Kelahiran

Mata Bayi Kuning Normal Terjadi, Yuk Kenali Penyebab Dan Cara Mengatasinya

Mata Bayi Kuning Normal Terjadi, Yuk Kenali Penyebab Dan Cara Mengatasinya

Sebagai Ibu pasti khawatir saat melihat mata bayi kuning. Tapi ternyata, ini adalah hal yang wajar terjadi pada bayi baru lahir, lho! Menurut American Pregnancy Association, sebanyak 60% bayi cukup umur, akan mengalaminya dan kondisi ini akan menghilang seiring dengan tumbuh kembang bayi. 

Supaya Ibu tidak panik, Ibu perlu mengetahui apa saja sih penyebab mata bayi kuning dan cara mengatasinya. Yuk, mari simak penjelasan berikut! 

Penyebab mata bayi kuning

Mengutip dari Mayo Clinic, mata kuning pada bayi disebabkan oleh tingginya kadar bilirubin dalam darah bayi. Bilirubin adalah senyawa berwarna kuning yang dihasilkan dari pemecahan sel darah merah di dalam tubuh.

Organ hati akan membantu proses pembuangan bilirubin ke luar tubuh melalui feses. Namun, pada bayi baru lahir organ hati ini belum matang, sehingga bilirubin tidak bisa dikeluarkan dari dalam tubuh. 

Ini mengakibatkan penumpukan bilirubin di pembuluh darah bagian bawah kulit, dan bagian putih mata (sklera) yang disebut penyakit kuning (ikterus). Berikut adalah beberapa penyebab mata bayi kuning serta faktor risiko lainnya: 

1. Newborn jaundice 

Mata bayi kuning disebabkan oleh penyakit kuning pada bayi baru lahir. Secara fisiologis penyakit kuning akan terjadi selama 2-4 hari setelah bayi lahir, dan akan membaik dalam 2 minggu. 

Ini terjadi karena saat bayi berusia 2 minggu, produksi bilirubin sedikit berkurang dan organ hati sudah mampu mencerna bilirubin serta membuangnya ke luar tubuh melalui feses. Melansir dari National Health Service, penyakit kuning bisa disebabkan oleh masalah kesehatan lain. 

Ini dikenal sebagai penyakit kuning patologis. Beberapa penyebab penyakit kuning patologis, di antaranya: 

a. Kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme) 

Sebagian besar bayi yang lahir tanpa kelenjar tiroid atau kelenjar tiroid yang tidak berfungsi dengan baik, tidak akan langsung menunjukkan gejala. Namun jika hipotiroidisme tidak dideteksi dan diobati, maka gejalanya akan mulai terlihat. Salah satu gejala yang timbul adalah perubahan warna kulit dan mata bayi menjadi kekuningan. 

b. Ketidakcocokan golongan darah (jenis golongan darah atau rhesus)

Saat Ibu dan bayi memiliki golongan darah yang berbeda, tubuh Ibu akan memproduksi antibodi yang dapat menghancurkan sel darah merah bayi. Hancurnya sel darah merah yang lebih banyak dari biasanya, akan menyebabkan penumpukan bilirubin dan mengakibatkan mata bayi berwarna kuning. 

Rhesus ibu dan bayi yang berbeda, juga bisa mengakibatkan penyakit kuning berat. Tapi masalah perbedaan Rh ini bisa ditangani dengan pemberian Imunoglobulin pada Ibu. 

c. Sindrom Crigler-Najjar 

Sindrom Crigler-Najjar merupakan suatu kondisi bawaan, yang memengaruhi enzim yang bertanggung jawab untuk memproses bilirubin. Pada penderita sindrom Crigler-Najjar, terjadi penumpukan bilirubin indirek dalam darah dan menyebabkan penyakit kuning. Jika tidak diatasi dengan baik, kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi berupa kernikterus.

d. Defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) 

G6PD adalah enzim yang membantu kerja sel darah merah dan melindunginya dari zat dalam darah yang membahayakan. Defisiensi G6DP adalah kelainan genetik yang dapat menyebabkan penyakit kuning. 

2. Anemia sel sabit (sickle cell anemia)

Anemia sel sabit adalah penyakit anemia yang terjadi karena kelainan genetik yang menyebabkan sel darah merah berbentuk sabit. Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute, anemia sel sabit merupakan penyakit bawaan. 

Namun, sebagian besar bayi baru lahir tidak mengalami masalah apapun hingga berusia sekitar 5-6 bulan. Gejala penyakit sel sabit dapat bervariasi, tapi gejala awal yang muncul adalah perubahan warna kulit dan mata bayi menjadi kuning.

Terutama, ketika sejumlah sel darah merah mengalami hemolisis (pecah). Untuk mendeteksi penyakit ini perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan tes skrining pada darah bayi. 

