Keluarga

5 Tips Mengatur ‘Me Time’ untuk Para Ibu

5 Tips Mengatur ‘Me Time’ untuk Para Ibu

Istilah ‘me time’ mungkin sudah tidak asing lagi di telinga para ibu Sesuai namanya, me time adalah sebutan ketika seseorang menghabiskan waktu sendiri untuk melakukan hal atau kegiatan yang ia sukai. Biasanya me time dilakukan orang yang suntuk atau bosan dengan rutinitas hariannya, dan membutuhkan waktu recharge diri sendiri dengan melakukan kegiatan lain yang berbeda. Meski namanya ‘me time’, tapi me time juga seringkali dinikmati bersama orang lain.

Selain pekerja kantoran yang sehari-hari berkutat dengan rutinitas yang sama, me time juga dibutuhkan mereka yang telah menjadi Ibu rumah tangga. Tidak ada yang bilang menjadi Ibu itu mudah. Ketika anak lahir ke dunia, Ibu harus menyerahkan seluruh waktunya untuk mengurus anak, 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu, tidak ada jatah cuti seperti yang diberikan sebuah perusahaan kepada para karyawannya. Inilah yang membuat me time sangat penting dilakukan para Ibu, supaya mereka memiliki kesempatan “bernapas” lebih lega tanpa dihujani teriakan anak yang terus memanggil Ibunya.

Meski begitu, tidak sedikit Ibu merasa bersalah jika harus meninggalkan anak bersama orang lain, di saat ia menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri. Ibu juga mungkin takut dicap egois, tidak bertanggung jawab, dan sederet label negatif lainnya. Ujung-ujungnya, keinginan untuk me time hanya jadi angan-angan belaka. Padahal me time termasuk normal dilakukan oleh siapa pun, tak terkecuali Ibu. Selain itu, me time juga punya segudang manfaat untuk Ibu yang sehari-hari disibukkan dengan urusan anak dan pekerjaan rumah.

Manfaat Me Time untuk Para Ibu

  • Me time dapat membuat Ibu lebih bahagia. Ibu yang bahagia akan mencetak anak yang bahagia juga

    Dalam kehidupan rumah tangga, Ibu seperti menjelma pusat kendali emosi keluarga. Saat Ibu sedang suntuk, marah, atau lelah, anak dan pasangan akan merasakan dampaknya. Suasana di rumah jadi serba tidak enak. Maka dari itu, Ibu perlu menjaga kesehatan fisik dan mentalnya supaya hubungan dengan anggota keluarga yang lain lebih harmonis.

    Ibu yang bahagia juga akan membentuk anak yang bahagia. Ini karena mood yang baik akan otomatis terbawa ke pola pengasuhan yang dilakukan Ibu. Sebaliknya, jika suasana hati Ibu buruk, Ibu tidak akan bisa maksimal mengurus anak. Me time sangat penting dilakukan Ibu. Jangan pernah merasa bersalah bila sesekali harus meninggalkan anak untuk menikmati waktu sendiri. Karena perasaan bersalah itu malah bisa jadi beban sehingga memengaruhi mood Ibu.

  • Me time dapat membantu meningkatkan sistem imun dan menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan

    Me time juga ternyata bisa berpengaruh pada sistem imun lho. Dr. Elizabeth Lombardo, seorang psikolog kondang, menuturkan bahwa ketika kita stres, tubuh cenderung lebih mudah sakit karena sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi dengan baik. Stres yang berkepanjangan juga akan memicu berbagai penyakit serius, salah satunya lambung. Me time dapat membantu mengurangi stres karena Ibu diberi waktu untuk rileks dan bersantai, mengerjakan hal apa pun yang ia sukai, di tengah rutinitas dan tanggung jawab mengurus anak dan rumah yang hampir tidak pernah berhenti.

  • Menjaga Ibu dari pikiran-pikiran negatif yang melelahkan

    Dr. Lombardo juga menyinggung hubungan antara stres dan kemampuan berpikir rasional. Tingkat stres yang tinggi akan memengaruhi kemampuan berpikir karena kita akan cenderung berpikir negatif. Ibu akan lebih sensitif dan mudah tersulut emosi ketika suasana hatinya sedang buruk. Misalnya saja, ketika anak melakukan kesalahan sepele seperti menarik baju yang sudah dilipat, Ibu bisa sangat marah. Terus menerus berpikir negatif juga akan membuat Ibu lebih cepat lelah.

  • Me time dapat membuat Ibu menjadi lebih produktif

    Seperti dikutip dari laman First Cry, Ibu yang meluangkan waktu untuk me time akan menjadi lebih produktif. Ini karena saat me time, Ibu tidak hanya sekadar bersantai tapi juga relaksasi sehingga pikiran jadi lebih segar kembali. Saat pikiran segar, mood akan membaik, Ibu pun bisa lebih berpikir jernih dan kembali ke rutinitas dengan bahagia.

