Ibupedia

8 Fakta Tongue Tie dan Pengaruhnya Pada Cara Menyusui Bayi

8 Fakta Tongue Tie dan Pengaruhnya Pada Cara Menyusui Bayi
8 Fakta Tongue Tie dan Pengaruhnya Pada Cara Menyusui Bayi

Ketika mendengar kata “tongue tie,” kebanyakan dari kita memiliki gambaran tentang seseorang yang berusaha untuk berbicara di depan banyak orang, tapi terbata-bata. Pada kenyataannya, tongue tie adalah kondisi medis yang terjadi pada banyak orang, dan memiliki dampak khusus pada cara menyusui bayi.

Apa itu tongue tie?

Istilah medis untuk kondisi yang dikenal sebagai tongue tie adalah “ankyloglossia.” Ini terjadi ketika frenulum (lapisan yang menghubungkan dasar lidah dan bawah mulut) terlalu pendek dan tebal, menyebabkan gerakan lidah menjadi terbatas. Tongue tie merupakan kondisi yang ada saat lahir dan juga bisa disebabkan karena keturunan karena jika ditelusuri lebih lanjut, dalam satu keluarga pasti ada lebih dari satu anggota keluarga mengalami kondisi ini. Antara 0,2 hingga 2 persen bayi lahir dengan tongue tie.

Fakta tentang tongue tie dan cara menyusui dengan kondisi tersebut

Di beberapa tahun belakangan, banyak yang makin tertarik tentang cara menyusui bayi yang tongue tie. Lalu ada banyak pembahasan dan informasi yang menimbulkan konflik, tidak heran banyak ibu merasa bingung tentang bagaimana tongue tie bisa terkait dengan masalah cara menyusui bayi yang mungkin ia alami.

Nah, biar Anda bisa tahu tentang kondisi tongue tie lebih baik lagi, coba cek beberapa hal berikut ini.

  1. Anak yang memiliki frenulum itu wajar

    Tiap orang punya jaringan tali di bawah lidah. Ini disebut dengan frenulum atau frenum. Kehadiran frenulum tidak akan menyebabkan masalah. Yang jadi masalah adalah ketika frenulum anak itu pendek dan kencang. Kondisi ini akan membatasi gerakan lidah dan menyebabkan masalah fungsional. Cara menyusui bayi jadi tidak maksimal saat anak punya tongue tie.

  2. Tongue tie tidak bisa didiagnosa melalui foto

    Anda tidak bisa tahu apakah bayi mengalami tongue tie hanya dengan melihat foto lidahnya. Sekali lagi, kehadiran frenulum tidak akan jadi masalah. Kita harus tahu, apakah frenulum menyebabkan masalah fungsional dan mempengaruhi cara menyusui bayi atau tidak.

    Jadi ketika seseorang memposting foto lidah bayi di internet dan bertanya, “Apakah bayi saya mengalami tongue tie?” Jawabannya adalah, “Ini tidak bisa ditentukan karena dokter harus memeriksanya.”

  3. Tongue tie bisa mempengaruhi cara menyusui bayi

    Bayi perlu punya gerakan lidah yang baik untuk bisa:

    • Melakukan pelekatan yang dalam pada payudara
    • Mengeluarkan ASI dengan baik dari payudara
    • Bila gerakan lidah bayi terbatas karena tongue tie, maka ia tidak bisa melakukan cara menyusui dengan baik.
  4. Tanda kondisi lidah bayi perlu diperiksa karena mempengaruhi cara menyusui

    Ada sejumlah tanda yang membuat ibu curiga anak mengalami tongue tie dan memperngaruhi cara menyusui bayi, antara lain:

  5. Tanda tongue tie tidak selalu tampak jelas

    Tidak ada klasifikasi tongue tie yang universal. Jadi bisa saja kalau satu tenaga medis mendiagnosa anak mengalami tongue tie, sedangkan tenaga medis yang lain merasa kalau anak tidak ada tongue tie. Ini tidak salah. Beberapa tenaga medis mendiagnosa tiap frenulum sebagai tongue tie dan menganggap tiap masalah pada cara menyusui bayi terjadi karena tongue tie.

    Tidak ada kesepakatan yang jelas di antara para tenaga medis tentang diagnosa tongue tie. Ini membuat banyak orang tua semakin bingung dalam membuat keputusan tentang apa yang harus dilakukan saat mereka menemukan masalah dalam cara menyusui bayi yang sepertinya mengalami tongue tie.

