Kelahiran

8 Kondisi Ibu Setelah Melahirkan Secara Fisik dan Mental

8 Kondisi Ibu Setelah Melahirkan Secara Fisik dan Mental

Selain bahagia, apa, sih, yang dirasakan oleh ibu setelah melahirkan nanti? Yuk, simak ulasan tentang beberapa kondisi ibu setelah melahirkan secara fisik dan mental.

  1. Nyeri Akibat Melahirkan

    Merasa nyeri menjadi kondisi ibu setelah melahirkan yang paling pasti. Entah itu akibatrobekan spontan (bagi yang melahirkan secara normal), mengalami episiotomi, atau luka karena operasi caesar. Robekan spontan atau episiotomi menimbulkan nyeri hebat di sekitar perineum (mulai dari bukaan vagina hingga mendekati anus). Hal ini juga bikin Ibu merasa nggak nyaman ketika harus berjalan, duduk, buang air kecil dan besar.

    Tips mengatasi nyeri setelah melahirkan:

    Selama dalam pemulihan akibat prosedur operasi caesar, tidak nyaman, nyeri, dan merasa lelah adalah hal umum. Maka, Ibu disarankan untuk beristirahat, hindari berjongkok, dan jangan mengangkat apa pun yang beratnya melebihi bayi. Bila Ibu memerlukan obat penahan rasa sakit, maka Ibu wajib berkonsultasi lebih dulu dengan dokter.

    Proses penyembuhan dari luka robek (apalagi jika melalui episiotomi), sudah pasti bikin Ibu merasa nggak nyaman. Biasanya, luka baru kering sekitar sepuluh hari. Bahkan, nggak jarang pemulihan episiotomi malah berlangsung lebih lambat dibandingkan dengan luka robek alami. Untuk meredakan rasa nyeri, Ibu akan diberi obat untuk mengurangi rasa sakit, dan mungkin obat untuk membantu Ibu buang air besar. Untuk membantu mengatasi nyeri, Ibu bisa menggunakan kompres dingin di area luka, menyiramkan air hangat ke area luka selagi buang air kecil, tidur menyamping dan memperbanyak konsumsi makakanan berserat dan makanan untuk Ibu melahirkan lainnya supaya terhindar dari sembelit.

  2. Mengalami Tahapan Nifas

    Atau yang disebut juga dengan postpartum bleeding atau lochia. Nifas adalah mekanisme alami tubuh guna membersihkan rahim dari darah dan jaringan yang terbentuk semasa kehamilan, untuk membantu pertumbuhan janin. Lokia terdiri dari sisa lapisan rahim, sel lemak janin hingga kotoran janin. Darah akan keluar dengan banyak pada beberapa hari pertama setelah Ibu melahirkan, kemudian berangsur berkurang dan selesai (umumnya) hingga empat hingga enam bulan.

    Nifas atau lokia ini terdiri dari empat tahap. 

    • Lokia kubra: Sebagian besarnya ialah berisi darah, sehingga secara fisik terlihat seperti Ibu sedang mengalami menstruasi hebat. Biasanya terjadi di tiga hari pertama setelah melahirkan.

    • Lokia sanguinolenta: Bagian nifas ini biasanya terjadi salami satu minggu. Nifas terdiri dari gabungan lendir dan darah yang warnanya lebih pudar.

    • Lokia serosa: Pada tahap ini, cairan akan berwarna kecokelatan.

    • Lokia alba: tahap terakhir dari masa nifas, di mana cairan berwarna bening.

    Dalam masa nifas ini, Ibu disarankan untuk rutin buang air kecil, walaupun sedang nggak ada rasa ingin buang air, dikarenakan saluran kemih Ibu tidak lagi ‘peka’ seperti sebelum melahirkan. Ibu juga perlu waspada akan gejala perdarahan setelah melahirkan atau postpartum hemorrhage, dengan gejala keluarnya darah beku, perdarahan yang nggak melambat, pusing, pandangan kabur dan tubuh terasa lemah.

  3. Payudara Bengkak

    Pada sekitar satu minggu pertama setelah melahirkan, mungkin payudara Ibu akan membengkak. Ibu menyusui atau pun tidak, umumnya ASI akan keluar, menyebabkan payudara menjadi ‘penuh’ dan membengkak. Hal ini disebut postpartum breast engorgement. 

    Pembengkakkan payudara ini bakal segera hilang dalam hitungan hari jika Ibu menyusui. Ada pun tips untuk membantu meredakan nyeri payudara bengkak, misalnya dengan mengompres payudara dengan handuk hangat sebelum menyusui dan lanjutkan kompres air dingin setelah selesai menyusui. Tips lainnya, menggunakan cooling-bra, menggunakan kompres dari kol yang didinginkan (caranya, buat lubang untuk bagian puting Ibu), serta rutin menyusui.

