Kesehatan

Infeksi Telinga Pada Bayi dan Balita

Infeksi Telinga Pada Bayi dan Balita

Salah satu masalah kesehatan yang sering dialami bayi atau balita adalah infeksi telinga. Namun mengetahui bagaimana si kecil terkena infeksi telinga tidaklah mudah. Diperlukan kejelian orangtua terhadap tanda-tanda infeksi tersebut sebelum akhirnya membawa sang buah hati ke dokter untuk perawatan lebih lanjut.

Infeksi telinga atau tumbuh gigi?

Ketika anak mulai menarik-narik telinganya, Anda mungkin berasumsi ia menunjukkan tanda infeksi telinga. Anak bisa saja melakukan yang sama ketika tumbuh gigi, saraf di belakang gigi bercabang ke telinga tengah, jadi bisa terasa seperti rasa sakit berasal dari telinga. Bila ia mengalami demam dan terlihat sangat tidak nyaman ketika berbaring, kemungkinan ia mengalami infeksi telinga. Gusi bengkak jadi tanda tumbuh gigi. Umumnya gejala infeksi telinga bisa menunjukkan berbagai penyakit. Anak mungkin mendorong makanan menjauh, kesulitan tidur, atau lebih sering menangis. Tapi bila insting Anda mengatakan ada sesuatu yang salah, terutama bila anak mengalami demam, pastikan memeriksakan anak ke dokter.

Tanda infeksi telinga

Bagaimana kita bisa tahu apakah bayi atau balita terkena infeksi telinga? Tanda paling umum adalah batuk, hidung meler, dan tiba-tiba demam (entah demam biasa atau demam tinggi) 3-5 hari setelahnya. Perhatikan pula mood dan perilakunya. Jika si kecil tiba-tiba sangat rewel dan menangis lebih sering dari biasanya, sulit mendengar suara pelan, serta sering menarik-narik telinganya dan kehilangan keseimbangan, bisa jadi dia sedang terkena infeksi telinga.

Tanda-tanda lainnya adalah sulit menelan, kesakitan ketika menolak menyusu ASI atau menolak dot, nafsu makan hilang, telinga berbau tidak sedap, dan keluar cairan kekuning-kuningan atau keputih-putihan dari dalam telinganya. Untuk yang disebut terakhir, tidak semua bayi dan balita yang terkena infeksi menunjukkan tanda keluar cairan tersebut, namun sudah bisa dipastikan itu adalah tanda infeksi telinga. Keluar cairan  dari telinga juga merupakan sinyal adanya lubang kecil di gendang telinga. Namun jangan khawatir, begitu infeksinya teratasi, cairan tersebut menghilang, kok, Bunda.

Si kecil yang mengalami infeksi telinga terkadang juga mengalami diare atau muntah. Sebab, bakteri yang menjadi biang kerok infeksi telinga anak Anda dapat mempengaruhi saluran pencernaan. Infeksi telinga juga kerap mengakibatkan anak sulit tidur lantaran posisi tidur membuat rasa sakit makin parah.

Penyebab infeksi telinga pada anak 

Infeksi telinga sangat umum terjadi pada anak-anak, khususnya pada saat musim dingin. Di Amerika Serikat, infeksi telinga adalah penyakit paling sering kedua setelah flu. Sebenarnya, apa sih penyebab infeksi ini?

Infeksi telinga dapat disebabkan oleh bakteri ataupun virus. Ini terjadi ketika cairan terbentuk di daerah di belakang gendang telinga si kecil dan akhirnya menjadi terinfeksi. Normalnya, cairan apapun yang masuk ke daerah ini cepat hilang melalui tabung eustachius, yang menghubungkan telinga bagian dalam dengan bagian belakang hidung dan tenggorokan.

Nah, jika tabung eustachius terhalang –seperti sering terjadi ketika flu, infeksi sinus, atau alergi-- cairan terperangkap di telinga bagian dalam. Dari tempat yang gelap, hangat namun basah inilah bakteri berkembang sehingga telinga bagian dalam yang penuh cairan itu menjadi tempat sempurna perkembangbiakan bakteri.

