Keluarga

Bangun Positive Vibes Dengan Terapkan Aturan Di Rumah

Bangun Positive Vibes Dengan Terapkan Aturan Di Rumah

Untuk menghindari Ibu yang sering naik darah, karena anak-anak yang nggak beresin mainannya atau Ayah yang lupa beresin piring setelah makan, nggak ada salahnya untuk bikin aturan di rumah, lho! Aturan di rumah, dibuat oleh orang tua dan didiskusikan bersama anak-anak. 

Aturan di rumah juga harus ditaati oleh semua anggota keluarga, tak terkecuali orang tua. Sebenarnya tujuan utamanya bukan hanya untuk kestabilan emosi Ibu, kok. Tapi juga keteraturan rumah, kebiasaan sehari-hari dan kedisplinan anak.

Apa aja sih aturan di rumah yang bisa kita buat untuk keluarga, dan sebesar apa pengaruhnya untuk anak-anak?

Pentingnya aturan di rumah


Aturan di rumah adalah ketentuan yang disepakati seluruh anggota keluarga, dan digunakan untuk menjaga moral-etika di rumah. Menariknya, aturan di rumah adalah dasar di mana kelak anggota keluarga akan bersikap sama ketika berada di luar rumah.

Ibu pernah mendengar kalau keluarga adalah rumah pertama yang membentuk pribadi seseorang, bukan? Melansir dari Queensland Government tentang pendidikan anak usia dini, keluarga adalah guru pertama bagi anak.

Interaksi, pengalaman dan aturan dari keluarga akan membentuk anak dan pola pikirnya tentang dunia luar. Inilah mengapa, aturan di rumah dalam keluarga melatih anak bersikap dan berperilaku hingga mereka dewasa nanti.

Aturan di rumah dan anak-anak


Aturan di rumah tidak bisa hanya dibuat atau dipatahkan begitu saja. Diperlukan adanya konsistensi dalam mengikuti aturan, serta bagaimana konsekuensi diterapkan ketika aturan dilanggar.

Centers for Disease Controls and Prevention (CDC) menyebutkan dalam penerapan aturan di rumah, anak-anak bisa lupa atau sengaja mengetes kesabaran orang tuanya. Tapi jelas  bahwa anak akan lebih banyak lupanya.

Bukan karena mereka sengaja, tapi karena memang kapasitas mengingat anak akan aturan di rumah kecil. Nggak masalah kalau anak-anak melanggar, Ibu atau Ayah bisa mengingatkannya kembali.

Tapi, yang jelas, stick to the rules dan konsisten adalah kunci. Terapkan konsekuensi yang disepakati bersama, agar anak belajar bahwa aturan di rumah dibuat untuk dipatuhi, bukan untuk dilanggar. 

Aturan di rumah juga harus konsisten dilakukan meski di luar rumah. Misalnya seperti aturan berapa lama screen time akan sama, jumlahnya entah itu di rumah atau di rumah kakek-nenek saat liburan. 

Seluruh keluarga, termasuk kakek-nenek atau paman-bibi juga perlu mematuhi aturan untuk anak-anak. Sehingga, anak tidak kebingungan mengapa aturan bisa berubah-ubah bila berada di tempat yang berbeda juga.

Apa manfaat mematuhi aturan di rumah?


  • Anak-anak lebih disiplin
  • Anak terbiasa mengenal jadwal hariannya
  • Anak bersikap sopan
  • Anak mengenal batasan dan konsekuensi. Konsekuensi pun mereka jalani sebagai bentuk tanggung jawab, bukan karena takut.
  • Orang tua lebih terkontrol, baik secara emosional maupun secara aktivitas
  • Orang tua memiliki jadwal teratur
  • Minim stres
  • Menurut Parenting for Brain, dengan aturan di rumah keluarga lebih harmonis dan cenderung berperilaku positif.

Langkah membuat aturan di rumah

1. Identifikasi aturan di rumah apa saja yang perlu diterapkan


Aturan yang melibatkan anak-anak sebaiknya diseleksi dan pilih 2-3 aturan yang paling mudah diingat anak. Anak sering lupa, bukan disengaja, tapi memang sedikit lebih mudah diingat.

Ibu bisa menyeleksi aturan-aturan yang bisa digunakan secara umum. Misalnya, tunggu giliran. Aturan ini bisa untuk semua hal dan bisa juga diterapkan saat di luar rumah, lho!

  • Tunggu giliran ambil makanan
  • Tunggu giliran bermainan
  • Tunggu giliran bicara.

2. Jelaskan tentang aturan tersebut


Perlu banget nih, dijelaskan? Iya Bu. Karena anak-anak memiliki pola pikir sederhana. Jadi aturan di rumah yang akan disepakati bersama tersebut, sebaiknya tetap dijelaskan ke anak, kapan kegunaannya, apa konsekuensinya, dan di mana saja aturan ini bisa diterapkan.

3. Ikuti aturan dengan adil


Orang tua juga perlu ikut aturan di rumah. Melanggar pun ada konsekuensinya. Sehingga ini akan adil untuk anak dan orang tua.

Misalnya jika anak punya aturan tidur jam 9 malam, maka orang tua juga harus tidur di jam tersebut. Kalau orang tua berencana memiliki ativitas lain lebih dari jam tersebut, peraturan ini bisa diubah menjadi gosok gigi, buang air kecil dan baca buku sebelum tidur. 

Jadi jam berapa pun kegiatan ini sudah dilakukan oleh anak, maka tandanya anak harus segera pergi tidur.

4. Buat konsekuensi yang adil


Konsekuensi bukan berupa hukuman atau tindak kekerasan, ya Bu. Misalnya jika anak melanggar batas waktu screentime di hari Minggu saat berkunjung ke rumah kakek nenek, maka jatah screentime di hari Senin, Selasa, dan Rabu dipangkas.

Contoh aturan di rumah yang bisa orang tua terapkan

  • Minta izin kalau ingin ambil makanan atau barang orang lain
  • Makan bersama di meja makan
  • Meski ada masalah, tidak boleh mendiamkan satu sama lain
  • Jam 21.00 malam wajib berkabar saat belum pulang
  • Ada waktu beribadah/berdoa bersama
  • Tidak menyakiti orang lain, diri sendiri, atau merusakkan barang (pukul, tending, banting, dll)
  • Ketuk pintu sebelum masuk kamar
  • Tidak pakai gadget saat makan
  • Ucapkan tolong, maaf, dan terima kasih
  • Tunggu giliran
  • Sikat gigi dan buang air kecil sebelum tidur.

Kalau aturan di rumah Ibu apa lagi, nih? Adakah aturan di rumah yang tidak tertulis tapi terbiasa dilakukan tertib oleh semua anggota keluarga?

Editor: Aprilia