Kehamilan

Jenis Kelamin Anak Tak Sesuai Harapan, Stop! Bukan Salah Sang Ibu

Jenis Kelamin Anak Tak Sesuai Harapan, Stop! Bukan Salah Sang Ibu

Kecewa dengan jenis kelamin anak saat gender reveal party, atau bahkan saat byinya sudal lahir? Normal nggak sih punya perasaan ini?

Kok jadi merasa bersalah, ya. Belum lagi nggak jarang Ibu yang disalahkan, ketika jenis kelamin anak nggak sesuai sama harapan keluarga besar.

Bahkan tak jarang, sampai disudutkan karena nggak bisa kasih keturunan impian atau dianggap gagal membahagiakan keluarga. Jangan sampai hal ini jadi beban pikiran dan menggoyahkan kewarasan Ibu, ya!

Penentuan jenis kelamin anak


Faktanya, penentuan jenis kelamin anak ini bukan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Ibu. Selain karena sejak sebelum kehamilan terjadi prosesnya melibatkan Ayah juga, penentuan jenis kelamin anak adalah keputusan dari Tuhan.

Memang sih ada cara-cara yang bisa membantu proses penentuan jenis kelamin anak saat berhubungan seksual. Tapi tidak ada yang mengalahkan ketentuan Tuhan dalam menetapkan jenis kelamin anak dalam kandungan Ibu.

Berhenti menyalahkan diri Ibu bila jenis kelamin anak tidak sesuai dengan harapan, karena:

1. Genetika Ayah ikut andil menentukan jenis kelamin anak

Studi oleh Corry Gellatly dari Newcastle University (2008) menunjukkan, kalau genetika Ayah berperan dalam penentuan jenis kelamin anak. Semakin banyak saudara laki-laki Ayah, maka besar kemungkinan anaknya berjenis kelamin pria.

Sebaliknya, kalau Ayah memiliki saudara dominan perempuan, maka besar kesempatannya untuk jenis kelamin anak adalah perempuan. Sedangkan bila melihat dari genetika Ibu, hal ini justru sulit ditentukan, lho!

2. Peranan sperma Ayah

Seperti sebuah perlombaan, dari berjuta-juta sperma Ayah semuanya berlomba membuahi sel telur. Masing-masing sel telur membawa kromosom X atau Y.

Bila sperma dengan kromosom X lebih dulu membuahi sel telur Ibu, maka jenis kelamin anak adalah perempuan (hasil dari kromosom X Ayah dan kromosom X Ibu). Sedangkan bila sperma dengan kromosom Y yang lebih dulu membuahi sel telur Ibu, maka jenis kelamin anak adalah laki-laki (hasil dari kromosom Y Ayah dan kromosom X Ibu).

Nah, artinya ketika jenis kelamin anak nggak sesuai ekpektasi, nggak perlu menyalahkan siapapun, ya. Karena pemberian Tuhan bukan kita yang mengatur.

Wajar nggak ya, merasa kecewa dengan jenis kelamin anak?


Saat Ibu merasa kecewa dengan jenis kelamin anak, rasanya mungkin sedikit tabu dan berpikir, “boleh nggak sih kecewa untuk hal seperti ini?”

Melansir dari Healthlineperasaan kecewa karena jenis kelamin anak berbeda dari harapan adalah hal normal. Normal juga kok kalau Ibu atau Ayah merasa ingin marah, sedih atau bahkan jadi nggak se-excited sebelumnya.

Ada alasan kenapa Ibu merasa seperti ini:

  • Keinginan personal Ibu. Mungkin Ibu ingin anak perempuan supaya bisa pakai baju kembaran. Atau sebaliknya, Ibu ingin anak laki-laki karena berharap bisa jadi jagoan pelindung Ibu.
  • Faktor budaya. Ini juga bisa berpengaruh. Misal dalam budaya di sekitar Ibu punya anak laki-laki adalah sebuah kebanggaan. Jadi Ibu berharap anak Ibu dalam kandungan laki-laki.
  • Tekanan sosial. Hidup ini nggak mungkin nggak dikomentarin sekitar, kan Bu? Jadi sudah pasti tekanan sosial berperan dalam kekecawaan Ibu saat ini. Takut jadi bahan omongan seperti “Ih kok anaknya perempuan lagi, sih. Harusnya ya cowok aja biar lengkap.” Atau mungkin tuntutan dari Kakek Nenek yang ingin spesifikasi gender tertentu.
  • Ketakutan pribadi Ibu. Ibu mungkin saja merasa takut punya anak laki-laki karena pengalaman tertentu. Mungkin juga takut punya anak perempuan karena meningkatnya kasus pencabulan anak.

Alasan-alasan inilah yang kemudian menggiring Ibu (atau bahkan Ayah) ke kekecewaan, saat jenis kelamin anak tidak sesuai dengan yang diharapkan. Semua alasan ini nyata kita temui di sekitar kita. Sehingga perasaan kecewa akan jenis kelamin ini pun, juga normal Ibu alami.

Apa yang bisa dilakukan ketika merasa kecewa dengan jenis kelamin anak?

1. Validasi perasaan Ibu


Laman Parents menegaskan lewat pendapat ahli, bahwa untuk bisa segera move on dari perasaan ini adalah dengan memvalidasinya. Katakan pada diri Ibu bahwa Ibu memang kecewa.

Jadi tidak perlu sibuk menutupinya dan segera fokus untuk menerima kenyataan yang ada.

2. Temukan alasan yang tepat kenapa Ibu kecewa

Telaah lagi, alasan apa yang melatarbelakangi kekecewaan Ibu. Karena, dengan menemukan alasannya, Ibu jadi bisa mencari cara mengobati kekecewaan ini.

3. Yakin pada kemampuan Ibu untuk mencintai anak apapun jenis kelamin anak

Kekecewaan ini biasanya akan segera berakhir segera setelah anak lahir. Bayi buah cinta Ibu dan Ayah ini, akan meluluhkan semua kekecawaan dan secara naluri Ibu akan langsung jatuh cinta pada bayi mungil ini.

Yakinkan diri Ibu bahwa apapun jenis kelamin anak, dia tetaplah anak Ibu yang berhak menerima cinta yang penuh dari orang tuanya.

4. Temukan orang-orang yang sepenuhnya mendukung Ibu


Orang-orang ini yang menjadi support system terbaik Ibu, yang mendukung bagaimanapun keadaan Ibu. Tidak memandang apa jenis kelamin anak Ibu, dan hanya mementingkan kesehatan serta kebahagiaan Ibu dan bayi.

Hindari aktivitas atau perayaan yang membuat Ibu overthinking atau yang berpotensi membuat Ibu dihakimi tanpa alasan. Apapun jenis kelamin anak Ibu, ia tetap layak dicinta. Tumbuhkan keyakinan bahwa cinta Ibu utuh untuk anak apapun jenis kelamin anak Ibu nantinya.

Editor: Aprilia