  6. Butuh pemeriksaan detail untuk mendiagnosa tongue tie

    Untuk menilai apakah bayi mengalami masalah pada cara menyusui akibat tongue tie atau tidak itu butuh pemeriksaan detail, seperti:

    • Pemeriksaan fisik lidah bayi di mana tenaga medis akan meletakkan jarinya di dalam mulut bayi dan memeriksa gerakan lidah dan hisapan bayi.

    • Mengamati cara menyusui bayi saat minum dari botol susu.

    • Berbicara pada ibu tentang semua tanda yang dicurigai mengarah ke kondisi tongue tie dan melihat riwayat kesehatan anak.

  7. Kadang langkah terbaik adalah menunggu dan melihat (wait and see)

    Setelah pemeriksaan individual dilakukan, hasil analisa bisa merujuk Dokter untuk:

    • Tidak melakukan apapun terhadap frenulum

      Biasanya karena masalah cara menyusui bayi dapat teratasi dengan cara lain, seperti mengoptimalkan posisi dan pelekatan.

    • Memutuskan untuk memotong frenulum

      Misalnya saat ketika posisi dan pelekatan menyusui sudah dioptimalkan, Ibu tetap mengalami masalah

    • Memutuskan untuk menunggu dan melihat

      Ini mungkin terjadi saat ada masalah menyusui lainnya, seperti hiperlaktasi dan refleks pengeluaran ASI pada payudara Ibu terlalu cepat. Dokter biasanya akan menunggu sampai masalah cara menyusui tersebut selesai dulu, sebelum memutuskan tindakan yang harus dilakukan pada frenulum anak.

  8. Pemotongan frenulum disebut frenotomi

    Bila tongue tie menyebabkan masalah dalam cara menyusui bayi, dokter mungkin akan melakukan prosedur pemotongan frenulum yang disebut fretonomi. Ini bisa dilakukan dengan gunting steril atau laser oleh dokter.

Cara mengetahui apakah bayi mengalami tongue tie

Untuk mengetahui apakah bayi Anda mengalami tongue tie atau tidak, coba hadapkan diri Anda ke si kecil dan julurkan lidah Anda, lalu biarkan ia menirunya. Jika ia tidak bisa memanjangkan lidahnya, atau bentuk ujung lidahnya seperti hati, maka Anda perlu memeriksakannya ke dokter. Anda juga bisa memasukkan salah satu jari Anda ke mulut bayi dan biarkan ia menghisapnya. Amati apakah lidahnya melebar ke gusi untuk melingkari dasar jari Anda atau tidak. Jika tidak, Anda perlu membawanya ke dokter.

Pada beberapa kasus, tongue tie akan hilang dengan sendirinya dalam satu tahun dan tidak akan menyebabkan masalah pada cara menyusui bayi atau perkembangan bicara anak.

Tongue tie yang parah bisa menyebabkan masalah bicara. Suara tertentu sulit diproduksi jika lidah tidak bisa bergerak bebas, seperti ‘th,’ ‘s,’ ‘d,’ ‘l,’ dan ‘t.’ Perkembangan gigi anak juga bisa terganggu, tongue tie yang parah bisa menyebabkan celah pada dua gigi depan bawah.

Anak dengan tongue tie juga kesulitan untuk menjilat saat makan es krim, menjulurkan lidah, atau bermain alat musik tiup. Mungkin saat ini hal-hal tersebut bukan kemampuan yang Anda anggap penting, tapi suatu hari kemampuan ini menjadi sangat penting bagi anak Anda.

Efek negatif tongue tie pada cara menyusui bayi

Dampak negatif dari tongue tie bisa berdampak pada kemampuan cara menyusui bayi. Untuk mendapatkan ASI dari payudara, bayi perlu menggerakkan lidah untuk menempel pada puting dan areola, menariknya ke belakang mulut dan menekan ke langit-langit mulutnya. Gerakan ini akan memberi tekanan pada jaringan di balik areola, tempat ASI tersimpan, dan ASI kemudian mengalir ke mulut bayi.

Lidah memiliki peran penting dalam proses cara menyusui bayi, jika frenulum bayi terlalu pendek sehingga lidahnya tidak bisa memanjang ke gusi bawah, ia akan menekan payudara dengan gusi ketika menyusu, yang bisa mengakibatkan nyeri pada puting.

Tongue tie dapat berdampak pada penambahan berat badan yang rendah dan bayi akan sering rewel karena tidak cukup mendapatkan ASI. Ibu menyusui juga bisa mengalami trauma pada cara menyusui bayi karena puting luka, saluran ASI tersumbat, dan mastitis.