Seiring parahnya infeksi, peradangan di dalam atau di belakang gendang telinga meningkat sehingga si penderita makin kesakitan. Hal ini memicu demam karena tubuh anak Anda sedang berjuang melawan infeksi. Istilah medis untuk kondisi ini –peradangan di telinga bagian dalam dengan akumulasi cairan, rasa sakit, gendang telinga memerah, dan terkadang demam-- adalah acute otitis media (AOM).

Penggunaan dot dapat meningkatkan risiko infeksi telinga bagian dalam pada bayi dan balita. Sebuah penelitian menyebutkan, kasus infeksi telinga 33% lebih rendah pada bayi yang tidak menggunakan dot. Anak-anak mudah terserang infeksi telinga karena tabung eustachius mereka masih pendek (sekitar 1,25 cm) dan horizontal. Ketika anak tumbuh dewasa, tabung tersebut panjangnya berkembang 3x dan semakin vertikal sehingga cairan dapat kering dengan cepat sehingga mengurangi risiko infeksi.

Perawatan anak yang terkena infeksi telinga

Bagaimana perawatan terhadap penderita infeksi telinga? Pertama-tama, tentu Anda harus segera menghubungi dokter. Nantinya dokter akan memeriksa telinga si kecil dengan alat bernama otoskop. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan gendang telinga merah, bengkak, dan ada cairan yang sudah mengering bisa jadi ia terinfeksi.

Dokter juga akan melihat apakah gendang telinga bergerak merespon sebuah alat bernama pneumatic otoscope, yang akan mengeluarkan hembusan udara ke telinga. Jika tidak bergerak, satu lagi petunjuk bahwa cairan terkumpul di telinga bagian dalam dan bisa jadi si kecil terinfeksi.

Banyak penderita infeksi telinga sembuh dengan sendirinya, namun biasanya dokter akan meresepkan antibiotik.  Anda juga boleh memberikan paracetamol anak jika si kecil berusia 3 bulan atau lebih atau ibuprofen. Tujuannya, agar rasa sakit dan demamnya berkurang.

Agar si kecil merasa nyaman, Anda boleh pula memberikan kompres air hangat di telinga si kecil atau memberi obat tetes telinga. Tanyakan pada dokter obat tetes yang cocok untuk anak Anda. Dan tentu saja, tetap usahakan memberikan banyak ASI atau air putih agar si kecil tidak dehidrasi, ya Bunda.

Telinga bayi atau balita Anda idealnya membaik dalam waktu 3-4 hari, dengan atau tanpa antibiotik. Namun jika dalam 4 hari tidak kunjung ada perkembangan positif, kembalilah ke dokter. Siapa tahu ada infeksi lebih serius yang merusak gendang telinga dan membanjiri saluran telinga. Terkadang infeksi serius seperti ini mengakibatkan masalah telinga lain seperti gangguan pendengaran.

Menurunkan risiko infeksi telinga pada anak

Beberapa faktor yang membuat anak lebih rentan mengalami infeksi telinga tidak bisa dikontrol, misalnya, jenis kelamin laki-laki, tinggal dengan lebih dari satu saudara kandung, dan memiliki riwayat keluarga dengan infeksi telinga meningkatkan kemungkinan anak mengalami infeksi telinga. Tapi ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menurunkan risiko anak terkena infeksi telinga, diantaranya:

  1. Jauhkan dari asap rokok

    Sejumlah penelitian, termasuk yang baru-baru ini diterbitkan oleh Medical Journal of Australia dengan kuat menghubungkan infeksi telinga anak dengan paparan terhadap asap rokok.

  2. Pilih daycare dengan jumlah anak lebih sedikit

    Semakin banyak anak dalam satu ruangan daycare, semakin banyak kuman dan demam kemungkinan menjangkit anak. Meski infeksi telinga tidak menular, penyakit saluran pernapasan atas bisa memicu infeksi telinga. Selain itu, ketika anak Anda bersama banyak anak lain yang mungkin minum banyak antibiotik, ia lebih mungkin terpapar bakteri yang kebal obat.

  3. Menyusui selama setidaknya 6 bulan

    Menyusui dapat meningkatkan kekebalan, ASI bahkan bisa melindungi anak yang rentan terhadap infeksi telinga, seperti mereka yang tiga kali atau lebih mengalami infeksi telinga dalam 6 bulan. Menurut penelitian di University of Texas Medical Branch, perlindungan ini kemungkinan tetap berlangsung baik setelah anak berhenti menyusu.

