Keluarga

Makin Mesra! Ini Resep Jitu Menjalin Komunikasi dengan Pasangan

Makin Mesra! Ini Resep Jitu Menjalin Komunikasi dengan Pasangan

Menjalin komunikasi antara suami dengan istri tentunya susah-susah gampang. Perlu adanya teknik berkomunikasi yang jitu agar masalah-masalah komunikasi bisa teratasi. Pasalnya, kesalahpahaman dengan pasangan sangat rentan terjadi. Penyebabnya pun bisa jadi hal-hal kecil yang tidak boleh disepelekan, dan biasanya seputar cara berkomunikasi yang kurang tepat untuk dilakukan.

Faktanya, komunikasi dengan pasangan tidak hanya sekadar berbicara atau bertanya kemudian menjawab. Komunikasi dengan pasangan merupakan seni mengekspresikan perasaan, pemikiran, dan juga mengelola emosi dengan baik. Kemampuan mendengarkan secara aktif dan memahami pasangan juga merupakan salah satu bentuk komunikasi yang krusial. 

Biasanya, cara komunikasi yang baik dengan pasangan ditentukan dari kemampuan menyelesaikan masalah yang ada. Perdebatan dan resolusi konflik memang tidak terelakkan, dan itu menjadi bagian dari masalah komunikasi yang harus dipecahkan. 

Dilansir dari Healthline  “Komunikasi itu penting karena menumbuhkan kepercayaan dan hubungan,” jelas Shelley Sommerfeldt, PsyD, seorang psikolog klinis yang mengkhususkan diri dalam komunikasi dalam hubungan. “Untuk memiliki hubungan yang terbuka, jujur, dan apa adanya dengan pasangan kita, kita harus dapat berkomunikasi secara bebas dengan cara yang sehat,” pungkasnya. 

Sebelum beranjak pada tips menjalin cara komunikasi yang baik dengan pasangan, yuk kita simak terlebih dahulu masalah-masalah apa saja sih yang umum ditemui dalam komunikasi suami istri. 

Masalah yang Umum Ditemui Dalam Komunikasi Suami Istri

Kehidupan rumah tangga tidak akan selamanya mulus-mulus saja. Pasti akan ada rintangan dan juga tantangan, salah satunya dalam bentuk masalah komunikasi yang sebaiknya dihindari. Umumnya, ada beberapa permasalahan yang banyak ditemukan menjadi kendala dalam komunikasi suami istri. Disini, peran masing-masing serta cara komunikasi yang baik dengan pasangan bisa menjadi solusi. Berikut masalah utama yang umumnya ditemui dalam komunikasi suami istri.

1. Perilaku Pasif-Agresif

Perilaku pasif-agresif ini bisa diartikan sebagai tindakan menyembunyikan kemarahan, dan enggan mengkomunikasikan apa yang dirasakan secara langsung kepada pasangan. Beberapa contoh perilaku pasif-agresif ini antara lain misalnya:

  • Menjadikan kekurangan atau kesalahan yang dilakukan pasangan sebagai bahan lelucon, contohnya kebiasaan pasangan yang tidak disiplin atau tidak tepat waktu kemudian dijadikan humor.
  • Menghukum pasangan atas kesalahan yang dilakukannya dengan perang dingin atau diam seribu bahasa.
  • Menyindir pasangan ketika melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kemauan kita.

Perilaku-perilaku seperti ini dapat dikategorikan sebagai pasif-agresif. Banyak pasangan menggunakan teknik berkomunikasi semacam ini untuk mengekspresikan kemarahan maupun stres yang dirasakan karena perbuatan pasangan. Tentunya, ini merupakan masalah komunikasi yang cukup serius, karena hanya akan menimbulkan kesalahpahaman serta membuat pasangan sakit hati. Sementara apa yang kita rasakan tidak berhasil dikomunikasikan dengan baik. 

2. Kebiasaan Menghindari Masalah

Masalah dalam komunikasi suami istri berikutnya yang sering terjadi yaitu kebiasaan menghindari masalah. Biasanya, kebiasaan menghindari masalah ini muncul karena pasangan tidak ingin menyakiti hati pasangannya. Kebiasaan menghindari masalah ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti misalnya menghindari konflik, menghindari berbicara tentang hal-hal yang sedang mengganjal, atau menghindari permasalahan yang sedang terjadi di depan mata. 