  • Sebagai salah satu cara untuk mencintai diri sendiri, sehingga lebih terhindar dari depresi

    Untuk dapat mencintai orang lain, kita harus lebih dulu mencintai diri sendiri. Bagaimana mungkin kita dapat membagi cinta ke anggota keluarga, jika tangki cinta itu sendiri tidak terisi? Sama halnya ketika ingin membahagiakan orang lain, kita sendiri pun harus bahagia dulu. Salah satu bentuk self love yang bisa Ibu lakukan adalah dengan meluangkan waktu ‘me time’. Jika Ibu bahagia, suami dan anak pun juga akan bahagia, rumah tangga jadi harmonis. Self love juga dapat membuat Ibu terhindar dari depresi.

Tips Mengatur Waktu untuk Me Time

Selain perasaan bersalah dan takut dicap negatif, hal lain yang kerap membuat Ibu jadi mengurungkan niat untuk me time adalah sulitnya mencari waktu yang tepat untuk menyendiri. Apalagi jika tidak ada keluarga atau orang lain yang bisa dititipkan anak. Sebenarnya, Ibu tidak selalu harus pergi keluar berjam-jam dan meninggalkan anak dengan orang lain kok. Beberapa tips ini mungkin bisa membantu Ibu mengatur waktu me time.

  1. Gunakan waktu tidur anak dengan maksimal

    Saat anak tidur, banyak Ibu yang memanfaatkannya untuk melanjutkan pekerjaan rumah yang sempat terbengkalai. Jika Ibu menunggu pekerjaan rumah beres seluruhnya, Ibu mungkin tidak akan pernah punya waktu untuk bersantai. Percayalah, pekerjaan rumah itu tidak ada ujungnya, Bu. Sesekali Ibu boleh mengabaikannya sebentar dan memilih melakukan sesuatu yang Ibu sukai ketika anak sedang tidur, misalnya menonton film, membaca buku, olahraga, atau merawat diri.

  2. Sesuaikan jadwal tidur Ibu dengan anak

    Apabila anak Ibu sudah memiliki jadwal tidur teratur, atur jadwal tidur Ibu sedikit berbeda. Misalnya, setiap hari anak bangun pukul 7 pagi. Ibu bisa bangun lebih awal misalnya jam 4 atau 5 pagi supaya ada waktu sebentar untuk me time, entah mandi air panas lebih lama, berjalan-jalan pagi, workout, atau mendengarkan musik sambil membaca buku. Lalu misal anak tidur malam jam 8, Ibu bisa menyempatkan diri menonton film bersama pasangan, atau menulis blog.

  3. Serahkan urusan anak kepada pasangan

    Banyak Ibu tidak tega ketika harus meninggalkan bayi bersama orang lain, termasuk pasangannya sendiri. Agar tetap ‘waras’, Ibu perlu lo sesekali mempercayakan urusan anak kepada suami (atau orang lain yang dipercaya). Sesuaikan jadwal dengan suami, misalnya ketika weekend, Ibu bisa meminta waktu 1-2 jam untuk ke salon dan menyerahkan anak ke suami. Bisa juga pergi sebentar, sekadar untuk ngopi di kafe dekat rumah.

  4. Melatih anak beraktivitas sesuai jadwal

    Supaya memiliki waktu me time, Ibu juga bisa membiasakan anak dengan sebuah rutinitas. Dengan jadwal yang sama, Ibu jadi bisa memperkirakan kapan waktu yang tepat untuk me time. Misalnya, saat anak tidur siang, Ibu bisa merencanakan membuat teh sambil belanja online, atau membuat desain dan mengedit foto untuk diunggah di media sosial.

  5. Libatkan anak dalam aktivitas sehari-hari

    Beberapa anak memiliki kesulitan untuk beraktivitas sendiri alias harus menempel terus ke Ibunya. Jika anak Ibu termasuk tipe ini, libatkan ia dalam aktivitas sehari-hari. Terkadang, anak hanya butuh disibukkan oleh sesuatu agar bisa “lepas” sebentar dari orangtuanya. Bila Ibu butuh waktu untuk menulis sesuatu, ajak anak melakukan kegiatan tersebut bersama. Beri ia buku dan alat tulis yang sama seperti Ibu. Meski anak masih ada di sebelah Ibu, tapi dengan menyibukkan anak dengan aktivitas tersebut, Ibu jadi bisa sedikit bernafas lebih lega.

Meluangkan waktu untuk me time memang seringkali tidak semudah pengucapannya, apalagi ketika Ibu masih memiliki newbornNamun, jika Ibu berhasil menemukan sedikit waktu me time di tengah hiruk pikuk mengurus anak, Ibu akan merasa seperti menghirup udara segar. Meluangkan waktu untuk diri sendiri sama sekali bukan bentuk keegoisan. Justru hal itu menjadi bukti bahwa Ibu mencintai diri sendiri. Ibu yang bahagia, akan mencetak anak yang bahagia juga.

Penulis: Darin Rania
 Editor: Dwi Ratih