Keluarga

4 Tips Bebas Galau Setelah Menikah Bagi Penganut Resesi Seks

4 Tips Bebas Galau Setelah Menikah Bagi Penganut Resesi Seks

Beberapa orang masih asing dengan istilah resesi seks. Kebanyakan lebih mengenal adanya fenomena childfree yang sebenarnya merupakan bagian dari resesi seks. 

Melansir dari World Today News Korea, Jepang dan Cina sudah mengalami resesi seks. Bagaimana dengan Indonesia?

Resesi seks itu apa?


Resesi seks adalah enggannya seseorang atau pasangan suami istri untuk memiliki anak, atau hanya ingin memiliki sedikit anak. Ini dipicu dari ketakutan masyarakat-masyarakat tersebut akan stres dan depresi dalam mengasuh anak.

Belum lagi adanya gender role di mana lebih banyak istri yang mengorbankan karirnya untuk merawat anak-anak di rumah. Sedangkan para wanita ini tidak ingin melepas pekerjaannya.

Pertimbangan ekonomi juga berlaku. Menurut warga di 3 negara tersebut memiliki anak membutuhkan biaya yang besar. Mereka memilih untuk tidak memiliki anak atau bahkan menghindari komitmen pernikahan dengan pasangannya.

Resesi seks di Indonesia


Di Indonesia sendiri, Presiden Joko Widodo menyampaikan dalam Rapat Kerja Nasional BKKBN pada 25 Januari 2023, bahwa Indonesia tidak mengalami resesi seks karena tingkat kehamilan tinggi. Bukan tanpa data, ini ditegaskan oleh hasil survei Badan Pusat Statistik yang menunjukkan bahwa Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia adalah 2.1. 

Dengan kata lain, seorang perempuan di Indonesia melahirkan setidaknya 2 anak dalam masa subur di hidupnya. Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa ini merupakan hal yang bagus untuk menguatkan ekonomi Negara. 

Ini didukung juga dengan hasil survei penduduk tahun tahun 2020 yang dilakukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia yang menunjukkan bahwa usia produktif di Indonesia (15-64 tahun) meningkat jauh di atas penduduk usia muda (0-14 tahun). Artinya Negara akan berkembang dengan baik mengingat potensi jumlah penduduk usia produktifnya tinggi.

Tips menghindari resesi seks

Meski angka resesi seks di Indonesia rendah, tidak memungkiri masih banyak wanita dan pria yang takut untuk memiliki anak atau bahkan ragu untuk menikah. Untuk mengatasi kekhawatiran ini intip tips dari Ibupedia berikut ini, yuk!

1. Persiapan pra nikah


Persiapan pra nikah ini ada beberapa aspek, meliputi fisik, mental dan spiritual. Kementerian Agama mewajibkan pasangan yang mandaftarkan pernikahannya di Kantor Urusan Agama (KUA) untuk melakukan tes fisik di Puskesmas. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi apakah calon pengantin sehat dan cukup asupan nutrisi.

Bila teridentifikasi kekurangan vitamin atau mineral tertentu, calon pengantin akan mendapatkan suplemen dari Puskesmas dan anjuran-anjuran tertentu untuk masalah masing-masing. Ini bertujuan untuk mempersiapkan nutrisi kehamilan. Selain itu juga untuk mendukung kesehatan reproduksi keduanya.

Dari sisi mental dan spiritual, Kantor Urusan Agama juga menjadwalkan pendidikan pra nikah di mana calon pengantin dibekali kesiapan mentalnya, dan diberi tuntutan mengaruhi rumah tangga sesuai agama masing-masing. Upaya yang disiapkan Pemerintah sudah ada. 

Dari sisi pasangan yang akan menikah juga perlu. Bekali diri dengan banyak ilmu tentang rumah tangga, baik itu dari sisi psikologis maupun agama. Belajarlah juga tetang pengetahuan dasar sebagai orang tua, bagaimana menghadapi anak, merawat anak, bahkan belajar juga ilmu tentang finansial.

2. Persiapkan nutrisi tubuh


Ini penting sebagai upaya pencegahan stunting. Konsumsi vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh sebelum memutuskan menikah. Asam folat, zat besi, dan kalsium sangat dianjurkan dikonsumsi wanita yang akan menikah. 

Selain mencegah kekurangan gizi saat hamil, asupan ini juga bagus untuk menghasilkan sel telur yang baik dan kondisi rahim yang optimal untuk kehamilan. Pria yang akan menikah juga perlu mempersiapkan nutrisi tubuh. 

Menghindari rokok dan alkohol serta berhenti bergadang adalah langkah yang tepat. Keduanya dapat memengaruhi kesehatan reproduksi. Konsumsi asam folat juga akan membantu meningkatkan kualitas sperma untuk mempersiapkan generasi yang sehat dan terhindar dari stunting.

Bila persiapan nutrisi ini benar-benar dijalankan, secara tidak langsung suami dan istri sedang ‘menabung’ kesehatan anaknya kelak. Jika sedari awal kondisi anak optimal, gizinya juga baik, maka anak tidak mudah sakit dan tidak memiliki masalah tumbuh kembang. Orang tua jadi less stress dan keinginan untuk menjalani resesi seks dapat dihindari.

3. Persiapan finansial


Belajarlah finansial sejak sebelum menikah. Menabung dengan cara investasi bisa jadi pilihan. Buatlah target yang jelas. Kapan akan menikah dan berapa lama menabung.

Tak hanya menabung untuk pesta pernikahan, tapi buatlah rencana keuangan untuk kehidupan setelah menikah. Dengan persiapan seperti ini, stres menghadapi masalah finansial setelah menikah dapat dihindari. 

Pasangan juga jauh lebih siap menghadapi tantang keuangan selama pola pengaturannya sudah dikuasai. Ingat, bukan hanya besaran uang yang jadi patokan. Tapi manajemen pengaturan keuangannya yang juga penting diaplikasikan.

4. Sepakati dengan pasangan terkait hidup setelah menikah


Ini penting, lho, Bu! Karena kebanyakan orang yang memutuskan untuk melakukan resesi seks karena khawatir ‘dipaksa’ berhenti berkarir untuk mengurus rumah tangga. Untuk itu, sepakati dengan pasangan segala hal yang akan terjadi setelah menikah.

Akan tinggal di mana, istri tetap kerja atau tidak, istri berkarir di luar atau di rumah, ketika ada anak nantinya anak akan diasuh sendiri atau dititipkan, pilih menggunakan baby sitter atau daycare, pembagian urusan keuangan rumah tangga, hingga pembagian tugas rumah tangga.

Perundingan seperti ini merupakan bagian dari sebuah antisipasi kepanikan, salah paham, dan aneka ragam stres lainnya setelah menikah atau memiliki anak. Dengan menerapkan tips ini, perencaan pra nikah lebih terarah dan resesi seks juga bisa dihindari.

Editor: Aprilia