Balita

9 Cara Jitu Mengatasi dan Mencegah Anak Meltdown!

9 Cara Jitu Mengatasi dan Mencegah Anak Meltdown!

Anak meltdown bisa seketika membuat hati orang tua mana saja turut hancur. Betapa tidak, setiap balita meltdown pasti juga ditandai dengan tingkah laku yang seakan tidak bisa dikendalikan. Ibu atau Ayah sebagai orang tua terdekat bagi si kecil juga harus mampu mengontrol emosi yang mungkin muncul bersamaan dengan momen anak meltdown ini. 

Ketika anak meltdown ia juga bisa merasakan suasana di sekelilingnya, terutama Ibu atau Ayah yang sedang menanganinya saat itu. Bila kita ikut terpancing dan lebih emosi saat menghadapi anak meltdown, maka kemungkinan besar si kecil semakin tidak terkontrol. 

Kondisi meltdown dan tantrum juga ternyata cukup berbeda lho. Simak ulasan selengkapnya supaya penanganan balita meltdown bisa lebih tepat yuk!

Apa sih Meltdown dan Tantrum Itu?

Melansir dari laman Parents Action for Children, meltdown adalah sebuah kondisi di mana secara tidak sengaja anak sangat kewalahan dalam merespons perasaan emosi mereka. Perasaan ini sedikit sulit untuk dimengerti oleh orang lain karena anak meltdown saja yang bisa merasakannya. 

Pemicu umum munculnya meltdown pada anak adalah kondisi frustrasi atau amarah yang tak mampu dikontrol sendiri oleh si kecil. Ilustrasinya adalah tiba-tiba anak merasa sangat sedih namun ia tidak tahu apa yang sedang ia alami atau mengapa perasaan tidak nyaman ini muncul dalam dirinya. 

Si kecil akan merespons perasaan ini dengan cara menangis sejadinya, beberapa bahkan seperti begitu marah hingga harus melampiaskannya. Momen meltdown ini tak hanya membuat si kecil lelah, tetapi juga para orang tua, seringnya Ibu seperti tidak tahu harus berbuat apa. 

Momen ini juga kerap menghampiri si kecil dengan kondisi emosional yang besar dan tidak tahu bagaimana menghadapinya. Meltdown sangat berbeda dengan tantrum, anak meltdown cenderung tidak tahu apa yang sedang dirasakan dan bagaimana mengatasinya, namun anak tantrum lebih mengarah pada rasa marah atau sedih yang bertujuan, misalnya ia akan sangat marah atau sedih saat tidak dibelikan mainan yang ia mau saat sedang pergi di mall. 

Tantrum sendiri ada banyak macamnya, misalnya menangis sekeras mungkin, menangis dengan berguling-guling di lantai, memukul, menendang, dan masih banyak lagi. Tantrum dapat berhenti bila apa yang diinginkan anak dapat terpenuhi, misalnya akhirnya ia mendapatkan kue yang ia mau. Namun berbeda saat anak meltdown, seringnya ini akan berhenti saat anak merasa lelah atau ketika orang tua yang ada di sekitarnya mampu membuatnya tenang dan nyaman.

Melansir dari laman Child Mind Institute, anak-anak dengan kondisi ADHD atau autisme sangat rentan mengalami meltdown seperti ini. Anak ADHD akan mengalami meltdown ketika ia merasa sangat bosan atau saat tindakan impulsifnya tidak terkontrol, sementara itu anak dengan autisme akan merespons setiap perubahan yang sedang ia alami dengan kondisi meltdown yang tak terduga. 

Tak hanya itu saja, anak yang memiliki gangguan belajar yang belum terdiagnosis dengan tepat juga kemungkinan akan mengalami meltdown akibat frustrasi yang tak terurai. Semua ini bisa saja diatasi dengan memberi si kecil apa yang mereka inginkan (meskipun ia tidak menyebutkannya), misalnya memberi es krim asal dia diam, atau membelikan mainan yang menarik perhatiannya. Namun alih-alih ini akan mengurangi anak meltdown, justru jalan pintas yang satu ini akan memperpanjang masa meltdown yang seharusnya mampu diatasi sedini mungkin. 

Cara terbaik untuk mengatasi balita meltdown adalah dengan melabeli perasaan yang sedang ia rasakan supaya ia paham emosi apa yang sedang ia jalani dan ajak ia untuk mampu lebih tenang. Misalnya saat anak meltdown, Ibu bisa dengan segera membaca tanda-tandanya apakah ia meltdown karena perasaan sedih atau justru marah. 

