Keluarga

8 Tips Atasi Situasi Bertengkar di Depan Anak

8 Tips Atasi Situasi Bertengkar di Depan Anak

Konflik bukanlah hal yang bisa dihndari begitu saja oleh orang tua hingga tanpa sengaja harus bertengkar di depan anak. Saat orang tua dan anak ada di rumah, semua hal dirasakan bersama. Baik hal-hal menyenangkan, menyedihkan, bahkan menakutkan, bisa ikut dirasakan siapapun di dalam rumah. Berbeda pendapat dengan pasangan adalah hal yang wajar dan lazim terjadi pada pernikahan manapun. 

Tetapi, seiring berjalannya waktu Ayah dan Ibu adalah orang tua dari anak-anak yang akan memperhatikan dan meniru perilaku orang tuanya. Cara tepat dalam menangani konflik bersama pasangan perlu dilakukan agar bertengkar di depan anak bisa jadi cara mendidik anak lebih bijak. Apakah bisa?

Bahaya Bertengkar di Depan Anak


Dilansir dari Aha! Parenting, sebuah penelitian neurologikal terbaru menemukan bahwa anak yang mendengar orang tuanya bertengkar dengan saling meneriaki dan mencaci maki akan mengalami peningkatan hormon stress. Hal ini didasari oleh keyakinan anak bahwa orang tua adalah dunianya. Orang tua adalah sumber rasa amannya. Jika anak melihat orang tuanya ‘meledak’ dengan cara yang tidak tepat, anak akan berpikir bahwa dunianya sudah tidak aman. Selanjutnya, mereka akan cenderung memendam rasa takut dan ini akan membawa pengaruh buruk bagi fisik dan mentalnya hingga dewasa.

Dalam laman Developmental Science, disebutkan sebuah penelitian di tahun 2002 oleh Rena Repetti, dkk, bahwa mayoritas anak yang tumbuh di keluarga sering berkonflik, memiliki masalah kesehatan fisik, mental dan sosial yang buruk. Saat dewasa mereka juga memiliki masalah pada imunitas, merasa deperesi, tidak bisa mandiri, merasa kesepian dan bermasalah dalam hubungannya dengan pasangannya kelak.

Secara umum, anak akan mengalami cemas berlebihan, kesulitan tidur, perilaku yang buruk, memendam ketakutan, pengekspresian emosi yang salah, sakit kepala, sakit perut, dan memengaruhi masa remaja hingga dewasanya.

Masalah Penyebab Orang Tua Bertengkar di Depan Anak


Rumah tangga akan memiliki beragam masalah. Nggak bisa dipungkiri, kalau menyatukan dua orang dengan latar belakang kehidupan berbeda, pendidikan berbeda, pola asuh orang tua berbeda, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ayah mungkin punya pemikiran berbeda dengan Ibu. Hal ini wajar, kok. Yang membedakan pasangan satu dengan pasangan lainnya ada pada cara mereka menangani masalah tersebut.

Masalah yang diperdebatkan orang tua bisa beragam topiknya. Tetapi mayoritas adalah tentang parenting. Ayah dan Ibu diasuh dengan cara yang berbeda, bukan? Inilah mengapa Ayah dan Ibu juga punya konsep yang berbeda dalam mengasuh anak-anak. Sehingga terjadi perdebatan hingga tidak sadar bertengkar di depan anak. Tidak hanya itu, bila salah satu merasa terlalu lelah mengerjakan semua hal, ini akan memicu pertengkaran. Salah satu akan menyalahkan yang lain karena tidak membantu atau tidak ambil bagian dalam pengasuhan anak.

Cara Sehat Bertengkar di Depan Anak


Kelepasan bertengkar di depan anak masih bisa diatasi, kok. Coba cara-cara di bawah ini, ya.

1. Tahan Emosi

Saat kelepasan bertengkar di depan anak, sebisa mungkin tahan emosi dan hitung 1-10 sambil menghela napas. Ini akan membantu kamu mengirim afirmasi positif untuk dirimu sendiri.

2. Jangan Tinggalkan Ruangan Tempat Bertengkar Begitu Saja

Karena sedang bertengkar di depan anak dan anak sudah melihat orang tuanya sama-sama marah, maka selesaikanlah dengan baik di depan anak juga. Jangan tinggalkan pasangan dan anak dalam keadaan marah dan bingung. Anak masih menunggu dengan ketakutan apa yang akan dilakukan orang tuanya selanjutnya.

3. Hindari Bertengkar di depan Anak dengan Membahas Tentang Anak

Cari cara agar bisa sepakat dengan pasangan untuk mendiskusikan ini   di tempat berbeda ketika tidak di depan anak-anak. Anak akan merasa semakin menyalahkan dirinya jika ia melihat orang tuanya bertengkar karena dirinya.

4. Gunakan kalimat yang berempati saat berbicara dengan pasangan

Kalimat empati bisa diawali dengan kalimat seperti, “aku bisa ngerti kita beda pendapat soal ini, sayang. Tapi kita bahas ini nanti ya, tidak di depan anak-anak.”

5. Orang Tua harus tetap kompak

Nggak cuma berteriak dengan pasangan, saling diam, saling sindir atau saling menghindar juga termasuk dari bagian bertengkar di depan anak. Anak akan merasakannya. Atmosfer rumahnya berbeda. Orang tuanya betingkah berbeda. Maka, bersikaplah seperti biasa di depan anak. lakukan kegiatan dengan anak sepeti biasa dan jangan biarkan mereka merasa terluka.

6. Jelaskan dan Peluk Anak

Karena anak sudah menyaksikan orang tuanya bertengkar, maka orang tuanya perlu menjelaskan situasi sebenarnya pada anak. Gunakan kalimat seperti, “Ayah dan Ibu sedang berbeda pendapat. Semua orang bisa berbeda pendapat. Kamu tidak perlu takut. Ayah dan Ibu akan berdiskusi untuk menyelesaikan masalah dan kami tetap mencintaimu.”

7. Jangan Ungkit Kesalahan Pasangan Saat Bertengkar di Depan Anak

Bicaralah dengan mengontrol emosi dan gunakan akal sehat. Coba pejamkan mata dan ingat kembali bagaimana cara pasangan dibesarkan, pilihan yang pasangan utamakan, untuk membuat kamu lebih memahami posisinya. Dengan cara ini, kamu akan memahami pendapat atau hal yang menurutmu salah.

8. Hindari Menggunakan Kata “Kamu”

I message, atau penggunaan kalimat dengan kata “aku” lebih bisa memengaruhi pasangan kita. Ini juga tepat digunakan saat bertengkar di depan anak. Agar anak tahu bahwa Ayah Ibunya sedang berdamai dengan perselisihan ini dan sedang mencari jalan keluar untuk menyamankan semua pihak. Contohnya, “Aku bisa paham kamu capek karena pekerjaanmu, tapi aku juga pengen dibantu urus anak-anak atau sekedar nyapu rumah sebentar.” Lebih enak didengar daripada, “kamu tu alesan capek aja pulang kerja, tapi kamu nggak mau bantu aku urusin anak-anak atau sekedar nyapu rumah.”

Anak tidak mengerti apa topik yang sedang diperdebatkan orang tuanya. Tapi anak melihat bagaimana orang tuanya saling berhadapan dengan perbedaan pendapat, dan melihat bagaimana cara keduanya menyelesaikan ini. Dari cara tersebut, anak akan mengambil kesimpulan “ohh..begini cara orang dewasa menyelesaikan masalahnya.”

Editor: Dwi Ratih