Bisa dikatakan sebagai bentuk denial terhadap gajah yang ada di pelupuk mata. Bahayanya, kebiasaan menghindari masalah ini akan menjadi bom yang bisa meledak sewaktu-waktu, karena menunda untuk menyelesaikan masalah dan membiarkannya berlarut-larut. Karenanya sangat penting untuk bisa mengetahui cara komunikasi yang baik dengan pasangan untuk mengatasi permasalahan ini.

3. Menggunakan Bahasa yang Agresif

Masalah komunikasi yang biasa dialami oleh suami istri dan juga tidak kalah merugikannya adalah menggunakan bahasa yang agresif. Menggunakan bahasa yang agresif atau cenderung kasar biasanya ditemui dalam hubungan pasangan yang memiliki pola komunikasi toxic. Ini juga rentan terjadi jika pasangan memiliki sifat bawaan narsisistik atau pintar memanipulasi orang lain. Beberapa bahasa agresif yang biasanya memperburuk komunikasi suami istri di antaranya:

  • Meninggikan suara;
  • Menyalahkan pasangan tanpa adanya ruang dialog yang sehat;
  • Mengkritik secara pedas dan sepihak; dan
  • Mendominasi pembicaraan dan tidak memberikan kesempatan pasangan untuk berbicara.

Bahasa yang agresif ini harus dihindari ya, agar tidak membuat konflik menjadi semakin rumit dan sulit untuk dikomunikasikan. Ada baiknya mulai mendeteksi apakah kita maupun pasangan kita terbiasa menggunakan bahasa yang agresif, atau tidak. 

Setelah mengetahui masalah-masalah komunikasi apa saja yang biasa terjadi pada suami istri tersebut, kita dapat mengevaluasi permasalahan apa yang pernah atau sering terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Selain agar bisa menyadari kekurangan serta kelebihan diri sendiri, hal ini juga akan dapat membantu dalam memahami pasangan. 

Tips Menjalin Komunikasi dengan Pasangan

Konflik dalam suatu hubungan sebenarnya tidak bisa dihindari. Sebenarnya, konflik bukanlah masalah; melainkan sebuah tantangan agar dapat ditangani dengan baik. Keterampilan komunikasi yang buruk, ketidaksepakatan, dan kesalahpahaman dapat menjadi sumber masalah yang sebenarnya dapat memisahkan pasangan atau memperburuk hubungan suami istri. 

Ada beberapa tips menjalin komunikasi dengan pasangan yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dikutip dari Very Well Mind, tujuan dari keterampilan komunikasi yang efektif yaitu adanya saling pengertian, dan menemukan solusi yang tepat untuk kedua belah pihak, bukan "memenangkan" argumen atau "merasa paling benar".

Biasanya, kontak fisik saat sedang berkomunikasi dengan pasangan bisa membantu meredakan ketegangan. Kulit terhubung dengan ribuan saraf yang memberi kita kemampuan untuk merasakan sentuhan. Sebuah studi tahun 2009 oleh Matthew Hertenstein menemukan bahwa partisipan secara efektif mampu mengkomunikasikan delapan dari 12 emosi hanya dengan menggunakan sentuhan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sentuhan pada kulit manusia memiliki nuansa yang berbeda-beda, dan merupakan cara yang lebih baik untuk menyampaikan emosi daripada ekspresi wajah dan suara.

Tips Ampuh Berkomunikasi dengan Pasangan

Lalu, apa saja tips berkomunikasi yang ampuh diterapkan bagi suami istri? Simak di bawah ini yuk!

1. Memproses Apa yang Dirasakan Secara Perlahan

Shelley Sommerfeldt, PsyD, menuturkan bahwa berkomunikasi saat sedang emosi dapat menimbulkan adanya konflik berkepanjangan yang sulit untuk diselesaikan. Karena itu, penting bagi pasangan yang sedang mengalami emosi untuk memproses apa yang dirasakan secara perlahan terlebih dahulu, sebelum membicarakannya. Apabila dirasa sedang marah karena perkataan pasangan, atau sedih karena apa yang telah diperbuatnya, dan ingin mengkomunikasikan apa yang dirasakan, sebaiknya tunda dulu ya. 

