Kelahiran

Bahaya Mencium Bayi Setelah Merokok, Bisa Sebabkan Pneumonia Akut!

Bahaya Mencium Bayi Setelah Merokok, Bisa Sebabkan Pneumonia Akut!

Mencium bayi setelah merokok apakah berpotensi membahayakan si kecil? Padahal Ayah sudah ganti baju dan mencuci tangan, benarkah menimbulkan efek samping yang tidak main-main untuk kesehatan anak?

Dalam kasus ini, jika Ayah suka merokok apalagi di lingkungan rumah, maka anggota keluarga lainnya berpotensi menjadi thirdhand smoke atau perokok pasif. Asap rokok yang dikeluarkan saat Ayah merokok, bisa menyebar ke seluruh ruangan dan menempel pada perabot rumah tangga yang ada di sekitarnya dan masih mengandung residu nikotin.

Tak hanya itu, asap ini juga berpotensi dihirup oleh anggota keluarga lainnya, sehingga sudah pasti akan berbahaya. Terutama bagi anggota keluarga yang memiliki masalah pernapasan, atau paru-parunya belum berkembang secara sempurna seperti bayi dan balita.

Oleh karena hal tersebut, mencium bayi setelah merokok pada area wajahnya memiliki risiko yang buruk, apalagi mencium bayi di bibir. Yuk, kita bahas lebih lanjut mengenai hal ini.

Dampak kesehatan bagi perokok pasif yang perlu diwaspadai


Ketika Ayah mencium bayi setelah merokok, maka Ayah berpotensi membuat si kecil sakit, apalagi bila terdeteksi si kecil punya masalah kesehatan pada area pernapasan. Melansir dari laman Healthline, The American Heart Association (AHA) menuturkan bahwa rokok memiliki kandungan 5000 bahan kimia yang sebagian besar beracun.

Bagi perokok mungkin hal ini terdengar sepele, namun bagi perokok pasif, hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk menghindarinya. Fakta mengungkapkan, asap rokok yang tersisa dari anggota keluarga yang merokok akan memengaruhi anggota keluarga lain yang tidak merokok di segala usia.

Termasuk jika orang tersebut mencium bayi setelah merokok. Berikut ini beberapa dampak yang akan dirasakan oleh perokok pasif, terutama bayi dan anak-anak:

1. Dampak bagi anak-anak


Melansir dari laman Mayo Clinic, anak-anak merupakan kelompok paling rentan terkena efek samping dari asap rokok. Hal ini dikarenakan anak-anak belum mengetahui bahaya dari asap yang muncul dari rokok sang Ayah.

Seringnya anak-anak tak sengaja menyentuh permukaan benda, atau meletakkan hidung hingga mulut mereka pada permukaan barang yang terkenaa residu nikotin asap rokok. Ia bisa jadi tak sabar melihat Ayahnya pulang dan buru-buru ingin memeluknya, padahal ia tak tahu bahwa sang Ayah baru saja selesai merokok.

Sehingga masih banyak residu asap rokok yang menempel pada area baju, wajah, atau tasnya. Sebaiknya hindari mencium bayi setelah merokok karena bikin si kecil berpotensi mengalami:

  • Penyakit asma
  • Infeksi pada bagian telinga
  • Sering mengalami sakit (daya tahan tubuh lemah)
  • Radang paru-paru (pneumonia)
  • Berpotensi merokok juga ketika dewasa.

Anak-anak adalah peniru ulung, bagi orang tua perokok, jangan heran bila ketika dewasa kelak anak-anak juga memiliki kebiasaan merokok sama seperti orang tuanya. Jadi, yuk mulai lebih bijak lagi!

2. Dampak asap rokok untuk bayi


Mencium bayi setelah merokok adalah hal yang sebaiknya dihindari, karena hal ini sangat berpotensi mengganggu pernapasannya. Melansir dari laman Healthline, sebuah penelitian menunjukkan bukti bahwa, paparan asap rokok merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan munculnya SIDS atau sindrom kematian bayi mendadak.

Tak hanya itu saja, ketika Ayah sering mencium bayi setelah merokok, maka Ayah sudah berpotensi mengembangkan penyakit pernapasan lain sama seperti efek pada anak-anak.

3. Efek pada janin dalam kandungan

Mencium bayi setelah merokok saja akan memiliki dampak yang buruk, apalagi untuk janin yang masih berkembang dalam kandungan. Ketika Ibu hamil tak sengaja menghirup asap rokok atau menyentuh permukaan barang yang terkena residu nikotin, maka Ibu berisiko memasukkan racun ke dalam tubuh yang akan mengenai janin juga.

Paparan asap rokok yang sering dihirup oleh ibu hamil, juga berpotensi menimbulkan penyakit pernapasan lain ketika si kecil lahir. Selain itu, melansir dari laman Escardio, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan oleh European Journal of Preventive Cardiology, jurnal dari European Society of Cardiology (ESC), calon Ayah yang merokok dapat meningkatkan risiko cacat jantung bawaan pada bayi setelah dilahirkan nanti.

Bahaya mencium bayi, terutama pada area bibirnya


Mencium bayi setelah merokok kerap dilakukan orang tua tanpa disadari bahayanya. Banyak yang mengira dengan mencium bayi, maka seseorang sedang membuktikan kasih sayang yang tulus pada bayi tersebut.

Padahal kasih sayang bisa disalurkan dengan beragam cara dan tidak harus mencium bayi, apalagi harus mencium bayi di bibir. Baru-baru ini banyak ulasan yang beredar tentang bahaya mencium bayi, terutama ketika mencium bayi di bibir, dampaknya tidak main-main.

Melansir dari laman Pedseast, meningkatnya kasus RSV (respiratory syncytial virus) atau virus pernapasan yang umumnya menginfeksi area paru-paru atau saluran napas pada bayi kemungkinan ada kaitannya dengan kebiasaan orang lain (selain orang tua) yang sering mencium bayi, terutama mencium bayi di bibir.

Meski tak semua kasus RSV dikarenakan seseorang sering mencium bayi, namun kebiasaan ini justru akan menyebarkan kuman yang dapat menimbulkan penyakit yang akan sulit dilawan oleh sistem kekebalan tubuh bayi, terutama yang baru lahir. Tak hanya itu saja, mencium bayi di bibir, berpotensi menyebabkan bayi menderita alergi yang mungkin muncul dari kandungan lipstik yang dipakai seseorang.

Mencium bayi dalam kondisi biasa saja sebaiknya tidak dilakukan, apalagi mencium bayi setelah merokok. Hal ini sudah pasti akan membuat bayi tersebut memiliki risiko penyakit pernapasan yang berbahaya.

Alih-alih terburu-buru mencium bayi setelah merokok, ada baiknya Ayah membersihkan diri dulu sebelum menyentuh buah hati tercinta. Coba lakukan cara ini sebelum mencium bayinya ya:

  • Mengganti pakaian setelah merokok
  • Mandi yang bersih dan pastikan tidak ada residu rokok menempel
  • Sikat gigi agar residu rokok dalam mulut tak tersisa
  • Pastikan tidak merokok di dalam area rumah.

Editor: Aprilia