Kehamilan

Mitos Tentang Melahirkan di Air yang Harus Ibu Hamil Tahu

Mitos Tentang Melahirkan di Air yang Harus Ibu Hamil Tahu

Sebagian dari kita mungkin mengira metode melahirkan di air atau waterbirth sebagai tren baru, namun kenyataannya tidak demikian. Sejak dulu, penduduk di Pasifik Selatan melahirkan di air laut yang dangkal. Orang Mesir kuno juga tercatat melakukan prosedur melahirkan di air.

Efek air yang membuat rileks dan hangat memang bisa membantu Ibu melewati tahapan persalinan. Kontraksi akan tterasa lebih ringan saat berada di dalam air hangat. Berendam di dalam air juga membantu kontraksi pada tahap persalinan aktif, jadi Ibu dan janin tidak terlalu stres. Kondisi yang rileks tentu akan membuat Ibu bernafas tenang, mengurangi risiko untuk mengambil nafas pendek dan dangkal yang membuat kontraksi terasa lebih sakit.

Pada tahap persalinan aktif, melahirkan di air membantu tubuh mengurangi pelepasan hormon stres dan adrenalin, dan lebih banyak melepas hormon oksitosin. Kondisi ini akan menstimulasi kontraksi persalinan menjadi kuat dan teratur. Tubuh juga melepas lebih banyak endorphin, hormon yang membantu melewati kontraksi.

Kolam berisi air menjadi tempat yang tepat untuk persalinan. Ketika berendam di air hangat dalam kolam, Anda akan seolah berada di dunia sendiri dan dapat menjalani persalinan tanpa gangguan. Efeknya bisa makin terasa bila ruangan melahirkan dilengkapi dengan cahaya temaram dan kondisinya tenang. Suasana ini akan membuat Ibu merasa jauh lebih nyaman lho.

Air juga akan membuat Ibu terapung dan merasa lebih ringan. Ibu bisa mudah bergerak menemukan posisi terbaik agar bayi bisa dengan mudah melewati panggul. Yang perlu diingat, Ibu disarankan untuk menempatkan lutut lebih rendah dari pinggang. Tapi Ibu juga bisa menggunakan posisi “lunge” dengan satu lutut turun dan satu lutut naik. Posisi ini dapat membantu bayi turun ke panggul.

Selain lebih mudah, posisi tegak memberi Anda keuntungan saat bayi lahir. Akan lebih mudah mendorong bayi keluar di air dibanding jika kita melakukannya di atas kasur. Ibu bisa bersandar di sisi kolam saat harus mendorong si kecil keluar dari rahim.

Berada di air hangat juga akan membuat Anda lebih mudah mengatasi rasa sakit akibat kontraksi. Efeknya sama seperti saat kita mandi air hangat untuk mengurangi nyeri perut atau nyeri punggung selama hamil. Tapi ingat, Ibu tidak boleh sendirian ketika berada di kolam. Ini berarti bidan atau pasangan harus selalu bersama Ibu.

Anda mungkin merasa tidak nyaman ketika tidak sengaja buang air besar saat melahirkan si kecil. Tak perlu cemas, banyak calon ibu yang bahkan tidak menyadari kondisi tersebut kok. Lagi pula, lebih mudah bagi bidan membersihkan kotoran di air daripada seprei. Baunya pun juga tidak akan tercium oleh Anda.

Mitos Tentang Melahirkan di Air

Melahirkan di air jadi pilihan menarik untuk ibu hamil karena dianggap meminimalisir risiko stres pada ibu dan bayi. Tapi tetap saja, masih banyak mitos keliru tentang melahirkan di air. Berikut ini ada beberapa mitos tentang melahirkan di air yang harus Ibu tahu:

  • Ibu tidak bisa melahirkan di air pada usia tertentu

    Bila Anda benar-benar sehat dan bayi juga dalam kondisi baik-baik saja, tak masalah kok untuk memilih melahirkan di air. Mungkin Ibu pernah mendengar kalau wanita lebih dari usia 35 tahun tidak dianjurkan melahirkan di air, tapi sebenarnya tidak ada aturan standar tentang melahirkan di air, dan ini tidak benar.

