Balita

Ingin Anak Jago Merapikan Mainan Sendiri? Ini Rahasianya!

Ingin Anak Jago Merapikan Mainan Sendiri? Ini Rahasianya!

Berusaha agar anak mau merapikan mainan sendiri kerap menjadi tantangan bagi banyak orangtua. Anak-anak sangat suka bermain, membongkar kotak mainannya, dan membuat ruangan menjadi penuh mainan. Tapi jika diminta membereskan kembali, kebanyakan anak akan acuh tak acuh dan melimpahkan tugas itu ke orangtua atau orang dewasa lainnya. Uniknya, meski orangtua kerap dibuat kesal dengan kegiatan satu ini, mereka seolah seperti tidak punya pilihan selain tetap membereskan mainan anaknya, walau dilakukan sambil mengomel juga.

Seringkali, walau anak sudah berusaha merapikan mainan sendiri, orangtua tetap ingin memastikan kalau apa yang dilakukan anak sudah benar. Misalnya jika anak salah menempatkan action figure di tempat yang bukan seharusnya, orangtua akan segera menukarnya. Perilaku ini mungkin terjadi secara spontan, apalagi jika orangtuanya perfeksionis.

Namun sebenarnya, kebiasaan di atas justru merugikan lo. Pertama, karena hanya akan menambah tugas orangtua. Kedua, karena secara tidak langsung, orangtua justru seperti menyampaikan pesan bahwa “tidak apa-apa tidak membereskan mainan, toh ada orang dewasa yang membereskan”. Selain itu, anak juga mungkin akan merasa tidak dipercaya kalau ia bisa merapikan mainan sendiri. Lama-lama, anak jadi malas melakukannya.

Membiasakan agar anak mau merapikan mainan sendiri memang butuh kesabaran ekstra. Namun, bukan berarti hal itu tidak bisa dilakukan. Apalagi ternyata, mengajarkan anak membereskan mainannya itu bermanfaat untuk kehidupan mereka selanjutnya. Selain menanamkan rasa tanggung jawab, mengajarkan anak pekerjaan rumah tangga pada usia dini, juga akan membantu membangun kemandiriannya, menurut studi yang dilakukan University of Minnesota. Anak yang mulai melakukan pekerjaan rumah lebih awal, yaitu sekitar 3 atau 4 tahun, ternyata juga cenderung memiliki hubungan yang baik dengan teman sebaya dan keluarga serta lebih sukses di bidang akademik dan karier, jika dibandingkan dengan anak yang tidak diajarkan pekerjaan rumah saat masih kecil.

Berikut ini beberapa tips mengajarkan anak merapikan mainan sendiri.

  1. Jelaskan mengapa merapikan mainan sendiri itu penting, termasuk alasan soal kebersihan

    Terkadang, anak malas membereskan mainannya sendiri karena belum memahami mengapa itu penting. Ibu bisa menjelaskan kepada anak tentang alasan-alasan kenapa ia perlu melakukannya, misalnya jika mainan tidak dirapikan nanti orang lain bisa tersandung, atau kalau tidak dikembalikan ke tempatnya, mainannya itu bisa hilang. Ibu juga bisa memberikan pemahaman terkait kebersihan, misalnya mainan yang menumpuk bisa menimbulkan penyakit atau jadi sarang laba-laba.

  2. Gunakan timer agar anak lebih semangat merapikan mainan sendiri

    Cara lain agar anak mau merapikan mainan sendiri adalah dengan memacu jiwa-jiwa kompetitifnya lewat sebuah timer. Menyetel durasi tertentu dan menghitungnya mundur bisa mendorong anak lebih bersemangat melakukan sesuatu, termasuk membereskan mainannya. Anak cenderung suka berlomba dan ingin selalu lebih cepat dari siapa pun, sehingga cara ini mungkin akan berhasil membuatnya jadi lebih rajin.

  3. Jadikan aktivitas membereskan mainan sebagai game agar anak lebih tertarik melakukannya

    Selain menggunakan timer, Ibu atau Ayah juga bisa mengubah aktivitas beres-beres ini menjadi sebuah permainan. Anak-anak yang masih menganggap bermain adalah dunianya, biasanya akan sangat senang jika orangtuanya mengajaknya bermain atau menyelesaikan suatu misi. Manfaatkan ketertarikan anak ini dengan memasukkan kegiatan membereskan mainan sebagai bagian dari game menarik. Ibu bisa berlomba dengan anak memasukkan mainan ke kotak mainannya, atau menyelamatkan binatang (animal figure) dari monster jahat. 

  4. Gunakan instruksi yang spesifik supaya lebih jelas dan mudah dipahami

    Centers for Disease Control and Prevention menyebutkan cara-cara memberikan arahan yang tepat untuk anak-anak. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan kalimat-kalimat yang spesifik. Alih-alih hanya memintanya untuk membereskan mainan saja, Ibu bisa mengubahnya jadi kalimat yang lebih jelas, misalnya: “Yuk, kita bawa kuda-kuda ini ke rumahnya, kalau udah gantian gajahnya ya”. Dengan perintah yang lebih spesifik, anak akan lebih mudah memahami.

