Balita

Cara Mudah Bedong Bayi, Biar Si Kecil Tidur Nyaman

Cara Mudah Bedong Bayi, Biar Si Kecil Tidur Nyaman

Bedong bayi merupakan salah satu cara yang dianggap paling ampuh untuk membuat bayi merasa nyaman. Bedong bayi dianggap memiliki beragam manfaat, salah satunya dapat membuat bayi merasa hangat seperti berada dalam dekapan ibu.

Namun, ternyata bedong bayi nggak bisa sembarangan dilakukan lho, Bu. Bedong bayi harus dilakukan dengan cara yang tepat agar tidak membahayakan bayi. Bedong bayi dianggap menjadi ‘senjata’ yang cukup ampuh untuk membuat bayi merasa tenang.

Akan tetapi hal ini masih cukup banyak diperdebatkan oleh para ahli, dikarenakan bedong bayi tetap memiliki risiko cedera. Untuk terhindar dari risiko tersebut ada baiknya perhatikan hal-hal berikut ini ya Bu.  

Membedong bisa bikin bayi nyaman


Menurut Journal of American Academy of Pediatrics, Richard Schwend, M.D., FAAP, Ketua Bagian AAP tentang Komite Eksekutif Ortopedi, membedong bayi bermanfaat untuk melindungi mereka dari kedinginan dan membuat mereka merasa lebih nyaman. Namun, perlu diperhatikan bahwa bedong bayi tidak boleh terlalu ketat dan harus dilakukan dengan teknik modern.

“Bayi memiliki refleks kejut yang tidak dapat mereka kendalikan. Dengan bedong bayi, dapat mengurangi hal tersebut, asalkan dilakukan dengan cara modern, tidak diikat terlalu ketat yang bisa berisiko cedera pada panggulnya,” jelasnya.

Dalam jurnal tersebut juga dikatakan bahwa bedong bayi merupakan cara tradisonal yang sangat aman dilakukan selama digunakan dengan benar bahkan bisa membuat bayi tidur lebih nyenyak. Namun para ahli menyimpulkan ada beberapa alasan mengapa bedong bayi menjadi pro dan kontra.

Bedong bayi menjadi pro jika dilakukan dengan benar dan tidak membedong bayi terlalu ketat. Akan menjadi kontra apabila bedong bayi diikat terlalu kencang di bagian kaki, dengan tujuan agar kakinya kelak akan tumbuh lurus.

Bedong bayi yang terlalu ketat pada bagian pinggul juga tidak baik untuk bayi karena akan memengaruhi pinggul, sendi, dan tulang rawannya, serta dapat meningkatkan risiko hip dysplasia atau cedera panggul. Nah, untuk menghindari hal tersebut, Ibu wajib tahu cara bedong bayi yang benar agar si kecil tetap aman dan merasa nyaman ya.

Cara bedong bayi yang benar


  1. Bentangkan selimut atau bedongan di atas permukaan rata dengan salah satu sudut seperti belah ketupat.
  2. Lipat sudut bagian atas ke arah bawah.
  3. Tempatkan bayi di atas bedong menghadap ke atas. Tempatkan kepala bayi di atas bagian bedong yang terlipat. Letakkan tubuhnya memanjang lurus. 
  4. Kemudian luruskan lengan kiri bayi, ambil sisi kiri bedong dan bungkus lengan dan dada kiri bayi. Setelah itu selipkan bedong bayi di bawah lengan dan punggung bagian kanan.
  5. Lipat bagian bawah bedong bayi ke atas tubuh bayi, dan selipkan di bawah lipatan pertama, tepat di bawah dagunya. 
  6. Luruskan lengan kanan bayi dan tarik sisi kanan bedong ke tubuh dan selipkan di bawah sisi bagian kiri.
  7. Putar dengan lembut bagian bawah bedong dan selipkan di bawah bayi. Ibu juga bisa mengikat longgar ujung baju pada bagian kaki bayi agar bedongan tidak mudah lepas.
  8. Pada tahap terakhir ini penting untuk tidak mengikat bedong bayi terlalu ketat dan usahakan menggunakan bedong dengan bahan yang lembut dan lentur agar mudah diikat.