  4. Batasi penggunaan dot

    Dot bisa membawa bakteri ke mulut, yang bisa menjalar ke telinga. Penelitian di Finlandia menemukan bahwa bila Anda memberi anak dot hanya saat tidur, Anda bisa menurunkan kemungkinan terkena infeksi pada anak hingga 33 persen.

  5. Bayi minum dari botol di posisi tegak

    Ketika bayi minum dari botol dengan posisi berbaring telentang, susu formula (atau ASI perah) cenderung berkumpul di mulut, meningkatkan kemungkinan cairan mengalir ke telinga tengah dan menyebabkan infeksi. Menyusui dianggap kurang berisiko karena puting berada jauh di belakang mulut bayi, yang mencegah ASI berkumpul, dan aliran ASI lebih terkontrol serta lebih lambat dibanding dari botol.

Infeksi telinga memang tidak menular, namun infeksi pernapasan yang kerap mengiringi infeksi telinga bisa menular. Banyak cara bisa dilakukan untuk memperkecil risiko infeksi tersebut. Salah satunya adalah rajin mencuci tangan. Terdengar sepele, namun mencuci tangan secara rutin dapat mengurangi penyebaran bakteri. Bukan hanya anak, Anda pun harus rajin melakukannya, khususnya setelah menggunakan toilet, mengganti popok, sebelum mempersiapkan makanan ataupun sebelum makan.

Cara pencegahan lainnya adalah rutin memberikan vaksin. Vaksin pneumokokus dipercaya dapat membantu mengurangi jumlah infeksi telinga. Jika anak Anda sudah berulang kali terkena infeksi telinga, terutama setelah berjuang melawan flu, Anda bisa memberikan vaksin flu.

Cara lain adalah dengan memberi ASI eksklusif minimal 6 bulan. Tentu Bunda sudah paham bahwa ASI adalah yang terbaik bagi buah hati karena sarat antibodi yang sangat bermanfaat dalam membantu si kecil melawan infeksi. Sebuah penelitian di US Centers for Disease Control and Prevention and the Food and Drug Administration, yang tertulis dalam jurnal Pediatrics menunjukkan anak yang mendapatkan ASI eksklusif 6 bulan jarang terkena infeksi telinga.

Sementara risiko infeksi telinga 70% lebih besar pada bayi-bayi yang mengonsumsi susu formula. Tapi ingat, ketika memberi ASI sebaiknya bayi dalam posisi tegak ya, Bunda. Dan bagi anak yang masih membutuhkan empeng, sebaiknya Anda hanya memberikannya saat akan tidur.

Yang tak kalah penting dalam menjaga agar anak tak mudah terserang infeksi telinga adalah menjauhkan anak dari bau-bauan dan asap rokok. Peneliti menyimpulkan bahwa anak-anak yang orang tuanya perokok lebih mudah terkena infeksi telinga dan masalah pendengaran, dan 62% berisiko lebih tinggi jika bundanya adalah ibu rumah tangga perokok. Bahkan, 86% anak yang menjalani operasi akibat masalah telinga bagian dalam, bundanya adalah perokok –dibandingkan dengan anak yang tak terpapar asap rokok di rumahnya.

Bahkan seminggu bersama perokok dalam satu rumah sangat berbahaya dan memperbesar si kecil mengalami infeksi telinga. Jadi, jangan biarkan siapa pun merokok di dalam rumah, ya Bunda? Jauhkan betul-betul si kecil dari lingkungan berasap rokok.

Antibiotik tidak selalu jadi solusi

Sekitar 60 persen infeksi telinga diyakini karena bakteri, 40 persen lainnya karena virus dan tidak bisa disembuhkan dengan antibiotik. Sayangnya tidak ada cara dokter mengetahui infeksi telinga karena virus atau bakteri.

Di tahun 2004, dikeluarkan panduan untuk mengatasi infeksi telinga akut pada anak. Pesan utama untuk dokter adalah mengurangi resep antibiotik yang tidak perlu, dan berikan kesempatan untuk sistem kekebalan tubuh, sekitar dua hingga tiga hari, untuk melawan sendiri infeksi.

Penelitian menunjukkan kalau sekitar 80 persen infeksi telinga tengah pada anak sembuh tanpa antibiotik dalam waktu seminggu dan sekitar 60 persen anak mengalami lebih sedikit gejala setelah 24 jam, baik dengan atau tanpa antibiotik.

