Keluarga

Wajib Nonton! 4 Pelajaran Berharga Dari Film Ngeri-Ngeri Sedap

Wajib Nonton! 4 Pelajaran Berharga Dari Film Ngeri-Ngeri Sedap

Awal Oktober kemarin film Ngeri-Ngeri Sedap yang disutradarai dan ditulis oleh komika berdarah Batak, Bene Dion Rajagukguk sudah bisa ditonton di Netflix. Film yang berhasil meraih rating 8,2 di IMDb sekaligus masuk dalam 5 kategori nominasi Festival Film Indonesia ini memang sangat dinanti.

Film Ngeri-Ngeri Sedap sendiri merupakan film bergenre komedi yang diperankan aktor dan aktirs berlatar belakang Batak seperti, Arswendy Nasution, Tika Panggabean, Boris Bokir, Gita Bhebhita, Lolox, dan Indra Jegel. Yup! Bisa dibilang hampir semua pemain dalam film ini merupakan komika asal Sumatera. 

Akting dari para pemain juga perlu diacungi jempol, lho! Apalagi beberapa adegan dalam film ini konon hanya dilakukan dengan satu kali take. Sehingga para pemain bisa membawakan cerita yang menyentuh hati sekaligus mengocok perut.

Kepiawaian Bene Dion dalam menulis skenario, mampu mengemas konflik keluarga dan nilai-nilai budaya Batak menjadi film yang menyenangkan. Sepanjang menonton film ini, kamu akan dimanjakan dengan pemandangan Danau Toba yang indah. 

Selain itu, film Ngeri-ngeri Sedap menyajikan cerita sarat makna dan banyak refleksi bagi kehidupan kita. Terutama soal hubungan orang tua dan anak. Berikut adalah pelajaran yang bisa kamu dapat dari film Ngeri-Ngeri Sedap!

Nonton film Ngeri-Ngeri Sedap yang bikin mewek 

Source : Pikiran Rakyat

Film ini menceritakan tentang keluarga Batak, yakni Pak Domu (Arswendy Nasution) dan Mak Domu (Tika Panggabean) yang memiliki 4 anak. Ketiga anak laki-laki Pak Domu yakni, Domu (Boris Bokir), Gabe (Lolox), dan Sahat (Indra Jegel) pergi merantau sejak kuliah. 

Hanya Sarma (Gita Bhebita) anak perempuan satu-satunya yang tidak merantau dan membantu mengurus Pak Domu dan Mak Domu. Konflik dalam film Ngeri-ngeri Sedap ini bermula dari rencana yang disusun oleh Pak Domu yang berpura-pura akan bercerai dengan Mak Domu. 

Rencana ini disusun agar ketiga anak laki-lakinya pulang ke rumah untuk menghadiri pesta adat pengukuhan pernikahan Opung Domu. Siapa sangka konflik pura-pura bercerai ini kemudian membuka lapisan-lapisan masalah keluarga yang selama ini terpendam. 

Konflik antara anak dan orang tua dalam film Ngeri-Ngeri Sedap ini layak dijadikan refleksi kita semua sebagai anak dan orangtua. Lalu, apa yang bisa dipelajari dari film Ngeri-Ngeri Sedap?

1. Anak punya pilihan sendiri

Source : Gen Media Network

Dalam scene Film Ngeri-Ngeri Sedap terdapat pertentangan pandangan antara Pak Domu dan ketiga anak laki-lakinya yakni Domu, Gabe dan Sahat. Pak Domu menentang hubungan Domu yang hendak menikahi Neny, gadis berdarah Sunda. 

Pak Domu ingin agar Domu hanya menikah dengan gadis keturunan Batak. Disisi lain, Pak Domu juga menentang pekerjaan Gabe sebagai pelawak karena dianggap memalukan. 

Terakhir, Pak Domu juga menginginkan Sahat sebagai anak terakhir kembali ke rumah karena dalam tradisi Batak, anak terakhir akan mewarisi rumah peninggalan orang tua sekaligus merawat orang tua. Dalam scene ini, kita seolah diajak berefleksi bahwa kadang orang tua berhak mengatur masa depan anak

Akhirnya, orang tua banyak menuntut, sehingga menuai respon kontradiktif dari anak. Terbukti Domu, Gabe, dan Sahat enggan pulang ke rumah karena selalu berkonflik dengan Pak Domu. 

