Keluarga

6 Cara Meregulasi Perasaan Ibu Bekerja Atau Ibu Rumah Tangga

6 Cara Meregulasi Perasaan Ibu Bekerja Atau Ibu Rumah Tangga

Pilihan untuk menjadi Ibu bekerja atau Ibu rumah tangga akan berdampak pada banyak aspek kehidupan. Pasalnya, setiap pilihan memiliki konsekuensinya masing-masing. Ketika memilih menjadi Ibu bekerja, kamu mungkin akan kehilangan banyak waktu bersama anak. Sebaliknya, ketika memutuskan untuk menjadi Ibu rumah tangga, kamu mungkin menjadi kurang mandiri secara finansial.

Tentu saja, tidak ada benar dan salah ketika kamu memilih menjadi Ibu bekerja atau Ibu rumah tangga. Lantas, bagaimana cara meregulasi perasaan Ibu bekerja dan Ibu rumah tangga agar tetap bisa saling menghargai satu sama lain? Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan menurut psikolog, Fathya Artha, M.Psi, Psikolog. dan aktivis keadilan gender Kalis Mardiasih.


1. Kenali diri sendiri

Langkah awal yang bisa dilakukan untuk meregulasi perasaan, ketika memutuskan menjadi Ibu bekerja atau Ibu rumah tangga adalah dengan mengenali diri sendiri. Maksudnya, setelah menjadi Ibu mungkin prioritas ada pada anak, sehingga seringkali kamu mengabaikan keinginan diri sendiri. Kondisi ini membuat kamu mengambil keputusan berdasarkan kebutuhan orang lain.

Dengan lebih mengenali diri sendiri, kamu tidak perlu repot mencari pembenaran atas pilihan yang diambil. Biasanya, ketika sedang mencari pembenaran, kamu memiliki kecenderungan untuk "menyalahkan" orang lain yang pilihannya berseberangan denganmu. Nah, ketika kamu sudah bisa mengenali apa yang sebenarnya diinginkan oleh diri sendiri, maka kamu tidak lagi perlu mencari pembenaran dari orang lain.


2. Berhenti merasa bersalah

Berhenti merasa bersalah kepada anak, ketika kamu memilih menjadi Ibu bekerja. Sebaliknya, berhenti merasa bersalah kepada diri sendiri saat memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan dan menjadi Ibu rumah tangga. 

Dikutip dari Very Well Mind, rasa bersalah bisa menyebabkan perasaan cemas, depresi, dan stres. Pada beberapa orang, kondisi ini juga memicu insomnia dan tekanan darah tinggi. Seiring waktu, kamu mungkin kehilangan semangat dan sulit mencapai tujuan.

Alih-alih terlarut dalam perasaan  bersalah, cobalah berempati pada diri sendiri. Kasih sayang adalah emosi yang jauh lebih sehat. Menjadi ibu sudah cukup sulit. Rasa bersalah bisa membuatnya lebih sulit. Sebaiknya, singkirkan rasa bersalah dan bantu Ibu menjadi orang tua yang penuh dengan cinta, kehangatan, dan kepercayaan diri.


3. Mengelola ekspektasi

Ekspektasi dan realita terkadang tidak bisa berjalan beriringan. Ekspektasi yang terlalu tinggi justru menimbulkan kekecewaan, jika tidak tercapai. 

Ketika memutuskan untuk menjadi Ibu bekerja atau Ibu rumah tangga, kamu mungkin memiliki ekspektasi untuk menjadi yang terbaik. Ibu bekerja yang harus begini dan begitu agar jadi terbaik. Ibu rumah tangga yang harus melakukan ini dan itu sehingga bisa memberikan yang terbaik.

Sayangnya, perasaan harus-harus-harus ini justru membuat kamu sulit meregulasi perasaan diri sendiri. Jika tidak segera diatasi, kondisi tersebut membuat Ibu sulit untuk beradaptasi, menjalin relasi, dan mempertahankan hubungan yang telah terjalin dengan orang lain.


4. Mencari dukungan positif

Cara meregulasi perasaan bagi Ibu bekerja dan Ibu rumah tangga selanjutnya, yaitu dengan mencari dukungan positif dari orang-orang di sekitarmu. Cara ini bisa dimulai dari anggota keluarga terdekat, seperti pasangan, orang tua, maupun saudara kandung. Adanya dukungan dari mereka membuat kamu lebih yakin menjalani pilihan yang telah dibuat.

Jangan ragu untuk mencari dukungan dari sesama Ibu bekerja atau Ibu rumah tangga, yang juga memiliki perjalanan serupa dengan apa yang kamu jalani saat ini. Dengan begitu, kamu tidak akan merasa sendirian. Ada banyak di luar sana perempuan yang mengambil pilihan sama sepertimu.


5. Menyadari kebutuhan akan suasana baru

Menurut psikolog Fathya Artha, manusia sulit meregulasi perasaannya ketika melakukan rutinitas yang itu-itu saja setiap hari. Terlepas dari Ibu bekerja atau Ibu rumah tangga, keduanya memiliki titik jenuh masing-masing. Di sinilah pentingnya menyadari kebutuhan akan suasana baru.

Oleh karena itu, cobalah untuk melakukan aktivitas baru setiap hari. Bagi Ibu rumah tangga, cobalah untuk mengikuti pelatihan atau workshop yang bisa membuatmu merasa lebih berdaya.  

Sementara Ibu bekerja bisa mencoba untuk menemukan hobi baru, seperti berkebun atau sekadar menonton Netflix. Ketika aktivitas baru bisa membuat pikiran jernih, maka kamu bisa mencapai keseimbangan emosional.


6. Membangun komunikasi dengan pasangan

Menjadi orang tua bukan hanya tugas seorang Ibu, tetapi Ayah juga. Terlepas dari pilihanmu menjadi Ibu bekerja atau Ibu rumah tangga, kamu bukan satu-satunya pihak yang harus mengurus segalanya seorang diri. Oleh karena itu, cobalah untuk membangun komunikasi yang baik dengan pasangan.

Komunikasi berperan penting dalam setiap hubungan, tidak terkecuali hubungan suami dan istri. Dengan memastikan komunikasi berjalan efektif, maka kamu bisa mengajak pasanganmu untuk mendiskusikan banyak hal. 

Mulai dari urusan rumah tangga sampai perihal pengasuhan anak. Komunikasi juga bisa mencegah kamu mengalami stres atau depresi, karena ketidakmampuan untuk meregulasi perasaan diri sendiri.



Ibu tidak bisa menjadi segalanya setiap saat. Berfokus pada apa yang bisa dilakukan dengan baik mampu membangun harga diri dan kepercayaan diri, yang dapat membantu menangkal emosi negatif yang tak terhindarkan. Menjadi Ibu bekerja atau Ibu rumah tangga bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Jadi, pastikan untuk selalu menghargai pilihan tersebut.