengan aksi kekerasan, bencana alam, bahkan pandemi COVID-19 seperti saat ini, dapat menjadi penyebab anak stres. Pemikiran anak sebenarnya sederhana. Sehingga ketika mengetahui hal yang menurutnya terlalu rumit hingga keadaan di sekitarnya berubah banyak, tentu membuat anak stres dan bingung.

  • Ketidakstabilan kondisi orang tua: orang tua tentu mengalami hal-hal yang juga tidak mulus dalam hidupnya. Kehilangan pekerjaan atau situasi ekonomi yang berubah membuat orang tua sedikit lebih serius dari biasanya, dan anak malah jadi ikut stres. Mereka seolah mengerti ada yang berubah dari keluarganya, ingin  membantu, tapi mereka hanyalah anak-anak yang masih tidak bisa berkontribusi banyak dalam segi ekonomi.

  • Rutinitas yang terlalu padat: anak yang memiliki jadwal harian terlalu padat akan lebih rentan stres. Hal ini dikarenakan mereka tidak bisa memiliki waktu untuk sendiri, baik dalam hal solo play atau istirahat.

  • Film atau buku yang menakutkan: seringkali anak penasaran menonton film atau membaca buku yang menyeramkan. Jika mereka benar-benar melahap isi film atau buku tersebut, maka anak akan memelihara ketakutannya sendiri dan berujung pada stres.

Dari penyebab-penyebab itulah anak seringkali menderita stres yang tidak disadari orang tua. Lebih jauh, Ibupedia akan memberikan ulasan mengenai tanda yang menunjukkan bahwa anak Ibu sedang stres.

  1. Menjadi Pemurung dan Tertutup

    Tanda stres pada anak yang pertama adalah anak jadi murung dan lebih tertutup. Biasanya anak akan menghindari teman atau lebih suka sendirian. Saat sendiri pun anak tampak lebih sedih dan sering melamun. Satu hal yang pasti dari anak yang menunjukkan tanda ini adalah ada sesuatu yang mengganggu pikiran anak. Anak sedang terbebani oleh sesuatu yang membuatnya terus berpikir dan enggan untuk didekati orang lain.

  2. Tantrum Berlebih

    Pada anak dengan usia yang lebih muda, stres akan diluapkan begitu saja lewat tantrum. Anak jadi lebih mudah rewel dan uring-uringan, dan akan semakin menjadi jika orang tuanya juga stres. Anak-anak memilih caranya sendiri untuk menunjukkan stresnya. Selain menutup diri, tantrum dan mudah menangis juga bisa dikategorikan sebagai tanda stres pada anak.

  3. Mengalami Masalah Tidur

    Bila Ibu memiliki rutinitas menjelang tidur yang tetap, anak masih bisa mengalami gangguan tidur saat stres, lho. Biasanya anak akan jadi susah tidur meski sudah melakukan rutinitas yang biasa. Di lain kondisi, bisa juga anak sedikit-sedikit terjaga dari tidurnya di tengah malam, berkeringat dingin saat tidur malam, serta mengigau sambil menangis. Bisa dipastikan anak Ibu sedang menunjukkan tanda stres yang membebani pikirannya. Uniknya, memiliki masalah tidur dalam kondisi ini tidak diikuti oleh gejala lain seperti demam atau penyakit lain. Masalah tidur anak murni karena gejala stres pada anak.

  4. Nyeri Perut

    Anak yang mengalami stres akan menunjukkan gejala sakit pada perutnya. Dilansir dari NYTimes, perut dan usus memiliki sistem saraf tersendiri yang merespon terhadap hormon stres seperti respon di otak. Sehingga menyebabkan anak mengeluh nyeri pada perutnya meskipun ia sebenarnya tampak sehat dan aktif di keseharian. Ya, anak yang aktif dan ceria pun bisa menyembunyikan stres, yang kemudian muncul melalui nyeri pada perut. Tak hanya nyeri, pada beberapa anak juga muncul tanda seperti muntah dan diare.

  5. Sariawan

    Sebenarnya para ahli belum mengetahui pasti bagaimana sariawan bisa dikoneksikan dengan tingkat stres pada anak. tetapi, saat stres, biasanya tubuh anak jadi lebih sensitif. Sehingga mungkin saja sariawan terjadi karena sensitivitas di dalam mulut semakin meningkat. Apalagi pada anak yang lebih muda, stres dan cemas diikuti dengan kebiasaan menggertakkan gigi, menggigit kuku, atau mengulum bibir.

  6. Nyeri Tulang dan Otot

    Jika anak Ibu tampak baik-baik saja saat berolahraga atau melakukan aktivitas fisik dengan temannya, tetapi mengeluhkan bahwa tulang dan ototnya nyeri, maka hal ini merupakan tanda stres pada anak. Mengapa bisa begitu? Hal ini dikarenakan tubuh manusia dikoneksikan dengan sistem saraf yang menyeluruh dari kepala sampai kaki. Stres akan muncul di sistem saraf manapun dan menunjukkannya dengan rasa nyeri atau sakit di bagian-bagian tertentu.

  7. Buang Air Kecil Lebih Sering

    Anak yang stress juga bisa menunjukkan tanda ini, lho. Mereka jadi lebih sering ke toilet karena hormon stress juga bisa muncul di saraf yang berada pada kandung kemih.
     

Meski tidak semua tanda stres pada anak muncul bersamaan, anak bisa menunjukkan salah satu atau lebih tanda tanpa diikuti penyakit atau demam, maka besar kemungkinan anak terserang stress. Apa yang bisa Ibu lakukan jika akhirnya mengetahui bahwa anak sedang stress dan tubuhnya memberi tanda-tanda di atas?

  • Evaluasi kembali apakah ada suatu hal di keluarga yang membuat anak merasa terbebani secara pikiran. Bila ada, maka perlu adanya pendampingan lebih intens pada anak untuk mengurangi rasa stress, sedih atau kecewanya. Tapi bila tidak ada, cobalah mencari tahu di lingkungan sekolah atau lingkungan bermainnya.

  • Ajak anak mengobrol dari hati ke hati untuk mengurangi beban pikirannya.

  • Habiskan waktu lebih banyak bersama anak untuk membantu anak melupakan stresnya.

  • Pandemi COVID-19 juga pemicu stress pada anak yang terlalu lama diisolasi di rumah. Buatlah kegiatan menyenangkan di rumah atau sekitar rumah yang menyenangkan untuk meredakan stresnya. Bila memungkinkan, ajak anak berkeliling dengan kendaraan dengan tetap menghindari makan di tempat umum, mematuhi protokol kesehatan, serta menerapkan cara aman keluar masuk rumah.

  • Libatkan anak dengan kegiatan di rumah seperti saat Ibu memasak atau membersihkan rumah. Dengan dilibatkan anak akan merasa lebih baik dalam menangani stresnya.

Bila Ibu merasa masih tidak bisa mengatasi stress pada anak, mengunjungi dokter adalah langkah tepat. Biasanya merujuk pada psikolog anak. mintalah saran tentang bagaimana membantu anak melewati masa stresnya. Baik kesehatan fisik maupun mental perlu diseimbangkan dan dijaga. Agar anak dapat tumbuh dengan sehat fisik serta sehat jiwa.

Penulis: Dwi Ratih