Balita

Mulai Aja Dulu, 8 Cara Relaktasi Agar Bayi Kembali Menyusu

Mulai Aja Dulu, 8 Cara Relaktasi Agar Bayi Kembali Menyusu

Menyusui kembali dengan cara relaktasi bukanlah sebuah mimpi. Sejatinya, setiap Ibu ditakdirkan bisa menyusui bayinya. Namun, tentu perjalanan menyusui tidaklah mudah. Karena menyusui bukanlah hal yang instan. Menyusui adalah sebuah proses dan pembelajaran di mana tidak hanya Ibu yang belajar menyusui, tapi bayi juga belajar menyusu.

Dalam perjalanan menyusui yang tidak mudah, adakalanya Ibu menyerah. Memutuskan untuk memberikan suplementasi lain karena sudah terlanjur stres melihat bayi yang kesulitan menyusu. Pada kasus lain, bayi-bayi pernah mengalami momen menolak menyusu. Padahal sebelumnya baik-baik saja dan tiba-tiba menolak menyusu. Di kisah lain, Ibu bekerja meninggalkan bayi beberapa waktu untuk bertugas keluar kota atau keluar negeri dan memberikan ASI perah atau suplementasi lain melalaui botol dot, kemudian berujung pada bayi menolak menyusu langsung. Ada pula yang sempat menyerah lalu menghadapi bayi yang tidak cocok minum susu suplementasi lain, entah karena alergi atau hanya karena bayi tidak suka rasanya. Bila semua ini terjadi dan Ibu ingin kembali menyusui, cara relaktasi adalah pilihan paling tepat.

Relaktasi, Kembalinya Proses Menyusui Bersama Bayi

Menurut laman What to Expect Relaktasi adalah kembali menyusui setelah ada jeda bayi tidak menyusu langsung. Jeda atau jarak ini bisa berapa pun lamanya, yang kemudian berujung pada bayi berhenti atau menolak menyusu langsung. Relaktasi adalah cara paling halus untuk membuat bayi kembali ke payudara dan menyusu langsung. Prosesnya mungkin tidak mudah, tidak cepat, tapi dijamin akan memudahkan Ibu setelah berhasil nantinya.

Lalu, bagaimana cara relaktasi yang tepat agar bayi mudah kembali menyusu?

1. Hentikan pemberian ASI atau suplementasi lain menggunakan botol dot


Botol dot memiliki aliran yang cepat. Sedangkan payudara tidak bisa mudah meneteskan ASI tanpa stimulasi. Bayi tentu ingin yang mudah. Jika menyusu pada dot, ia akan cepat mendapatkan makanan, tetapi jika menyusu, ia harus berusaha sekuat tenaga menghisap payudara Ibu untuk mendapatkan ASI. Selama proses relaktasi berlangsung, hentikan sama sekali penggunaan dot. Gunakan media lain seperti cup  feeder, sendok atau gelas sloki untuk memberi bayi minum. Bila perlu, buang atau gunting langsung agar Ibu sendiri tidak tergoda untuk menyerah pada botol dot.

2. Perbanyak skin-to-skin


Kontak kulit ke kulit adalah cara relaktasi yang paling dasar untuk mengembalikan bayi ke payudara. Dengan skin-to-skin, bayi merasa nyaman, mengenal kembali aroma Ibu, mendengar detak jantung Ibu dan menjalin ikatan lebih kuat lagi dengan Ibu. Skin-to-skin juga menstimulasi hormon oksitosin sebagai hormon bahagia yang menyajikan ASI untuk terus mengeluarkan ASI. Sehingga bayi bisa langsung meminum ASI yang keluar. Skin-to-skin harus rutin dilakukan. Bahkan, cara relaktasi yang tepat untuk skin-to-skin adalah baik Ibu dan bayi dalam keadaan telanjang dada. Lakukan sesering mungkin utamanya saat bayi setengah mengantuk. Tujuannya agar mudah mengarahkan bayi ke payudara.