Menunggu jadi langkah tepat untuk kesehatan anak antara usia 6 bulan hingga 2 tahun bila gejala tidak parah (demam kurang dari 39 derajat Celsius dan anak tidak merasa sangat kesakitan) dan dokter tidak yakin apakah ada infeksi. Langkah yang sama juga berlaku bagi anak usia lebih dari 2 tahun tanpa gejala parah. Selama menunggu, dokter akan meresepkan pereda sakit seperti acetaminophen, ibuprofen, atau tetes telinga anestesi. Bila gejala anak tidak membaik, hubungi dokter.

Kenapa tidak segera berikan antibiotik? Dulunya, para dokter berlebihan meresepkan antibiotik. Dokter memberikan antibiotik pada anak yang gejalanya ringan, yang tidak jelas diagnosanya, atau yang infeksinya kemungkinan karena virus. Masalah lainnya, bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik. Sehingga tidak lagi bisa dikalahkan oleh obat biasa dan mengharuskan dokter mencari alternatif lain.

Di New York, sekelompok anak mengalami infeksi telinga dan tidak merespon obat yang digunakan untuk mengatasinya sehingga dokter harus mengatasi bakteri dengan obat yang hanya digunakan untuk orang dewasa. Panduan ini mendorong dokter untuk meresepkan antibiotik dengan lebih hati-hati untuk mencegah kekebalan bakteri menyebar luas dan membuat anak berisiko.

Minum dari botol susu meningkatkan risiko infeksi telinga

Untuk bayi yang minum susu formula, kurangnya faktor anti peradangan dan kekebalan yang bisa diperoleh dari ASI, meningkatkan risiko infeksi telinga. Selain itu, penggunaan botol susu menyebabkan tekanan negatif pada telinga tengah, dan meningkatkan risiko infeksi telinga pada bayi yang minum dari botol.

Bila infeksi telinga terjadi berulang kali

Dokter biasanya merujuk anak ke spesialis THT, ketika anak mengalami tiga infeksi dalam  6 bulan atau dalam satu tahun. Anak yang sering terkena infeksi tidak dalam kondisi baik, dan bila cairan di telinga tidak dibersihkan, bisa mengganggu pendengaran dan perkembangan bahasa.

Ketika dokter THT memeriksa anak, ia akan memberi pilihan untuk memasukkan selang tympanostomy pada kedua telinga untuk menurunkan risiko infeksi dan memperbaiki pendengaran.

Meski tidak ada usia maksimal atau minimal untuk penggunaan selang, anak biasanya mendapat perawatan ini antara usia 1 hingga 3 tahun. Dokter akan membuat sayatan pada gendang telinga, menghisap cairan keluar, dan lalu memasukkan silinder untuk membuatnya tetap terbuka. Setelah selang dimasukkan, Anda tidak bisa melihatnya, tapi alat ini mengalirkan udara ke telinga tengah dan cairan mengering.

Tapi selang telinga tidak memperbaiki fungsi saluran eustachius, diharapkan setelah selang keluar dengan sendirinya setelah satu tahun, saluran eustachius anak tumbuh dan masalah telinga bisa diatasi.

Satu penelitian di Kaiser Permanente Medical Center, California menemukan 90 persen orangtua melaporkan masalah telinga anak dan kualitas hidup anak membaik dalam satu tahun setelah prosedur ini.

Anak tidak mendapat ASI meningkatkan risiko infeksi telinga

Sebuah penelitian menemukan peningkatan risiko infeksi telinga pada bayi yang tidak menyusu. Di penelitian ini, 491 survey dilakukan pada ibu. Penelitian menemukan,  1 bulan menyusu terkait dengan 4 persen penurunan kemungkinan infeksi telinga, dan 17 persen penurunan ketika bayi menyusu selama 6  bulan.

Penelitian juga menemukan kalau memberikan bayi ASI perah di botol untuk bulan pertama dibandingkan bayi langsung menyusu di payudara di bulan pertama, meningkatkan risiko infeksi telinga hingga 14 persen. Dan memberikan ASI perah di botol selama 6 bulan pertama, dibanding langsung menyusu di payudara pada 6 bulan pertama, meningkatkan risiko infeksi telinga hingga 115 persen.

(Dini)