Tapi beberapa bayi yang mengalami tongue tie masih tetap bisa menyusu dengan baik. Ini tergantung pada cara frenulum melekat dan juga tergantung pada kondisi payudara ibu. Jika ibu memiliki puting berukuran kecil atau menengah, bayi bisa menarik ASI dengan cukup baik meski mengalami tongue tie. Sebaliknya, jika puting ibu berukuran besar, puting datar, atau tertarik ke dalam, maka tongue tie ringan sekalipun bisa menyebabkan masalah bagi bayi yang menyusu.

Tanda tongue tie pada bayi

Berikut ini beberapa tanda tongue tie pada bayi yang bisa menimbulkan masalah:

  • Bayi berulang kali berhenti saat menyusu.

  • Produksi ASI menjadi berkurang.

  • Terdengar suara saat bayi menyusu.

  • Ibu mengalami nyeri puting saat bayi menyusu karena bayi mengunyah puting, bukan menghisap, untuk mendapatkan ASI.

  • Penambahan berat badan anak sangat lambat.

Meski beberapa gejala di atas bisa disebabkan oleh masalah lain, ada baiknya Bunda memeriksakan bayi ke dokter untuk mengetahui sebab lain selain tongue tie. Tongue tie bisa bermasalah bila cara menyusui bayi tidak membaik, bahkan setelah Anda mencoba berbagai posisi menyusui.

Cara mengatasi tongue tie

Jika tongue tie menyebabkan masalah pada cara menyusui bayi, ada prosedur sederhana yang disebut frenotomi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Frenotomi merupakan prosedur medis yang tidak menimbulkan rasa sakit. Dokter cukup memotong frenulum agar longgar dan lidah bisa bergerak lebih bebas. Waktu yang dibutuhkan tidak lama karena frenulum hampir tidak mengandung darah, jadi biasanya hanya mengeluarkan beberapa tetes darah saja.

Bayi bisa disusui segera setelah prosedur frenotomi dilakukan dan pendarahan bisa langsung terhenti. Anestesi dan jahitan tidak dibutuhkan saat frenotomi dilakukan. Bayi menangis saat prosedur ini dilakukan lebih karena tubuhnya dipegangi dan ditahan selama beberapa detik, bukan karena rasa sakit. Prosedur ini tak jauh beda dengan tindik telinga, keduanya terasa tidak nyaman tapi tidak menimbulkan risiko infeksi, sangat aman, dan prosedurnya sangat sederhana.

Semakin dini tongue tie terdeteksi, dan frenotomi dilakukan, cara menyusui bayi akan semakin efektif dan nyaman. Bila tongue tie tidak terdeteksi dan frenulum tidak dipotong hingga bayi berumur beberapa bulan, bayi biasanya akan belajar menghisap dengan benar. Kadang latihan menghisap dibutuhkan untuk beradaptasi dengan gerakan lidahnya yang semakin meluas.

Bila tongue tie menyebabkan kesulitan cara menyusui yang berat, maka semakin dini frenulum dipotong, akan lebih baik untuk anak. Kadang ada anak menjalani prosedur ini ketika sudah besar karena tidak teridentifikasi hingga mereka mulai mengalami masalah bicara yang signifikan.

Meski memotong frenulum merupakan prosedur yang sederhana, aman, dan tidak rumit, kadang sulit untuk menemukan dokter yang mau melakukannya. Riwayat tongue tie masih kontroversial. Hingga abad ke-19, banyak bayi yang melakukan prosedur frenotomi karena ada potensi pada masalah cara menyusui bayi dan cara anak bicara.

Prosedur apapun yang melibatkan proses pemotongan lapisan pada mulut bisa berpotensi infeksi atau kerusakan pada lidah, terutama bila alat pemotongnya tidak steril atau dilakukan tanpa antibiotik. Nah, karena prosedur ini dilakukan sangat sering, meski sebenarnya tidak perlu dilakukan, dokter mulai jarang memotong frenulum dan prosedur ini jarang dilakukan.

Dokter lebih memilih untuk menunggu dan melihat apa yang akan terjadi dengan membiarkan alam menjalankan tugasnya. Sering kali, frenulum akan merenggang dengan sendirinya tanpa intervensi.

Di waktu yang sama ketika frenotomi jarang dilakukan, tingkat menyusui juga menurun drastis. Cara menyusui bayi melalui botol susu tidak sulit, meski anak mengalami tongue tie. Ini karena mekanismenya sangat berbeda dengan menyusu pada payudara dan pelebaran lidah tidak memiliki peran penting saat bayi menyusu dari botol.