Katakan padanya bahwa kakak sedang merasa sedih, kalau sedih boleh menangis tapi tidak perlu memukul atau berteriak supaya tidak mudah lelah. Menangis sampai lega lalu kemudian bicarakan pada Ibu apa yang membuatnya amat sedih. Atau Ibu bisa mengajaknya berdoa bila perasaan meltdown ini muncul secara tiba-tiba.


Bagaimana Cara Mengatasi dan Mencegah Anak Meltdown?

Balita meltdown dan tantrum adalah suatu tantangan tersendiri dalam dunia parenting. Setiap orang tua pasti akan mengalami masa anak meltdown atau balita tantrum untuk beribu-ribu kalinya. Hal ini wajar terjadi karena masa balita atau anak-anak adalah masa di mana mereka akan belajar dan bertemu banyak hal baru. 

Kita sebagai orang tua memiliki peran khusus mendampinginya tumbuh dengan baik. Meskipun anak meltdown akan lebih menantang dibandingkan saat anak tantrum, namun tetap saja setiap problematika kehidupan pasti punya penyelesaian dan solusi jitunya. Melansir dari laman Parents Actions for Children, berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi bahkan mencegah anak meltdown:

1. Carilah Tempat yang Aman


Anak meltdown bisa jadi tak kenal waktu, tempat, dan kondisi apapun. Saat anak meltdown, kemungkinan besar ocehan atau omelan yang dilakukan orang tua justru tak akan di dengarnya, sebaliknya, mengubah situasi bisa jadi menenangkan momen balita meltdown.  

Bila anak meltdown, Ibu bisa membawa si kecil ke tempat yang lebih aman. Tempat yang aman ini pastinya disesuaikan dengan kebutuhan si kecil juga, misalnya saat di jalanan terbuka, Ibu bisa membawa si kecil masuk ke rumah atau ruangan terdekat untuk menenangkannya. Atau saat berada di pusat perbelanjaan, Ibu bisa membawa si kecil sedikit menepi dan jauh dari tontonan banyak orang. 

Kondisi yang ramai dan jadi tontonan banyak orang bisa jadi salah satu pemicu meltdownnya muncul tiba-tiba. Ibu bisa mulai berbicara pada si kecil saat ia sudah sedikit lebih tenang ya.

2. Tetap Tenang saat Anak Meltdown


Kelihatannya tips yang satu ini sangat mudah untuk ditulis ya Bu? Namun yang menjalani bisa jadi sangat kewalahan, bergumul dengan rasa penat, lelah berkepanjangan, atau mungkin saja tertumpuk dengan beban berat lainnya. 

Tapi sayangnya, anak meltdown akan semakin sulit ditenangkan bila Ibunya sendiri tidak mampu tenang dan mengontrol emosinya lho. Jadi, saat balita meltdown, saatnya Ibu untuk tarik nafas dalam dan panjang, atau sejenak minum air putih untuk menangkan diri. 

Bila tidak memungkinkan, Ibu bisa memberi afirmasi positif pada pikiran Ibu bahwa hal ini dapat terjadi pada siapa saja dan anakku sedang membutuhkan ketenanganku. Segala macam bentuk afirmasi positif saat ini sedang Ibu butuhkan supaya dapat lebih tenang saat menghadapi si kecil yang sangat sulit dikontrol saat itu.

3. Hindari Mengomel atau Mengoceh pada Si Kecil


Paling mudah sepertinya memang ngomel ya Bu saat sedang menghadapi si kecil yang susah sekali diatur, apalagi kalau situasinya tidak tepat. Namun faktanya, mengomeli atau mengoceh pada si kecil saat anak meltdown justru akan semakin membuat momen ini tak berkesudahan! 

Mengomel saat anak meltdown hanya akan membuang tenaga dan semakin menguras emosi Ibu, jadi sebaiknya dikurangi dan diabaikan sesering mungkin ya.

4. Coba Beberapa Teknik Menenangkan Si Kecil


Saat anak meltdown, ada beberapa cara yang dapat dilakukan seperti tetap menemani si kecil di sebelahnya. Duduklah dekat dengan posisi saat anak meltdown, dengan duduk menemaninya, ia tahu bahwa keberadaan Ibu untuk membantunya menghadapi masa sulit ini sungguh nyata.

Bisa juga dengan cara membelai punggungnya supaya ia lebih tenang. Saat membelai punggung atau memegang tangannya, Ibu bisa ucapkan kalimat positif seperti:

“Oke, kakak sedih ya, tenang dulu, sabar ya, Ibu ada di sini.”

“Adik sedang marah? Oke Mama paham, mama temani ya. Sabar ya sayang.”