Berjalan-jalan sebentar atau mendengarkan musik yang bikin rileks akan membantu kita dalam memproses emosi sebelum memulai komunikasi dengan pasangan. Lakukan apa yang bisa membantu dalam memproses apa yang dirasakan. Selain berjalan kaki sejenak atau mendengarkan musik, beberapa hal lain yang disarankan untuk bisa memproses emosi yang dirasakan yaitu dengan menuliskan unek-unek di buku harian, melakukan yoga atau meditasi, atau melakukan hal yang disukai dengan durasi singkat. Seperti misalnya makan es krim, duduk di kedai kopi favorit, maupun sekadar menyeruput teh hangat di teras rumah. 

2. Menentukan Waktu yang Tepat

Dalam berkomunikasi dengan pasangan, menentukan waktu yang tepat menjadi salah satu kunci terpenting. Jangan sampai keinginan untuk melakukan komunikasi dengan pasangan menjadi bumerang hanya karena momen yang kurang tepat. Hindari waktu-waktu di mana pasangan sedang merasa kelelahan, misal sepulang kerja, atau ketika sedang penat mengerjakan banyak hal di rumah. Tentukan waktu yang tepat untuk berbicara, awali dengan ajakan dan kalimat seperti, “Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu, kira-kira kapan ya enaknya?”. Ketika sudah ada kesepakatan waktu yang tepat untuk saling berkomunikasi dengan pasangan, maka segala hal bisa dibicarakan dengan kepala dingin dan tenang.

3. Memulai dengan kata “Aku”

Bagaimana kita berbicara dengan pasangan kita dapat membuat perbedaan besar. Seringkali, pasangan memulai percakapan dengan menunjuk orang lain dan menyalahkan. Shelley Sommerfeldt, PsyD ,merekomendasikan untuk memulai percakapan dengan menyatakan apa yang dirasakan dengan statement “aku”. Hal ini akan menimbulkan perbedaan yang sangat signifikan. 

Kebanyakan pasangan yang mengalami konflik dan kendala dalam berkomunikasi itu cenderung menggunakan kata-kata bernada tuduhan, salah satunya memulai dengan kata kamu. Misalnya, “Gara-gara kamu, aku jadi terlambat,” atau “Kamu bikin aku sulit menyelesaikan pekerjaan,”. Kata “kamu” ini sangat tidak membantu, malah akan memperparah keadaan dan cara berkomunikasi dengan pasangan. Sebaiknya, ganti kata “kamu” dengan “aku”. Mulailah dengan mengkomunikasikan apa yang kita rasakan, bukan langsung menuduh pasangan sebagai penyebabnya. Misalnya, “Aku kurang sreg kalau kamu kelamaan bersiap-siap,” atau “Aku tidak bisa menyelesaikan semua pekerjaan sekaligus, aku butuh bantuan kamu untuk menyelesaikannya,”. 

4. Fokus Untuk Menjadi Pendengar 

Tidak mudah untuk menjadi pendengar yang baik dan aktif. Sebagian besar orang hanya ingin berbicara dan menyampaikan apa yang dirasakan, tanpa mau berkorban untuk aktif mendengarkan. Mendengarkan secara aktif disini bukan sekadar menyediakan telinga dan diam ketika pasangan sedang berbicara. Lebih dari itu, menjadi pendengar yang aktif artinya menyimak segala hal yang disampaikan oleh pasangan, melakukan konfirmasi, serta menawarkan solusi.

Contohnya, ketika pasangan sedang mengeluarkan unek-uneknya karena keberatan dengan sikap Ibu, misalnya keberatan dengan pengeluaran uang belanja yang berlebihan. Ibu bisa mendengarkan dengan seksama apa yang Ayah katakan sampai selesai, fokus dan memberikan perhatian tanpa terdistraksi, konfirmasikan apa yang dikatakan, dan mencoba menawarkan jawaban atas permasalahan yang ada. 

Misalnya, setelah selesai mendengarkan, Ibu bisa mengatakan, “Jadi, Ayah keberatan ya kalau uang belanja bulan ini keluar dari budget? Maafin Ibu ya.. Apa yang bisa Ibu lakukan supaya masalah ini bisa teratasi? Kita bisa memotong anggaran belanja lain yang tidak begitu penting,”. Jangan lupa berikan saran sebagai solusi setelah selesai mendengarkan dengan baik.

