Keluarga

Isu Resesi Seks Di Jepang, Berpotensi Timbulkan Penurunan Populasi!

Isu Resesi Seks Di Jepang, Berpotensi Timbulkan Penurunan Populasi!

Memiliki anak, merupakan sebuah anugerah bagi tiap pasangan. Setelah menikah, banyak pasangan yang rela melakukan berbagai cara demi bisa segera hamil dan memiliki anak.

Kondisi inilah yang biasa terjadi di Indonesia, tapi tidak dengan negara-negara sahabat layaknya China, Korea Selatan dan Jepang, yang kini berada dalam kondisi resesi seks. Yup! Resesi seksi seks, memang jadi momok yang menakutkan di ketiga negara ini.

Akibat resesi seks, ketiga negara ini terancam mengalami krisis penurunan populasi. Nggak heran, para pemerintahnya rela melakukan berbagai cara untuk mengatasi hal tersebut.

Lalu, apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan resesi seks? Yuk, kita bahas bersama dalam ulasan berikut ini.

Apa itu resesi seks?


Dikutip dari CNBC Indonesia resesi seks adalah sebuah kondisi yang mengacu pada turunnya mood pasangan melakukan hubungan seksual, menikah dan punya anak. Akibatnya, resesi seks ini bisa memiliki dampak yang cukup buruk.

Terutama dalam hal penurunan populasi suatu negara. Hal ini berkaitan dengan kondisi rendahnya angka perkawinan, dan ketidakmauan seseorang untuk lebih aktif berhubungan seks setelah menikah, serta memiliki keturunan.

Di Jepang sendiri, resesi seks sudah sampai menyebabkan suatu sekolah tutup dan berkurangnya pasien dokter anak dan dokter kandungan. Bahkan kabarnya, pemerintah di Jepang juga akan berencana menutup sebuah sekolah, akibat tiap tahun murid yang daftar makin berkurang.

Alasan negara-negara tersebut alami resesi seks


Pemerintah di Negeri Sakura, Jepang sendiri saat ini masih terus berusaha untuk menarik minat para muda-mudinya agar tetap tertarik dengan seks. Sayangnya, hal ini masih belum bisa membuahkan hasil yang signifikan.

Jika dikutip dari Eightify kira-kira berikut adalah beberapa alasan mengapa Jepang mengalami resesi seks, yang dicurigai oleh pemerintahnya:

  • Sebanyak 36% pria dan 59% wanita mengaku tidak tertarik dengan seks, hal ini menunjukkan kemungkinan adanya pengalaman negatif terhadap keintiman seksual. Bisa jadi karena trauma, ataupun kondisi lain
  • Sejak awal tahun 2000-an, tidak ada peningkatan ketertarikan seks terhadap para remaja di Jepang
  • Internet telah memainkan peran penting dalam transformasi budaya. Hal ini jadi seperti sebuah ‘virus’ yang menular, dan bikin orang banyak yang berpikiran sama, terutama soal seks
  • Merasa canggung dalam sebuah hubungan, tidak memiliki kekasih, memiliki krisis kepercayaan terhadap lawan jenis, bikin minat soal seks jadi menurun bahkan jadi tidak tertarik sama sekali
  • Maraknya kencan berbayar, memudahkan mereka dalam mencerminkan rasa kecewa. Hal ini bikin mereka berpikir bahwa, transaksi seks seperti ini lebih mudah dibandingkan hubungan emosional yang serius
  • Merasa tidak memiliki kepuasan seksual dengan hubungan sebelumnya
  • Sebanyak 36% perempuan dan 59% masyarakat pada umumnya di Jepang, tidak hanya kurang tertarik pada seks namun juga merasa jijik terhadap seks. Kondisi ini jelas, menimbulkan pertanyaan tentang alasan di balik menurunnya aktivitas seksual di kalangan remaja
  • Masalah ekonomi dan makin mahalnya biaya hidup di Jepang bikin mereka juga jadi enggan untuk memiliki anak
  • Kelelahan bekerja.

Langkah pemerintah untuk mengatasi resesi seks


Sejak tahun 1980-2015, pemerintah di China memiliki aturan baru, agar tiap keluarga memiliki hanya 1 anak saja. Namun, di tengah isu demografis dan resesi seks di China, belakangan Presiden China Xi Jinping mengumumkan negaranya akan memberlakukan kebijakan meningkatkan angka kelahiran dari 1 anak menjadi 3 anak.

Selain itu, mengutip dari Detik China juga memberikan dukungan prenatal setelah melahirkan, demi mempromosikan pembangunan populasi jangka panjang yang seimbang. Dukungan prenatal ini termasuk dalam kebijakan cuti melahirkan, cuti orang tua baru, serta layanan perawatan Ibu pasca melahirkan.

Sementara itu, untuk Korea Selatan sendiri kabarnya menawarkan subsidi puluhan juta rupiah kepada perempuan yang bersedia membekukan sel telurnya. Nggak tanggung-tanggung, pemerintah di sana bersedia memberikan santunan sebesar lebih dari Rp 31,5 juta untuk 300 perempuan yang dimulai sejak September 2023.

Pemerintah Jepang juga nggak mau kalah, kabarnya saat ini mereka tengah melakukan upaya perjodohan warganya, menggunakan teknologi AI. Nggak hanya itu, beberapa pemerintah provinsi di sana, juga menawarkan sistem perjodohan berbasis data besar.

Bahkan, kabarnya sistem perjodohan ini juga ikut membuka kelas khusus untuk mengajarkan ketrampilan berkencan. Serta bagaimana cara menjalin relasi, agar nantinya bisa mengarah pada pernikahan dan menghasilkan keturunan yang baik.

Wah, sampai segitunya ya Bu. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Meski beberapa tahun lalu sempat diisukan mengalami resesi seks, nyatanya hingga tahun ini pemerintah menyatakan negara kita masih aman dari resesi seks ya Bu.

Tapi, nggak menutup kemungkinan, maraknya isu child free di Indonesia nantinya juga bisa bertanggung jawab atas terjadinya masalah resesi seks di tahun-tahun mendatang.