Perhatikan hal ini sebelum bedong bayi, ya Bu!


Bedong bayi memang tidak boleh sembarangan dan asal-asalan ya, Bu. Jika salah dapat membuat bayi menjadi tidak nyaman dan berisiko mengalami cedera. Ibu pasti nggak mau hal ini terjadi pada si kecil kan? Nah, untuk itu perhatikan hal ini sebelum bedong bayi ya.

  • Hindari membedong bayi terlalu ketat.
  • Jangan bedong terlalu longgar. Nah, jika tadi tidak boleh terlalu ketat, membedong bayi juga tidak boleh terlalu longgar ya, Bu. Usahakan bayi tidak mengeluarkan kedua tangannya ketika dibedong agar tetap hangat.
  • Bagian bawah bedongan juga tidak boleh diikat terlalu kencang. Kaki bayi harus memiliki ruang agar ia bisa menggerakan kaki dengan leluasa. Ingat ya Bu, membedong bayi terlalu kencang hanya akan memperbesar risiko bayi mengalami cedera.
  • Bayi wajib berada pada posisi terlentang ketika sedang dibedong.  
  • Pastikan bayi selalu diawasi jika berada dalam kondisi sedang di bedong.
  • Waktu terbaik untuk membedong bayi adalah sehabis mandi pagi, saat hendak tidur atau malam hari ketika hendak tidur. Tujuannya agar bayi paham kapan waktu tidur dan kapan waktu bermain.
  • Pastikan Ibu hanya membedong bayi pada saat ia tidur atau rewel saja ya. Biarkan anggota tubuhnya bergerak bebas terutama ketika sedang diajak bermain.
  • Pilih jenis bedongan dengan bahan katun yang lembut agar bayi tidak merasa gerah. Usahakan bahan kainnya lentur sehingga mudah untuk membuat simpul ikatan.

Kapan waktu yang tepat untuk berhenti bedong bayi?


Dikutip dari Healthy Children sebaiknya mulailah berhenti membedong bayi saat usianya sudah mencapai 2 atau 4 bulan, di mana ia sudah mulai belajar berguling. Hal ini bertujuan agar si kecil bebas bereksplorasi menggerakan seluruh anggota tubuhnya.

Selain itu bedong bayi yang sudah mulai berguling dapat berpotensi meningkatkan risiko SIDS (Sudden Infant Death Syndrome) atau mati lemas jika bayi berguling saat tidur dan tidak diawasi. Meskipun kasus ini jarang terjadi, namun tak ada salahnya untuk tetap waspada ya Bu.

Sebelum bedong bayi perhatikan hal ini!


  • Cek lingkungan sekitar, pastikan cuaca dan suhunya sesuai dengan bayi. Udara sebaiknya tidak terlalu panas atau dingin.
  • Jangan langsung membedong bayi tanpa baju. Gunakan kaos berbahan tipis dan nyaman sebelum membedong bayi.
  • Pastikan ruangan nyaman bagi bayi. Si kecil membutuhkan ruangan yang cukup baginya untuk bernafas dan memperoleh udara segar dengan leluasa. Jangan bedong bayi ketika ruangan dipenuhi banyak benda. Alangkah lebih baik lagi, pastikan di sekeliling tempat tidurnya hanya ada dia saja ya, Bu, tanpa bantal, guling, atau boneka.
  • Gunakan selimut tambahan di luar bedongan jika udara dirasa terlalu dingin, namun tetap perhatikan jangan sampai menutupi wajah bayi ya, Bu.

Penulis: Aprilia Ramdhani
Editor: Dwi Ratih