Orang tua memang telah bekerja keras untuk masa depan anak. Namun, anak memiliki pilihan sendiri. Sebelum menuntut kepada anak, hal yang dibutuhkan adalah memahami kebutuhan dan pilihan anak di setiap tahapan kehidupannya. 

2. Pentingnya saling berbagi cerita antar lelaki

Source : Pikiran Rakyat

Dalam film Ngeri-Ngeri Sedap, Pak Domu tidak pernah bicara langsung dengan ketiga anak lelakinya melalui telepon. Segala pesan dan keluh kesah Pak Domu pada anak-anaknya disampaikan oleh Mak Domu. 

Ketika ketiga anaknya pulang ke rumah pun sikap Pak Domu kaku dan dingin. Ketiga anak laki-lakinya pun merasa canggung dan tidak nyaman. Sedangkan hubungan Pak Domu dan Sarma penuh perhatian. 

Disini tampak hubungan antara anggota keluarga laki-laki sangat berjarak dan tegang. Dari sini kita belajar bahwa antar laki-laki apalagi statusnya Ayah dan anak perlu membangun komunikasi yang hangat. 

Berbagi cerita dan perasaan antar laki-laki bukanlah dosa, justru dapat menurunkan tensi ketegangan. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh California State University, laki-laki yang memiliki hubungan masa kecil yang positif dengan Ayahnya lebih mampu menangani stress dan tekanan emosional di kemudian hari.  

3. Belajar bahwa orangtua tidak selalu benar

Source : Facebook Ngeri-ngeri Sedap Movie

Scene ter-epic dari film Ngeri-ngeri Sedap adalah ketika Pak Domu dinasehati ibunya, Opung Domu. “Kalau anak berkembang, orang tua pun harus berkembang. Jadi orang tua itu tidak ada tamatnya, harus belajar terus,” demikian nasehat Opung Domu. Sikap kaku dan otoriter Pak Domu diperoleh dari pengasuhan orang tua sebelumnya. 

Memang kita sebagai orang tua meniru apa yang dilakukan generasi sebelumnya. Namun, dinamika kehidupan berubah, anak-anak juga tumbuh dan berkembang di zaman yang berbeda. Hal yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah belajar dan belajar. 

Tidak semua pola asuh yang diwariskan nenek moyang diadopsi mentah-mentah. Dengan terus belajar, orang tua akan menyesuaikan gaya parenting sesuai dengan perkembangan zaman. Di dunia yang sedemikian melekatnya keyakinan “orangtua selalu benar,” memang sulit bagi sebagian orang tua menurunkan ego dan meminta maaf ketika berbuat salah pada anak.

Najeela Shihab dalam buku Keluarga Kita, Mencintai dengan Lebih Baik menjelaskan bahwa salah satu yang paling sulit dari menjadi orangtua adalah belajar memahami bahwa tidak semua hal dapat dikendalikan.

 4. Perempuan butuh didengar dan diberi ruang bicara

Source : Tribun Jambi

Sarma dan Mak Domu adalah sosok perempuan sentral dalam film ini. Sebagai anak perempuan, Sarma tidak diwajibkan untuk merantau. Tapi, siapa sangka, atas nama bakti dan adat istiadat, Sarma rela melepaskan mimpinya untuk sekolah di Bali. Sarma memendam keinginannya demi mengurus orang tuanya.

Disisi lain, Mak Domu sering berselisih pendapat dengan Pak Domu. Namun, Mak Domu selalu dituntut Pak Domu untuk “nurut saja.” Inilah ciri khas patriarki yang dianut oleh Pak Domu. Nilai-nilai patriarki yang mengakar di keluarga ini membuat Mak Domu dan Sarma lebih banyak diam daripada melawan. 

Scene Sarma dan Mak Domu yang berani bersuara adalah bagian paling menyayat hati. Dari sini kita bisa belajar pentingnya memberikan ruang bagi perempuan untuk bersuara dan berkarya. Anak perempuan punya hak setara dengan laki-laki untuk mewujudkan mimpi, bukan mengalah mengubur mimpi.

Demikian refleksi film Ngeri-Ngeri Sedap ini sarat akan nilai budaya Batak dan refleksi perihal pengasuhan. Selain film Ngeri-Ngeri Sedap, ada film lain yang berlatar belakang budaya Batak juga, seperti  Toba Dreams, Pariban, dan Demi Ucok. Kira-kira mana nih film yang pernah kamu tonton? Yuk! Nonton film Ngeri-Ngeri Sedap di Netflix akhir pekan ini bersama keluarga.

Editor: Aprilia