Karena kebanyakan bayi saat itu disusui melalui botol, dokter beranggapan tidak perlu melakukan prosedur tersebut karena tidak dibutuhkan, tidak mengganggu proses cara menyusui bayi, dan jarang menyebabkan masalah pada perkembangan bicara.

Mitos tentang  tongue tie

Bunda, berikut ini adalah beberapa mitos yang berkembang tentang tongue tie:

  • Mitos: Semua bayi yang mengalami tongue tie juga mengalami lip tie pada bibir atas

    Tidak ada indikator untuk mengukur siapa yang berisiko mengalami masalah ini dan siapa yang tidak.

  • Mitos: Frenotomi  dengan laser lebih baik daripada frenotomi  dengan gunting

    Tidak ada bukti yang menunjukkan kalau demikian. Kedua metode sama-sama bisa digunakan.

  • Mitos: Semua bayi yang mengalami tongue tie butuh frenotomi 

    Mungkin benar pada sebagian bayi akan memperoleh gerakkan optimal bila frenotomi dilakukan. Tapi masih dibutuhkan bukti untuk menentukan ini.

  • Mitos: Frenotomi dengan laser sangat aman

    Laser sebenarnya sangat berbahaya dan bisa menyebabkan kerusakan ketika digunakan oleh orang yang tidak terlatih.

    Ada beberapa jenis laser berbeda, beberapa sesuai untuk pembedahan jaringan lunak. Laser yang salah bisa merusak jaringan collateral dan menciptakan jaringan luka eksesif yang bisa menyebabkan penempelan kembali.

  • Mitos: Semua konselor laktasi tahu cara mendeyteksi tongue tie

    Konselor laktasi harus dilatih untuk dengan tepat untuk memeriksa kondisi tongue tie. Jadi tidak semua dokter atau konselor laktasi tahu cara mendeteksi tongue tie.

Hal yang akan dialami bayi setelah prosedur frenotomi 

Anda bisa menyusui bayi segera setelah prosedur frenotomi dilakukan, dan banyak ibu yang langsung merasakan perbedaan dari cara menyusui bayi. Tapi ingat, masih ada tugas yang perlu dilakukan.

Setelah beberapa jam frenotomi selesai, mulut bayi akan terasa sakit, dokter biasanya merekomendasikan analgesik. Bayi akan sangat rewel. Jadi jangan terkejut bila bayi menolak menyusu selama waktu-waktu ini karena rasa sakit. Ini terjadi sementara dan biasanya segera membaik dengan cepat.

Selama waktu ini, Anda bisa memerah ASI untuk meredakan bengkak di payudara, dan susui bayi dengan sendok, gelas, atau botol.

Pada prosedur frenotomi, irisan dilakukan pada frenulum untuk mengurangi kekencangan. Bekas irisan harus dibiarkan terus terbuka hingga sembuh. Selama sekitar 2 minggu, kita harus melatih bayi untuk merenggangkan lidah dan memijat irisan luka sebanyak 3 atau 4 kali sehari.

Bayi yang mengalami tongue tie dan tidak bisa menyusu dengan benar juga akan belajar untuk beradaptasi pada kondisi lidah setelah frenotomi dilakukan. Setelah lidahnya terbebas, ia perlu belajar bagaimana menyusu menggunakan otot berbeda.

Ketika pelekatan bayi di payudara sudah bagus, ibu pasti akan merasa nyaman dan  cara menyusui bayi bisa efisien.

Kini jumlah ibu menyusui kian meningkat, sehingga bertambah juga jumlah dokter yang menyadari dampak tongue tie pada cara menyusui bayi. Maka dari itu, sekarang sudah banyak dokter yang semakin tahu bagaimana mendiagnosa dan menangani tongue tie pada bayi.

Bila Anda merasa si kecil mengalami kesulitan menyusu karena tongue tie, Anda perlu mencari dokter yang bisa mendiagnosa dan memotong frenulum. Meski kebanyakan dokter secara teori bisa melakukan frenotomi, banyak ibu yang lebih memilih ke ahli bedah atau spesialis.

Bila bayi mengalami tongue tie, tapi tetap bisa menyusu dengan baik, Anda tetap perlu memberitahukan hal ini pada dokter. Dokter akan memastikan apakah kondisi ini serius dan berisiko pada perkembangan bicara anak atau menyebabkan masalah lain di kemudian hari atau tidak. Dokter gigi anak juga bisa menilai apakah kondisi ini mempengaruhi perkembangan mulut dan gigi bayi atau tidak.

(Ismawati)