5. Seni Berkompromi

Fokus dalam komunikasi dengan pasangan adalah mencapai pemahaman dan kesepakatan. Apapun bentuknya, mulai dari menyampaikan keberatan atau unek-unek hal yang tidak disukai dari pasangan, sampai menyatakan pendapat untuk perencanaan masa depan, semua itu membutuhkan kemampuan berkompromi. Seni berkompromi ini bisa diasah dan terus ditingkatkan seiring berjalannya waktu. Seni berkompromi juga biasanya terkait dengan kemampuan pembagian tugas, kerja sama, dan kesepakatan dalam berbagai hal. Ketika Ibu bisa melakukan seni berkompromi, hal ini dapat memperkuat hubungan perasaan antar pasangan. 

Beberapa tips yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berkompromi antara lain belajar bernegosiasi dengan lemah lembut dan sabar, menawarkan bantuan, dan bicarakan segala hal sejelas-jelasnya. Jangan sampai ada pertanyaan yang belum terjawab dibiarkan begitu saja.

6. Membuat Batasan yang Tegas dan Jelas

Batasan atau boundaries disini sangat penting dalam rangka saling menghargai hubungan antara suami dengan istri. Membuat batasan yang tegas dan jelas akan meminimalisir terjadinya konflik akibat kesalahpahaman. Jangan sampai komunikasi dengan pasangan rusak hanya karena adanya batasan yang kurang jelas. Batasan yang tegas dan jelas misalnya menetapkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasangan. Contohnya, Ibu tidak ingin membicarakan masalah serius ketika waktunya makan bersama pasangan. Tegaskan hal tersebut kepada Ayah agar tidak terjadi konflik di kemudian hari. Membuat batasan yang tegas dan mengingatkannya kepada lawan bicara akan memperkuat komunikasi dengan pasangan.

7. Tinggalkan Pesan

Salah satu hal yang sering disepelekan dalam komunikasi dengan pasangan yakni adanya ketidakjelasan atau misinformasi hanya karena tidak meninggalkan pesan. Komunikasi dengan pasangan artinya memberitahukan jika terjadi sesuatu, atau ketika ada rencana mendadak yang mengganggu rutinitas. Misalnya, ada pekerjaan yang tiba-tiba mengharuskan datang ke kantor sepagi mungkin, sementara pasangan belum terbangun. Tinggalkan pesan lewat sticky notes yang ditempelkan di kulkas atau secarik kertas di meja samping tempat tidur. Bisa juga meninggalkan pesan di chat Whatsapp atau voice notes agar tidak terjadi kesalahpahaman. Intinya disini jangan sampai membuat pasangan bertanya-tanya di mana keberadaan kita. Meninggalkan pesan menjadi salah satu cara komunikasi dengan pasangan.

8. Rutin Menanyakan Kabar atau Melakukan Percakapan dalam Sehari

Kunci lain dalam komunikasi dengan pasangan yaitu rutin melakukan percakapan ringan sehari-hari. Jangan cuek ya, usahakan tetap rajin chat dengan pasangan, apalagi jika tidak memungkinkan untuk bertatap muka secara langsung. Gesture ringan seperti menanyakan kabar, menanyakan apa yang sedang dilakukan, bahkan sesederhana saling bertukar foto menu makan siang hari ini bisa memperkuat komunikasi dengan pasangan lho! Biarkan pasangan tahu bahwa kita peduli dan memikirkannya meskipun sedang berada di tempat yang berbeda. 

9. Tetap Fokus

Komunikasi dengan pasangan juga butuh fokus dan konsentrasi. Fokus disini artinya memberikan perhatian sepenuhnya dan menyimak benar-benar apa yang ingin disampaikan oleh pasangan. Hindari mendengarkan pasangan sambil membuang muka atau sibuk sendiri dengan handphone. Fokuslah dengan menatap matanya dan mendengarkan dengan sebaik-baiknya. Kurangi adanya distraksi, jika diperlukan usahakan untuk berbicara di tempat yang hening dan nyaman.