    Melahirkan dalam air tidak didasarkan oleh umur semata. namun, bila bayi sungsang, Anda terdiagnosa pendarahan berat, hamil kembar, Anda harus berdiskusi dengan dokter apakah Anda bisa melahirkan di air atau tidak.

  • Ibu dan bayi rentan terkena infeksi bila persalinan dilakukan di dalam air

    Ini salah satu mitos paling umum tentang melahirkan di air. Banyak orang cemas jika ibu mengeluarkan feses di air, itu bisa menyebabkan infeksi pada janin. Sekitar 40 sampai 50 persen ibu hamil memang akan mengeluarkan feses ketika bayi dilahirkan. Namun, kasus Infeksi saat melahirkan di air kurang dari 0,01 persen. Beberapa ahli berpendapat kalau air menjadi penghalang infeksi dan melarutkan bakteri, sehingga infeksi bisa dicegah.

  • Bayi akan tenggelam bila lahir di air

    Bayi menerima semua oksigen dari sirkulasi plasenta. Plasenta bertindak sebagai sistem penyaringan dan sistem pernafasan untuk bayi di rahim. Ketika bayi keluar dari rahim ke dalam air, sistem yang sama masih bekerja. Bayi baru lahir yang dilahirkan dengan metode waterbirth akan menerima signal untuk berganti dari sirkulasi fetal ke sirkulasi bayi baru lahir. Ini menyebabkan si kecil memompa darah ke paru-paru untuk pertama kalinya.

  • Semua suhu air sama saja selama melahirkan di air

    Bila Anda kepanasan, bayi juga akan merasa panas dan ini bisa memicu stres pada janin. Itu sebabnya suhu air untuk waterbirth maksimal 37 derajat dan Anda harus tetap terhidrasi sepanjang persalinan. Bila ingin suhu air lebih dingin tidak masalah, tapi jangan lebih panas dari suhu ini. Pastikan ada termometer di air dan pastikan suhu Anda dan suhu air diperiksa setiap setengah jam.

Ketika melahirkan di air, bayi akan segera muncul ke permukaan dengan kepala lebih dulu. Dengan begitu bayi dapat mulai bernafas segera setelah lahir. Kadang ketika bayi bergerak ke permukaan air terlalu cepat, tali pusarnya akan tertarik. Tapi ini terjadi kurang dari 1 dibanding 200 kelahiran dengan water birth.

Lagi pula ini bukan kondisi yang akan mengancam keselamatan selama Ibu didampingi oleh bidan yang terlatih dan sudah waspada pada risiko ini. Bidan dan ibu disarankan untuk tidak menarik tali pusar ketika bayi diangkat dari air. Ini untuk berjaga-jaga bila tali pusar lebih pendek dari ukuran normal.

Selain pada ibu, melahirkan di air juga memberi manfaat baik pada bayi. proses transisi bayi dari rahim ke dunia luar menjadi kurang traumatik bila ia dilahirkan di dalam air. Bagi bayi air hangat di kolam akan terasa seperti air ketuban di rahim ibu. Bayi yang lahir di air menjadi lebih tenang dan tidak banyak menangis, dibanding bayi yang lahir di atas tempat tidur.

Anda mungkin cemas bayi akan menghirup air ketika pertama kali ia bernafas, tapi bayi yang sehat biasanya tidak langsung mengambil nafas begitu dilahirkan kok. Proses bernafas untuk pertama kalinya terjadi saat saraf di wajah, mulut, dan hidung bayi terstimulasi oleh udara dan perubahan suhu. Bayi yang lahir di air terlindungi oleh refleks menyelam. Si kecil akan punya insting untukmenutup saluran pernapasannya, sehingga ia tidak bernafas di dalam air

Bidan juga akan memonitor bayi selama persalinan di dalam air untuk memastikan ia mendapat cukup oksigen. Para ahli meyakini bayi hanya berisiko menghirup air bila:

  • Kepala diangkat ke permukaan sebelum sisa tubuh lain lahir.

  • Persediaan oksigen pada plasenta terganggu.

Kondisi yang Mengharuskan Ibu Keluar dari Air Saat Water Birth

Kontraksi kurang terasa sakit ketika Anda berada di dalam kolam berisi air. Tapi bila Anda menginginkan pereda sakit saat persalinan, seperti epidural, Anda harus keluar dari air. Anda juga harus keluar dari air bila persalinan mengalami komplikasi. Bidan juga akan meminta Ibu keluar dari air bila:

  • Mulai terjadi pendarahan selama persalinan.

