Keluarga

5 Tanda Kamu Adalah Orang Tua Dengan People Pleaser

5 Tanda Kamu Adalah Orang Tua Dengan People Pleaser

Pernahkah Ibu mendengar tentang istilah people pleaser? Seseorang dengan kecenderungan people pleaser seringkali abai pada dirinya dan lebih mementingkan kebahagiaan orang lain.

Bahkan tak jarang, orang tua cenderung menjadi seorang people pleaser demi anaknya tanpa peduli pada dirinya sendiri. Apa itu people pleaser dan bagaimana ciri orang tua yang merupakan seorang people pleaser

Mengenal people pleaser


People pleaser artinya adalah sebuah kebiasaan untuk menyenangkan orang lain untuk mendapatkan kepuasan dan pengakuan dari orang lain. Seseorang dengan kecenderungan people pleaser lebih tahu cara menyenangkan orang lain, namun kebingungan untuk membuat dirinya sendiri bahagia.

Mereka adalah ahli untuk memenuhi kebutuhan orang lain, menyenangkan orang lain, mengasuh dan mengayomi orang lain, tapi tidak melakukan hal yang sama untuk dirinya sendiri. Pada kondisi hubungan dengan orang lain, seorang people pleaser sangat bersemangat ketika dimintai bantuan untuk melakukan sesuatu.

Hal ini juga didorong oleh rasa puas karena merasa dibutuhkan oleh orang lain. Meski seringkali hal yang mereka lakukan ini tidak memberikan manfaat untuk diri mereka sendiri.

Melansir dari Psychology Todayseorang people pleaser sangat bergantung pada pengakuan dan konfirmasi dari orang lain, sampai tidak bisa menyadari nilai dari dirinya sendiri. Karakteristik orang dengan people pleaser biasanya seperti:

  • Menyenangkan
  • Mudah bergaul
  • Sangat suka menolong
  • Sopan dan perhatian
  • Rela mengorbankan waktu dan tenaganya
  • Bekerja keras untuk menyenangkan orang lain
  • Selalu berkata “ya” untuk tugas yang diberikan
  • Perfeksionis.

Ini semua digunakan sebagai topeng, untuk menjaga agar orang lain tetap mengakui kemampuan dirinya. Karena pada kenyataanya, mereka adalah seseorang yang punya karakteristik:

  • Takut ditinggalkan
  • Takut tidak diterima di komunitas
  • Merasa sendirian
  • Selalu merasa tidak cukup baik
  • Tidak percaya diri dengan kemampuannya
  • Takut tidak bisa memberikan yang terbaik
  • Lelah terus menerus berusaha sempurna di depan orang lain.

Rantai people pleaser dalam keluarga


Sayangnya, kecenderungan people pleaser menurun dari orang tua ke anak. Disebutkan dalam The Healthy Journal anak yang tumbuh dalam lingkungan people pleaser memiliki kecenderungan untuk melakukan hal yang sama dari generasi ke generasi. 

Anak-anak akan berusaha memenuhi keinginan orang tuanya hanya agar orang tuanya bahagia, meski dirinya tidak tahu apakah dia bahagia atau tidak. Sementara itu, melansir dari Elephant Journaldampak negatif people pleaser yang dialami anak adalah mereka dihantui rasa takut. 

Takut ditolak oleh orang tuanya, takut tidak diakui, takut tidak dicintai dan takut tidak diperlakukan dengan baik oleh orang tuanya. Buntutnya tentu memengaruhi kesehatan mental anak dan meninggalkan rasa trauma. 

Untuk orang tua yang melakukannya pun jadi cenderung memiliki beban mental karena hidupnya sudah dicurahkan sepenuhnya untuk anak namun tentu orang lain akan selalu melihat kekurangan dari yang kita lakukan. Orang tua yang melakukan ini bukan karena mereka tidak baik. Mereka justru mengupayakan segala hal yang terbaik. Hanya saja penyampaiannya yang memang perlu diperbaiki.

Ciri orang tua people pleaser

1. Berlebihan mengutamakan anak


Sebagai orang tua tentu kita ingin memberikan yang terbaik untuk anak. Tetapi pada kondisi orang tua people pleaser kecenderungan mengutamakan anak bisa dibilang berlebihan.

Pada situasi ekonomi misalnya, saat keuangan sedang terbatas, orang tua bisa menahan untuk tidak membeli kebutuhan dirinya. Namun saat melihat baju atau sepatu yang cocok untuk anak langsung dibeli tanpa pertimbangan ekonomi. Pada akhirnya orang tua lagi yang harus putar otak agar ekonomi kembali tercukupi.

Padahal sebenarnya tidak dibeli pun juga tidak masalah karena belum benar-benar dibutuhkan. Sedangkan uang yang digunakan untuk membeli baju atau sepatu tersebut bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan lainnya.

2. Melupakan diri sendiri

Memang pada dasarnya orang tua rela berkorban untuk anak. Namun pada kondisi people pleaser ini orang tua selalu melupakan dirinya sendiri untuk membuat anak-anak mereka mengakui bahwa orang tuanya baik dan selalu memenuhi kebutuhan mereka.

3. Perfeksionis

Orang tua people pleaser sangat perfeksionis untuk anak-anak. Mereka memiliki standar khusus yang harus dicapai anak. Ketika anak tidak berhasil mencapainya, ini akan membuat orang tua stress sendiri.

4. Mudah marah saat anak tidak mencapai apa yg diinginkan

Karena ekspektasi yang tinggi demi mendapatkan pengakuan bahwa dirinya telah menjadi orang tua yang hebat, ketika anak melakukan kesalahan orang tua people pleaser cenderung mudah marah. Emosi mereka cepat berubah dari yang mulanya bisa berekspresi manis menjadi garang tiba-tiba.

5. Terlalu khawatir tentang pendapat orang lain tentang anak


Standar kesuksesan seorang people pleaser adalah pengakuan dari orang lain. Maka tentu ketika orang lain berkomentar ini dan itu tentang anak, orang tua jenis ini akan terusik. 

Mereka akan berusaha memperbaiki pola apa yang kiranya salah dalam mendidik. Anak juga ikut jadi korban, karena mereka semakin ditekan dan dituntut untuk bisa menguasai hal yang disesuaikan dengan standar orang lain.

Dampak negatif orang tua people pleaser


Selain untuk anak, orang tua dengan people pleaser juga mendapat efek untuk dirinya sendiri:

  • Selalu merasa cemas dengan capaian anak
  • Sering gelisah
  • Kurang percaya diri
  • Kesehatan mental terganggu
  • Mudah marah
  • Tidak mengenali diri sendiri, apa yang disuka, atau apa yang bisa menenangkan dirinya
  • Selalu haus pengakuan dari orang lain.

Yang sebaiknya orang tua lakukan

Memutus mata rantai menjadi seorang people pleaser. Tumbuhkan rasa cinta terhadap baik atau buruknya perilaku anak. Cintai diri sendiri sebagai seseorang yang utuh, sebelum mencintai anak-anak.

Sebesar apapun hal yang ingin kita berikan atau lakukan untuk anak, ingatlah selalu untuk memberi diri ini upaya yang sama. Berani katakan tidak untuk hal-hal yang sebenarnya tidak perlu terlalu fokus dikerjakan.

Berpatokanlah pada standar yang jelas, bukan karena ingin diakui oleh orang lain. Jangan sampai hanya karena mengejar pengakuan, anak-anak justru memiliki trauma dan hanya ingin melakukan hal terbaik untuk menyenangkan orang tuanya, bukan karena kebahagiannya sendiri.

Editor: Aprilia