“Subhanallah nak, sabar sayang, tidak apa-apa, apapun yang abang rasakan insyaAllah Ibu paham.”

Beberapa anak meltdown ada yang suka juga diberi pelukan sembari ditenangkan dengan kata-kata positif seperti di atas. Beberapa di antaranya perlu waktu sampai suara tangisannya reda dari teriakan keras hingga hanya tersisa isakannya saja.

5. Ajak Bicara Perlahan saat Sudah Tenang


Anak meltdown ada masa berakhirnya, jadi jangan khawatir, meskipun masa berakhir setiap anak berbeda namun Ibu harus tetap sabar mendampingi si kecil. Ketika si kecil sudah mulai tenang, Ibu bisa mulai perlahan dengan menanyakan apa yang sedang si kecil rasanya, apa yang mau ia sampaikan pada Ibu, atau Ibu juga bisa menawarinya dengan air putih dan snack kesukaannya supaya ia lebih tenang lagi. 

Berbicara saat ia sudah tenang akan jauh lebih baik daripada saat ia masih dalam kondisi meltdown.

6. Jangan Lupa untuk Melabeli Perasaannya


Beberapa anak mungkin tidak tahu pasti mengapa ia merasakan sensasi meltdown ini, misalnya anak dengan kondisi istimewa ADHD atau autisme. Mereka perlu diberi tahu perasaan apa yang sedang ia rasakan saat ini. Saat sedang menangis karena bersedih, raut wajahnya akan terlihat, nada tangisannya juga cenderung lebih lirih dan menimbulkan kesedihan bagi siapa saja yang mendengarnya. 

Sementara itu, tangisan saat ia marah akan lebih jelas terlihat misalnya raut wajah yang sangat merah, mimik muka yang keras, hingga nada tangisan yang cenderung diiringi dengan teriakan. Bila Ibu sudah mengenal jenis tangisannya, Ibu bisa membantu si kecil mengetahui perasaan meltdown yang sedang ia rasakan dengan cara melabeli perasaannya seperti: 

“Oh kakak sedang sedih.” Atau “Oke, abang sedang marah sekali ya rupanya.”

Dengan melabeli perasaan, anak ADHD atau autisme akan lebih mudah untuk mengkomunikasikan perasaannya kelak dan seterusnya.

7. Perbanyak Mainan yang Mengasah Sensory


Sensori atau bagian indra anak-anak ternyata butuh untuk dilatih meskipun baik-baik saja. Berlatih dan bermain dengan permainan yang mengasah sensori si kecil sangat bermanfaat dan mampu meminimalisasi anak meltdown. 

Terapi sensori integrasi sendiri biasanya digunakan untuk anak dengan kondisi special seperti autisme atau sejenisnya. Permainan yang melibatkan sensori ini juga cukup banyak misalnya bermain pasir, beras, playdough, kacang-kacangan, dan masih banyak lagi. 

Meremas playdough, bantal, balon, bola atau sejenisnya juga berfungsi sebagai penenang disaat mereka sedang merasa meltdown. Ibaratnya ini adalah pelampiasan yang lebih aman untuknya.

8. Membangun Hubungan Erat dengan Si Kecil

Meluangkan waktu bermain minimal 20 menit sehari untuk si kecil dapat membantu membangun ikatan atau hubungan yang kuat antara anak dengan orang tua. Anak yang mendapatkan perhatian dan kasih sayang cukup melalui keberadaan (existence) orang tua cenderung akan lebih mudah mengekspresikan perasaannya dan lebih mungkin terhindar dari kondisi meltdown ini. 

Ajak si kecil untuk bercerita sehingga suatu saat ia sedang merasakan emosi, ia bisa melampiaskannya melalui cerita atau hal positif lainnya.

9. Ajarkan Mereka Cara Menangkan Diri yang Baik!


Menangkan diri dapat dilakukan dan dilatih sejak dini, bagi si kecil momen ini adalah momen yang sangat bagus. Hindari memberinya iming-iming seperti : “Kalau diam akan dibelikan mainan yang adek mau.” Karena ini akan menjadi pola yang buruk dan ia akan memiliki masalah regulasi diri yang tak sempurna. 

Cara menenangkan diri dari emosi yang meluap dan tak terhindarkan adalah dengan melatihnya, bukan memberi makan egonya! Jika bersedih boleh menangis, jika marah harus mampu menenangkan diri misalnya dengan minum air putih atau atur nafas, dan masih banyak lagi cara lainnya. Mengajarkan si kecil menenangkan diri melalui olahraga juga bagus lho!

 

Editor: Atalya