3. Bayi lahir prematur 

Bayi lahir prematur akan memiliki faktor risiko tinggi untuk terkena penyakit kuning yang menyebabkan kulit dan mata bayi kuning. Ini terjadi karena organ hati pada bayi yang lahir kurang dari 37 minggu, belum berfungsi sempurna. Akibatnya, bayi prematur belum mampu membuang bilirubin sehingga terjadi penumpukan zat tersebut di dalam tubuhnya. 

4. Kurangnya asupan ASI

Bayi baru lahir seringkali tidak mendapatkan asupan ASI yang cukup. Ini terjadi karena, bayi baru lahir masih mengalami kesulitan dalam menyusui atau memang ASI yang belum keluar. 

Asupan ASI yang kurang akan mengakibatkan peningkatan kadar bilirubin dan membuat mata bayi kuning. Akan tetapi, dengan memperbaiki teknik menyusui dan melakukan pijat laktasi, maka kebutuhan ASI bayi akan terpenuhi dan kondisi ini pun akan berangsur membaik dan hilang dengan sendirinya. 

5. Infeksi bakteri 

Bayi baru lahir rentan terinfeksi oleh bakteri.  Salah satunya adalah infeksi darah pada bayi baru lahir yang disebabkan bakteri, seperti  Escherichia coli, Listeria, dan Streptococcus. Gejala yang ditimbulkan salah satunya adalah, mata bayi kuning akibat organ hati yang sudah terinfeksi kuman. 

Cara mengatasi mata bayi kuning 

Pada umumnya mata bayi kuning akan sembuh dengan sendirinya setelah usia 1-2 minggu. Pemberian ASI atau susu formula sebanyak 8-12 kali sehari bisa membantu proses penyembuhan bayi.  

Namun, jika penyakit kuning masih belum membaik, Ibu bisa membawa si kecil ke dokter untuk melakukan pemeriksaan bilirubin. Jika kadar bilirubin dalam darah tinggi, dokter akan memberikan perawatan untuk mencegah terjadinya komplikasi. 

Beberapa langkah penanganan untuk mengatasi mata bayi kuning yaitu: 

  • Memperhatikan asupan cairan dan nutrisi pada bayi 

Semakin banyak asupan cairan pada bayi, dapat membantu proses pembersihan bilirubin dalam tubuh yang dikeluarkan lewat feses. Usahakan untuk memberikan ASI atau 1-2 ons susu formula setiap 2-3 jam sekali. 

  • Fototerapi

Melansir dari National Health Service, fototerapi adalah pengobatan dengan jenis cahaya khusus (bukan sinar matahari), yang mengubah bilirubin menjadi bentuk yang lebih mudah dipecah oleh hati. Selama proses fototerapi ini Ibu tidak bisa memberikan ASI dengan menyusui secara langsung.

Tapi, biasanya bayi bisa diberikan ASI perah atau susu formula. Fototerapi akan dihentikan ketika kadar bilirubin turun ke tingkat aman, yang biasanya memakan waktu satu atau dua hari.

  • Imunoglobulin intravena (IVIG)

Pada kondisi Ibu dan bayi yang memiliki rhesus berbeda, antibodi Ibu akan menyerang dan merusak sel darah merah bayi. Dengan transfusi imunoglobulin intravena, protein darah yang diinjeksikan akan mengurangi kadar antibodi. 

Sehingga terapi ini dapat menjadi alternatif untuk meredakan penyakit kuning sebelum dilakukan transfusi tukar.  IVIG biasanya hanya digunakan jika fototerapi saja tidak berhasil dan kadar bilirubin dalam darah terus meningkat.

  • Transfusi tukar

Jika pada kondisi mata bayi kuning belum kunjung membaik meskipun fototerapi telah dilakukan, transfusi darah lengkap mungkin perlu dilakukan. Transfusi ini dikenal dengan transfusi tukar. Dalam proses transfusi tukar, darah bayi akan diganti dengan darah donor yang cocok sehingga sel darah merah sehat akan meningkat dan kadar bilirubin pun menurun. 

Kapan si kecil harus dibawa ke dokter?

Kulit dan mata bayi kuning memang hal yang sangat umum terjadi, terutama pada bayi prematur. Meskipun Ibu sudah mengetahui apa saja penyebab mata bayi kuning dan cara mengatasinya, tapi sebagai orang tua perlu selalu waspada untuk mengecek setiap gejala yang muncul. Berikut adalah tanda yang perlu diwaspadai pada bayi : 

  • Tidak mau menyusu
  • Bayi terlihat lemas dan mengantuk sepanjang waktu
  • Warna kulit dan mata yang sangat kuning 
  • Bayi menangis dengan nada tinggi
  • Berat badannya turun (lebih dari 10% berat badannya saat lahir).

Apabila gejala di atas timbul, maka Ibu harus segera membawa si kecil ke fasilitas kesehatan terdekat untuk penanganan lebih lanjut. Dokter biasanya akan melakukan tes darah untuk mengetahui penanganan dan pengobatannya. 

Semakin cepat deteksi dan penanganan yang dilakukan, maka semakin cepat pula kondisi mata bayi kuning kembali normal. 

Editor: Aprilia