  5. Beri mereka pilihan, mau membereskan Lego dulu, atau peralatan menggambarnya

    Selain itu, agar anak mau merapikan mainan sendiri, Ibu juga bisa memberikannya pilihan. Anak akan sangat suka diminta memutuskan sendiri pilihannya. Contohnya dengan menawarkan ke anak mau membereskan Lego dulu, atau peralatan menggambarnya. Jika sudah selesai dengan pilihan pertamanya, ingatkan kembali pada pilihan keduanya. Pastikan juga pilihan-pilihan yang diberikan sama-sama menguntungkan ya, Bu.

  6. Ajak anak melakukan aktivitas lain yang tidak kalah seru setelah ia selesai membereskan mainannya

    Terkadang, kita hanya butuh memacu semangat anak merapikan mainan sendiri dengan aktivitas lain yang tidak kalah seru setelah ia berhasil melakukannya. Tapi gunakan kalimat-kalimat yang positif. Daripada berkata, “Jangan ikut berenang sama adik sampai mainanmu dibereskan!” lebih baik mengatakan, “Setelah kamu menyimpan mainanmu, kita bisa berenang bersama adik.”

    Menegaskan apa yang terjadi selanjutnya bisa jadi insentif yang bagus untuk anak-anak. Dikutip dari Motherly, Ini juga membantu mereka bertransisi dari kegiatan selanjutnya dan memberi mereka sesuatu untuk dinantikan. 

  7. Ajak anak membereskan mainan bersama, ketimbang menyuruhnya melakukannya sendiri

    Biasanya, anak cenderung malas jika harus merapikan mainannya sendirian. Daripada menyuruhnya melakukan seorang diri, Ibu atau Ayah bisa mengajaknya membereskan mainan bersama. Kalau perlu ajak semua anggota keluarga dan bagi tugas untuk masing-masing, misalnya Ibu membereskan buku-buku, Ayah merapikan alat tulis, kakak dan adik memasukkan mainan ke kotaknya. Agar lebih menyenangkan, Ibu bisa menentukan waktu 10 menit untuk masing-masing orang melakukan tugasnya.

  8. Siapkan kotak penyimpanan yang berbeda-beda untuk setiap jenis mainan agar lebih mudah saat merapikannya

    Kebanyakan orangtua hanya menyiapkan satu kotak atau keranjang besar untuk semua mainan anaknya. Padahal menyiapkan beberapa kotak untuk memisahkan setiap jenis mainan dapat membuat anak mau merapikan mainan sendiri. Ibu bisa mencetak gambar mainan dan menempelnya di masing-masing kotak penyimpanan. Misalnya gambar alat tulis untuk ditempel di kotak alat tulis, gambar binatang untuk di kotak animal figure, gambar mobil untuk di kotak kendaraan, dan lain sebagainya. Jika anak Ibu sudah mulai belajar membaca, Ibu juga bisa menyertakan nama bendanya di kotak penyimpanan tersebut.

  9. Beri anak reward atau pujian saat ia berhasil merapikan mainan sendiri 

    Cara lain agar anak mau merapikan mainan sendiri adalah dengan memberinya pujian, hadiah atau reward saat ia berhasil menyelesaikan tugasnya. Anak-anak biasanya sangat suka hadiah. Tidak perlu uang atau barang-barang mahal, bahkan Ibu bisa menyiapkan stiker bintang sebagai reward jika ia mampu menyelesaikan pekerjaannya, termasuk membereskan mainan sendiri. Tempelkan setiap stiker sebagai pencapaiannya di sebuah papan agar ia bisa melihat seberapa banyak stiker yang sudah ia miliki.

    Selain itu, pastikan Ibu dan Ayah untuk memujinya secara verbal atas kerja kerasnya. Tarik perhatian mereka dengan mengatakan betapa rapinya ruangan itu sekarang dan dorong mereka untuk bangga dengan apa yang telah mereka lakukan.

  10. Jadilah role model bagi anak jika ingin anak meniru perilaku tersebut

    Cara-cara di atas akan kurang efektif jika orangtua sendiri tidak memberi contoh yang baik bagi anak-anaknya. Banyak yang bilang, cara terbaik untuk mendorong mereka merapikan mainan sendiri adalah dengan memberikannya contoh. Jadilah role model untuk anak-anak, tidak perlu menunggu anak agak besar untuk dapat memulainya. Ini karena anak akan memperhatikan setiap detail tingkah laku orangtuanya bahkan sejak mereka bayi. Jika anak masih berusia di bawah 1 tahun dan belum bisa diminta membereskan mainan sendiri, rapikan mainannya di depan anak supaya ia belajar cara-cara merapikannya. Nanti semakin anak tumbuh, Ibu dapat mulai mendorongnya untuk melakukan hal tersebut bersama.

Menjadikan agar anak mau merapikan mainan sendiri memang tidak bisa dilakukan dengan instan. Semua butuh waktu dan banyak kesabaran. Ibu juga sebaiknya jangan mengharap kesempurnaan. Sebaliknya, hargai setiap kerja keras anak dan kemauannya untuk mencoba. Akui pekerjaannya, katakan padanya bahwa berusaha merapikan mainan sendiri adalah hal yang bagus dilakukan, sehingga dia akan termotivasi untuk terus melakukannya.

Penulis: Darin Rania
 Editor: Dwi Ratih