10. Merespon Kritik dengan Empati

Pasangan mengkritik kesalahan yang kita lakukan? Jangan berkecil hati ya Ibu. Berikan kesempatan pada pasangan untuk mengkomunikasikan apa yang dirasakannya. Responlah kritik yang ada dengan empati dan lapang dada. Posisikan diri kita seperti pasangan dan bayangkan jika kita merasakan hal yang sama. Berempati ketika dikritik dapat melancarkan proses komunikasi dengan pasangan. 

11. Mengakui Kesalahan dan Meminta Maaf

Jika kita melakukan kesalahan, akuilah dan jangan lupa meminta maaf ya! Hal ini sangat penting dalam menjalankan komunikasi dengan pasangan, agar tidak saling menyalahkan dan bisa mencari solusi terbaik bersama-sama. Mengakui kesalahan yang dilakukan juga menjadi salah satu bentuk kedewasaan diri serta kematangan emosi.

12. Tenangkan Diri 

Komunikasi dengan pasangan bisa menguras emosi dan energi. Karenanya, jika Ibu merasa overwhelmed dan kewalahan dengan situasi yang sedang terjadi, cobalah sebisa mungkin untuk menenangkan diri ya. Tenangkan diri dengan melakukan hal-hal yang Ibu sukai dan bisa menjadi mood booster. Melakukan komunikasi yang baik dengan pasangan memang tidak mudah, jadi siapkan tenaga cadangan serta kesabaran ya sebelum memulai kembali. 

13. Mempertimbangkan Untuk Melakukan Konseling Pernikahan

Para ahli dalam hubungan sering menyarankan pasangan suami istri untuk melakukan konseling pernikahan jika dirasa sulit untuk saling berkomunikasi. Penyebabnya bisa berbagai macam, mulai dari kemampuan pasangan untuk memahami lawan bicara yang masih minim, maupun kecerdasan emosional yang cenderung rendah. Tidak ada salahnya mempertimbangkan untuk melakukan konseling pernikahan jika benar-benar dibutuhkan. 

Nah, gimana Ibu? 13 tips komunikasi dengan pasangan di atas tentunya sangat mudah dan bisa langsung diterapkan ya. Setelah mengetahui tips komunikasi dengan pasangan tersebut, ada baiknya kita gali kata-kata apa saja sih yang sebaiknya harus dihindari dan disampaikan ketika berkomunikasi dengan pasangan. 

Kata-Kata yang Sebaiknya Dihindari


Dalam melakukan komunikasi dengan pasangan, ada hal-hal pantangan yang harus diperhatikan, seperti kata-kata yang harus dihindari. Berikut kata-kata yang sebaiknya dihindari dalam berkomunikasi dengan pasangan:

1. Silent Treatment atau Mendiamkan Pasangan

Tidak mengatakan apa-apa alias diam seribu bahasa ini jangan sampai dilakukan ya Ibu! Efeknya sangat buruk sekali untuk pasangan. Hindari mendiamkan pasangan untuk alasan apapun juga.

2. Mengungkit Kesalahan di Masa Lalu

Tidak ada yang mau masa lalunya diungkit-ungkit, maka jangan sampai ada kata-kata atau kalimat yang mengungkit kesalahan pasangan di masa lalu. 

3. Berteriak atau Membentak

Secara psikologis, berteriak atau membentak punya dampak merusak karena termasuk verbal abuse. Hindari berbicara dengan nada tinggi atau membentak ya. 

4. Stonewalling atau Mengakhiri Pembicaraan Secara Sepihak

Sedang berbicara atau berdebat tentang suatu hal, kemudian pasangan tiba-tiba ‘kabur’ begitu saja? Hal ini disebut juga stonewalling, dan termasuk salah satu kekerasan emosional yang sering kali terjadi dalam komunikasi dengan pasangan. Sebisa mungkin hindari untuk mengakhiri pembicaraan secara sepihak, 

5. Sarkasme

Tidak ada orang yang suka disindir. Kalimat sindiran bernada sarkasme seperti, “Wah, pagi sekali ya, jam 12 siang baru bangun,” adalah kalimat yang menyinggung dan akan sangat menyakitkan dalam komunikasi dengan pasangan. 