  4. Sulit Menahan Buang Air Kecil

    Setelah hamil dan melahirkan, otot-otot yang mengontrol vagina, bisa mengalami perubahan. Selain itu, otot-otot ini mengelilingi serta menopang vagina dan kandung kemih. Otot-otot ini bisa mengalami perubahan akibat dari kehamilan dan mungkin cedera saat Ibu melahirkan. Sebagai akibatnya, kondisi ibu setelah melahirkan umumnya susah menahan keluarnya air kecil. Bahkan nggak jarang bikin Ibu mengompol ketika bersin atau melakukan olahraga.

  5. Postpartum Euphoria 

    Mungkin istilah ini belum akrab di telinga Ibu. Ya, singkat kata, postpartum euphoria bermakna kegembiraan yang dirasakan ibu setelah melahirkan. Siapa, sih, yang nggak merasa bahagia setelah akhirnya memiliki anak? Apalagi jika sudah menunggu beberapa waktu. Selain itu, selama kehamilan, pastinya Ibu menyimpan kekhawatiran, entah itu tentang kehamilan itu sendiri maupun mengenai kesehatan bayi. Nah, setelah ia lahir dan melihatnya sehat, pasti kekhawatiran itu segera hilang dan berganti dengan kebahagiaan. Pada masa-masa ini, semua hal mengenai bayi, bahkan hal kecil seperti melihatnya tidur, menangis atau tersenyum, bisa membuat Ibu merasa berbunga-bunga.

  6. Wajarkah Postpartum Anxiety?

    Postpartum anxiety atau kecemasan setelah melahirkan cukup banyak dialami oleh ibu baru melahirkan, dan hal ini berbeda dengan postpartum depression. Menurut laman parents.compostpartum anxiety adalah ketakutan irasional atau rasa khawatir berlebihan. Tanda-tandanya nggak jauh berbeda dengan anxiety (kecemasan) pada umumnya, namun hal ini lebih kepada setelah Ibu menjadi orangtua dan baru memiliki bayi. Kondisi ini bisa menyebabkan Anda merasa ada yang salah atau melakukan seuatu kesalahan. Kondisi ini bisa berlangsung sepanjang hari dan merujuk kepada hal yang berbeda.

    Beberapa contoh dari postpartum anxiety, misalnya:

    • Khawatir ketika bayi menangis terus

      Menangis adalah hal yang umum bagi bayi. Bayi akan semakin sering menangis setelah usianya sekitar dua minggu dan mencapai puncaknya di usianya sekitar dua bulan. Meski Ibu nggak perlu khawatir berlebih, namun Ibu juga perlu memahami arti-arti dari tangisan bayi, dan ketika menyadari bahwa ada yang tidak biasa, maka segera bawa anak ke dokter.

    • Khawatir Ibu menjatuhkan bayi

      Mungkin, ini karena Ibu belum merasa ‘terlatih’ dalam merawat bayi, maka seringkali muncul rasa takut menjatuhkannya ketika menggendong bayi. Selain lebih berhati-hati, untuk mengatasi hal ini, Ibu perlu menyingkirkan benda-benda yang memicu rasa khawatir. Misalnya, meletakkan barang-barang di pinggir, menggunakan sandal yang nyaman dan mengganti keset kaki anti licin.

    • Khawatir tidak bisa memenuhi kebutuhan bayi. 

      Dalam hal ini, biasanya berkaitan dengan keuangan keluarga. Betul banget, bahwa memiliki anak bukanlah hal yang mudah dan murah. Maka dari itu, ketika Ibu merencanakan kehamilan, maka Ibu juga mesti membuat perhitungan keuangan dengan matang.

  7. Anda Mengalami Baby Blues Syndrome?

    Baby blues syndrome ini juga nggak sama, ya, dengan postpartum depression dan dialami oleh sebagian besar ibu setelah melahirkan. Beberapa gejala jika Ibu mengalami sindrom baby blues ini misalnya mengalami perubahan suasana hati dengan cepat (moody), merasa kelelahan karena merawat bayi (misalnya ibu jadi malas makan), dan sering menangis tanpa alasan, sulit tidur, nggak bisa berkonsentrasi hingga mudah marah. Baby blues syndrome diduga disebabkan oleh perubahan hormon dan proses adaptasi sejak kelahiran bayi.

  8. Posesif dan Over Protective Terhadap Anak

    Adalah dua contoh umum bagi kondisi ibu setelah melahirkan. Ada banyak bentuk dari menjadi posesif dan rasa ingin menjaga anak. Misalnya, Ibu akan cemas jika ada orang lain yang merawat bayi Ibu, dan merasa orang tersebut tidak akan merawat bayi sebaik Ibu. Contoh lainnya adalah soal kebersihan, Ibu akan khawatir jika ada orang lain yang menyentuh anak Ibu tanpa mencuci tangan lebih dulu.

Itulah beberapa kondisi yang mungkin Ibu alami setelah melahirkan nanti. Ada baiknya, agar orang terdekat Ibu mengetahui dan ikut memahami hal ini, sehingga Ibu bisa mendapatkan bantuan dalam merawat diri Ibu dan si Kecil.

Penulis: Stephanie
 Editor: Dwi Ratih