  • Tekanan darah naik.

  • Detak jantung bayi menunjukkan ada masalah.

  • Persalinan berlangsung sangat lambat. Bidan akan meminta Anda keluar dari air dan bergerak sebentar hingga kontraksi terjadi lagi.

  • Ada mekonium (feses pertama bayi) pada air ketuban. Bila Anda di persalinan tahap kedua dan muncul mekonium, Anda bisa tetap berada di dalam air. Bidan akan memeriksa berapa banyak mekonium di ketuban dan memonitor detak jantung bayi.

  • Anda merasa kelelahan atau tidak sadarkan diri.

Kebanyakan water birth berlangsung lancar, tapi bila terjadi kondisi darurat, butuh waktu bagi Anda untuk keluar dari air. Meski begitu, bidan yang terlatih biasanya bisa mengatasi kondisi ini. Ia bisa dengan cepat mengeluarkan Anda  dan memberi bantuan yang dibutuhkan.

Siapa yang Tidak Boleh Melahirkan di Air?

Banyak ibu hamil yang menjalani pesalinan di dalam air  merasa mengalami pengalaman yang positif. Meski begitu, ada beberapa kondisi pada ibu hamil yang disarankan untuk tidak melahirkan di air, seperti:

  • Ibu hamil mengidap Herpes. Herpes mudah menyebar di air, jadi Anda perlu membicarakan risikonya dengan dokter.
  • Posisi bayi sungsang. Meski melahirkan dengan water birth pernah dilakukan dengan bokong atau kaki lebih dulu, Anda perlu membahas risikonya bersama dokter.

  • Bila Anda didiagnosa mengalami pendarahan yang  banyak atau infeksi maternal.

  • Anda mengandung bayi kembar.

  • Persalinan sebelum waktu perkiraan melahirkan (persalinan prematur). Melahirkan dengan metode water birth tidak dianjurkan pada dua minggu atau lebih sebelum tanggal perkiraan lahir.

  • Bila ada mekonium dalam jumlah banyak dalam air ketuban. Mekonium tingkat ringan hingga menengah masih wajar. Karena mekonium mengambang di permukaan kolam, dokter bisa memonitor dan segera membersihkannya atau membantu Anda keluar dari kolam. Mekonium akan mengenai wajah bayi dan bahkan masuk ke hidung dan mulut ketika bayi masih di dalam air.

  • Bila Anda mengalami toxemia atau preeklampsia, Anda perlu membicarakan risiko ini dengan dokter.

Mempersiapkan Proses Melahirkan di Air

Untuk mempersiapkan water birth, hal pertama yang harus dilakukan adalah memeriksakan diri ke dokter. Bila berencana melahirkan di rumah sakit, pastikan ada kebijakan yang mengizinkan water birth. Kini semakin banyak jumlah rumah sakit yang menyediakan fasilitas water birth lho.

  1. Siapkan pikiran

    Pastikan kembali motivasi dan harapan Anda. Tanyakan ke diri sendiri kenapa Anda memutuskan melahirkan di air. Apakah ini keinginan sendiri atau orang lain? Apakah Anda merasa percaya diri dan nyaman dengan hal ini? Hilangkan pikiran kaku kalau Anda harus melahirkan dengan cara tertentu. Jika karena kondisi darurat bayi tidak bisa lahir di air, siapkan alternatif lain yang membuat ibu nyaman.

    Kenali ketakutan Anda dan coba atasi dengan mengumpulkan banyak informasi. Yang paling penting, percaya dan ikuti intuisi Anda. Selalu ingat kalau tubuh ibu hamil tahu bagaimana cara untuk melahirkan bayi.

    Beberapa ibu hamil merasa tidak nyaman ketika melahirkan dalam kondisi telanjang. Karena mereka beranggapan masuk ke air berarti telanjang, mereka jadi tidak merasa nyaman di air meskipun menginginkan melahirkan di air. Sebenarnya ini tidak perlu jadi penghalang untuk melahirkan di air, karena ibu bisa saja mengenakan kaos atau baju sebelum masuk ke air.

