Keluarga

Manfaat Menjadi Orang Tua Jujur Dan Cara Melakukannya!

Manfaat Menjadi Orang Tua Jujur Dan Cara Melakukannya!

Menjadi orang tua jujur, dalam mengasuh anak kerap kali menjadi sebuah dilema. Apakah kejujuran ini akan berdampak baik bagi anak? Atau justru sebaliknya, akan ada dampak lain yang ditimbulkan saat orang tua jujur.

Faktanya, anak-anak ternyata lebih membutuhkan orang tua jujur, daripada orang tua yang serba sempurna. Kejujuran pada pengasuhan anak-anak kerap diabaikan, karena beberapa orang berpikir anak masih kecil dan belum mengetahui apa pun. 

Tapi justru pemikiran ini akan semakin merugikan pola pengasuhan Ayah atau Ibu di rumah nantinya. Dalam artikel ini akan dibahas mengapa orang tua jujur itu penting dalam pengasuhan anak. Serta tak ketinggalan bagaimana cara terbaik mengajarkan kepada si kecil supaya ia paham dan tidak merasa tersakiti.

Mengapa orang tua jujur itu penting bagi anak?


Melansir dari laman Mirror, seorang Ayah tunggal bernama Luke Meier dalam sebuah ulasan yang membahas tentang “What are the most psychologically damaging things a parent can say to their child?” menyebutkan bahwa, sebenarnya hal yang paling merusak secara psikis saat Ayah atau Ibu berbohong. Apalagi jika kebohongan ini, suatu saat nanti akan mereka ketahui kebenarannya sendiri.

Sementara itu, melansir dari laman Childhood Preparedness, sebuah kepercayaan sangat penting dalam hubungan apa pun, terutama hubungan dengan anak. Saat Ayah atau Ibu berbohong pada anak, maka kredibilitas orang tua sebagai sosok yang dipercaya otomatis akan menurun.

Selain itu, saat orang tua jujur secara konsisten akan membuat anak tidak memiliki alasan untuk meragukan apa yang orang tua katakan. Kejujuran orang tua juga akan memberikan rasa aman bagi anak-anak dalam kondisi apapun.

Berbagai contoh perilaku orang tua jujur dalam keseharian


Orang tua jujur pada anak bisa dilakukan sejak kecil, dan dimulai dengan kegiatan sehari-hari. Berikut ini beberapa contoh perilaku orang tua jujur yang bisa ditiru dalam pengasuhan anak:

1. Jujur bila sedang lelah mengasuh si kecil

Ibu merasa sangat lelah mengasuh si kecil yang tak henti-hentinya ingin bermain di luar. Lalu Ibu berbohong, dengan mengatakan kalau main terus di luar nanti diculik orang asing yang lewat.

Faktanya, ini akan menimbulkan efek lain pada psikis anak, mereka jadi takut terhadap orang asing siapa pun yang datang ke rumah. Bahkan yang lebih buruk lagi, anak-anak tak lagi mau main ke luar rumah. Padahal main ke luar rumah akan membantu sistem motorik dan sensoriknya berkembang lebih baik.

Alih-alih berbohong, Ibu bisa mengatakan, “Kak, main di dalam dulu yuk. Kita sudah satu jam nih main di luar, kepala Ibu pusing. Ibu minta maaf ya, gimana kalau kita istirahat dulu?”

Orang tua jujur seperti ini justru akan menumbuhkan rasa empati dan simpati pada anak sejak dini. Selain itu, Ibu bisa mengisi kembali tangki cintanya saat sudah berada di dalam rumah dengan kegiatan lainnya.

2. Jujur kalau tidak semua pertanyaan bisa dijawab


Anak-anak berkembang dengan berbagai macam imajinasinya, sehingga menimbulkan banyak pertanyaan-pertanyaan super yang mungkin saja susah untuk dijawab. Saat ini terjadi, nggak ada salahnya bagi orang tua jujur, karena tidak bisa menjawabnya.

Tidak masalah bila Ibu atau Ayah tidak dapat menjawabnya secara langsung. Tapi, Ibu tetap bisa memenuhi rasa penasaran anak dengan cara mencari tahu jawabannya bersama-sama.

3. Jujur dalam memberikan pendapat

Misalnya, suatu ketika si kecil meminta kita untuk memilihkan warna sepatu yang harus ia pakai. Saat ia bertanya, Ibu bisa langsung memberinya jawaban lugas dan tegas seperti,“Warna hitam bagus kak, cocok sama baju yang kakak pilih.”

Jawaban tegas tersebut dapat melatih si kecil juga dalam pengambilan keputusan di kemudian hari.

4. Jujur tentang suatu peristiwa


Orang tua jujur ini tak hanya tentang pengasuhan anak saja ya, Bu. Namun ada beberapa hal-hal yang dirasa sedikit sulit untuk dikatakan pada anak, misalnya seperti perceraian, kematian, atau apa pun yang memiliki dampak menyakitkan hati anak. Namun, melansir dari laman Psych Central, para ahli setuju bila kejujuran umumnya adalah hal yang terbaik bagi anak-anak.

Misalnya, diketahui ternyata Ayah atau Ibu sudah tidak bersama lagi dan si kecil tiba-tiba menanyakan salah satu sosok tersebut. Ayah atau Ibu bisa menjawabnya dengan jujur seperti, “Ayah sudah tidak tinggal bersama Ibu dan kakak lagi di sini. Tapi Ibu pastikan cinta dan kasih sayang Ayah tetap sama selamanya. Nanti akhir pekan Kakak boleh pergi sama Ayah ya.”

Dalam menyampaikan kejujuran yang cukup rumit, sebaiknya mempertimbangkan usia dan tingkat kepekaan anak. Karena setiap anak punya respon tersendiri dalam menanggapi apa yang dikatakan kepadanya. Jika perlu pendampingan profesional, Ibu bisa membawa si kecil untuk berkonsultasi pada psikolog.

5. Jujur soal keuangan keluarga


Orang tua jujur juga bisa mencakup masalah keuangan yang sedang dihadapi sebuah keluarga. Misalnya, sedari kecil anak terbiasa hidup serba berkecukupan, suatu hari setelah pandemi melanda, ternyata keuangan keluarga tidak baik-baik saja dan membuatnya harus hidup prihatin terlebih dahulu.

Alih-alih berbohong tidak punya waktu liburan lagi, Ibu bisa menjadi orang tua jujur dengan mengatakan, “Ayah dan Ibu sedang kembali berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup, jadi kita hidup sederhana dulu saat ini. Mudah-mudahan ada rezeki lagi nanti untuk liburan kakak ya.”

Memberikan pengertian sembari meminta maaf pada anak, tentang situasi yang membuatnya tidak nyaman adalah contoh perilaku orang tua jujur yang sebaiknya terus dipupuk. Ini bukan soal mengecewakan anak, namun membuatnya agar lebih paham terhadap situasi yang ada saat ini.

Nah, kalau Parents sudahkah menjadi orang tua jujur buat si kecil?

Editor: Aprilia