6. Menghina atau Merendahkan

Jangan pernah menghina atau merendahkan pasangan, baik secara implisit maupun eksplisit. Pasangan juga memiliki perasaan, dan hargailah keberadaan mereka dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai membuat pasangan terhina atau direndahkan, terlebih di depan orang lain. 

7. Berasumsi Tanpa Dasar

Dikutip dari Bustle, berasumsi tanpa alasan yang jelas bisa terlihat sebagai bentuk tuduhan dalam komunikasi dengan pasangan. Berasumsi bahwa pasangan selingkuh dan menuduhnya tiba-tiba tentu akan menimbulkan konflik berkepanjangan. Hindari berasumsi tanpa dasar yang jelas.

Kata-Kata yang Sebaiknya Disampaikan

Berikutnya, kita beranjak pada kata-kata yang sebaiknya sering disampaikan, seperti misalnya:

1. Sering-sering Mengapresiasi

Sifat dasar manusia itu senang dipuji dan diapresiasi. Tidak ada salahnya sering-sering memuji kelebihan atau mengapresiasi apa yang dilakukan oleh pasangan. Hal ini bisa membuat komunikasi dengan pasangan semakin mudah dan berjalan lancar. 

2. Ucapkan Terima Kasih

Ucapan-ucapan seperti, “Terima kasih ya sudah mau membuatkanku sarapan hari ini,” atau “Terima kasih ya sudah meluangkan waktu untuk berbicara denganku,” mungkin terkesan sepele, tapi bisa membuat pasangan merasa dihargai dan berbahagia untuk saling berkomunikasi. 

3. Menyampaikan Pujian dengan Tulus

Menyampaikan pujian dengan tulus terbukti bisa membuat hati pasangan senang dan memotivasinya dalam beraktivitas. Jangan lupa sampaikan pujian dengan tulus setiap harinya, misal pujilah ketika pasangan terlihat menawan dengan model rambutnya, atau pujilah hal-hal kecil yang dilakukan.

4. Memberikan Semangat

Komunikasi dengan pasangan juga membutuhkan asupan semangat. Ibu bisa sering-sering memberikan semangat kepada Ayah ya, dan memotivasinya untuk terus maju. Memberikan semangat tidak hanya dalam bentuk kata-kata, bisa juga dalam bentuk tindakan seperti memberi dukungan lewat sentuhan fisik, atau memberikan hadiah kecil sebagai bentuk penyemangat. 

5. Bercanda Untuk Mencairkan Suasana

Rahasia pernikahan bahagia salah satunya adalah dengan tertawa. Komunikasi dengan pasangan tidak melulu harus serius dan terlalu fokus, selingi dengan lelucon agar bisa tertawa bersama-sama. Tingkatkan selera humor dan cara bercanda yang sehat lewat tayangan komedi seperti standup comedy, maupun kalimat-kalimat lucu yang bisa mengundang gelak tawa pasangan.

6. Memberikan Waktu Me-Time

Terkadang, memberikan keleluasaan dan waktu bagi pasangan untuk me-time sangat penting. Kalau pasangan sedang mumet atau kelelahan, Ibu bisa mengatakan kepada Ayah untuk menghabiskan waktu melakukan hal-hal yang disukainya. 

7. Menawarkan Bantuan

Terakhir, jangan lupa menawarkan bantuan. Dalam berkomunikasi dengan pasangan, hal lain yang tidak boleh ditinggalkan adalah bersikap supportif dan ringan tangan, terutama ketika pasangan kita sedang membutuhkan bantuan. Cobalah untuk menawarkan bantuan sebelum diminta, dan rasakan manfaatnya dalam komunikasi dengan pasangan. 

Itulah kata-kata yang harus dihindari serta harus disampaikan dalam melakukan komunikasi dengan pasangan sehari-hari. Dalam berkomunikasi, yang terpenting adalah tetap menghormati serta menghargai lawan bicara meskipun kita tidak sependapat dengannya. Jadi, lain kali ada perdebatan, upayakan agar tidak meledak-ledak atau malah lari dari masalah ya. Semua pasti bisa diselesaikan jika kedua belah pihak mau menurunkan ego dan mendengakan satu sama lain. Selamat mencoba!

Penulis: Yusrina
Editor: Dwi Rati
h