  2. Makan dan minum

    Minumlah untuk menghilangkan rasa haus selama proses persalinan. Minta pasangan mengingatkan Anda untuk minum tiap beberapa jam untuk menghindari dehidrasi, yang bisa menyebabkan kelelahan dan fungsi rahim yang buruk. Makan dan minum selama persalinan terbukti menurunkan total panjang persalinan hingga 90 menit. Makan makanan yang ringan dan mudah dicerna, ya bu.

  3. Bak mandi dan selang

    Bak mandi atau kolam harus berukuran cukup besar agar Anda bisa duduk dengan nyaman dan cukup dalam sehingga tinggi air bisa sampai ketiak agar Anda bisa nyaman mengapung. Bersihkan bak mandi dengan pembersih non abrasif dan gunakan larutan pemutih 10 persen lalu bilas sebelum digunakan.

    Gunakan dua selang, dengan warna berbeda, satu untuk mengisi dan satu lagi untuk membuang air. Air akan naik 1 sampai 2 inci saat tiap orang masuk ke bak mandi. Isi bak mandi hingga 9 inci dari atas, lalu tambahkan air sesuai kebutuhan, hati-hati jangan sampai tumpah meluber ke luar kolam, ya.

    Coba hitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengisi bak mandi. Bergantung berapa cepat kemajuan persalinan dan seberapa cepat bak terisi, Anda bisa mulai mengisi bak ketika proses persalinan dimulai.

  4. Air 

    Air yang digunakan harus bersih. Suhu air harus antara 35 sampai 38 derajat Celsius, bergantung pada preferensi Ibu. Bila air terlalu dingin, Anda bisa kehilangan panas tubuh dan menggigil selama persalinan. Sebaliknya, bila air terlalu panas, Anda bisa merasa kepanasan dan cepat lelah.

  5. Ruangan 

    Lantai harus cukup kuat untuk menahan berat bak ketika terisi. Ruangan harus cukup luas untuk bidan menyiapkan peralatannya.

Kapan Masuk ke Air?

Jangan langsung masuk ke air di awal kontraksi. Sebaiknya tunggu hingga kontraksi terasa cukup kuat. Beberapa ahli merekomendasikan untuk menunggu hingga Ibu hamil mengalami pembukaan 5.

Bila proses persalinan melambat ketika Anda berada di luar air, cobalah masuk ke air karena ini bisa menstimulasi persalinan. Bila perlahan Ibu merasa mengalami kemajuan proses persalinan saat berada di air, keluarlah dari kolam dan aktiflah bergerak untuk menstimulasi persalinan. Sering kali perubahan lingkungan membuat prosespersalinan dapat berjalan lagi.

Gunakan jaring untuk segera mengangkat lendir, darah beku, kotoran, atau muntah dari air. Tapi jangan buang energi melakukan ini, mintalah suami atau orang lian untuk melakukannya.

Anda bisa bereksperimen dengan berbagai posisi berbeda ketika berada di air. Coba berlutut, berjongkok, duduk, atau berbaring. Beberapa wanita ingin pasangan juga masuk ke air, sebagian lagi memilih sendirian di dalam air.

Plasenta Bayi Saat di Dalam Air

Bayi akan mulai bernafas setelah wajahnya muncul dari air dan kulit, serta saat tali pusar terpapar dengan udara yang lebih dingin. Sebelum hal ini terjadi, bayi akan menerima oksigen melalui tali pusar, seperti selama ia berada di dalam rahim.

Beberapa ibu ingin tetap berada di air setelah melahirkan dan menjalin kedekatan dengan bayi. Karenanya, mereka memilih plasenta tetap berada di air. Namun, ini perlu didiskusikan dengan bidan terlebih dulu karena beberapa orang tidak nyaman dengan hal ini. Ibu juga harus ingat, bila plasenta sulit keluar, Anda perlu keluar dari air.

Infeksi dari Air

Jangan khawatir Bu, tidak pernah ditemukan insiden infeksi saat melahirkan di air. Ini karena persalinan dan kelahiran adalah tindakan yang bergerak ke bawah dan keluar, bukan ke atas dan ke dalam. Konsentrasi bakteri di dalam dan sekitar vagina sebenarnya larut kok oleh air.

Gimana, makin tertarik untuk melakukan proses persalinan di dalam air?


(Ismawati)