3. Jangan lakukan saat bayi lapar


Yup, bayi yang lapar akan sangat mudah marah dan langsung menolak menyusu. Maka, cobalah untuk menyusuinya 30 menit sebelum jam biasa bayi minum. Ibu bisa juga mulai menawarkan payudara saat bayi mengantuk atau baru saja bangun karena dalam keadaan itu bayi lebih mudah ‘dirayu’ kembali ke payuadara.

4. Perah sedikit ASI di payudara

Memerah sedikit sebelum menawarkan ke bayi ditujukan untuk memudahkan bayi segera mendapat ASI sesaat setelah bayi menempel pada Ibu. Cara relaktasi ini juga membantu menawarkan aroma ASI agar bayi tertarik.

5. Tingkatkan Suplai ASI


Kebanyakan permasalahan bayi yang menolak menyusu adalah aliran ASI yang tidak deras atau Ibu mengalami penurunan produksi ASI. Artinya, cara relaktasi yang bisa ditempuh adalah dengan meningkatkan produksi ASI. ASI diproduksi oleh hormon prolaktin dan dikeluarkan oleh hormon oksitosin. Menstimulasi hormon prolaktin sama artinya dengan memesan ASI lebih banyak untuk bayi. Caranya adalah dengan mempersering menyusui di malam hari (karena hormone prolaktin sedang dalam kadar yang tinggi di malam hari) dan melakukan power pumping. Power pumping membantu memanipulasi otak Ibu dengan permintaan ASI yang semakin sering dan banyak. Sehingga otak akan memerintahkan prolaktin untuk memproduksi ASI lebih banyak.

6. Sounding


Percayakan cara relaktasi pada kekuatan sounding. Karena relaktasi adalah proses yang melibatkan ikatan batin, maka sounding diperlukan Ibu agar bayi semakin memahami bahwa sumber makanannya saat ini hanya Ibu. Ibu bisa melakukan sounding bersamaan dengan skin-to-skin dengan mengatakan, “Nak, kamu minum ASI dari Ibu saja ya. ASI Ibu paling enak. Lebih enak lagi kalau minum langsung.” Nggak bisa instan ya, Bu. Setiap bayi punya waktunya sendiri-sendiri. Untuk itu, sounding harus rutin dilakukan sambil membelai bayi dengan lembut.

7. Turunkan ekspektasi dan Bersabar


Penting bagi Ibu menurunkan ekspektasi agar tidak mudah stres saat proses relaktasi. Bersabar juga menjadi kunci agar Ibu tidak terburu-buru memaksa bayi untuk segera mahir. Setiap bayi memiliki waktunya sendiri. Ada yang cukup membutuhkan 5 hari untuk kembali ke payudara, tapi ada yang membutuhkan tambahan waktu lebih lama. Jika dalam satu minggu Ibu masih belum berhasil relaktasi, beri jeda saja dulu, Bu. Coba lagi setelah 2 atau 3 hari.

8. Konsultasikan masalah menyusui pada ahli


Berkonsultasi pada Konselor menyusui bukan hal yang salah, kok. Temui konselor laktasi jika bayi masih kesulitan menyusu. Siapa tahu, ada masalah dibalik itu, seperti perlekatan yang kurang tepat atau bayi memiliki lip tie/tongue tie.

Keberhasilan cara relaktasi tersebut juga dipengaruhi beberapa faktor, seperti dilansir dari laman Healthline, bahwa semakin muda usia bayi, semakin mudah cara relaktasi dilakukan. Support dari lingkungan juga mempermudah proses ini. Semakin sering Ibu menawarkan payudara, semakin terbiasa bayi dengannya. Relaktasi adalah cara yang paling mungkin dilakukan jika Ibu ingin kembali menyusui.

Penulis: Mega Pratidina Putri
Editor: Dwi Ratih