Kesehatan

Waspada! Flu, Batuk, Dan Alergi Bisa Picu Infeksi Telinga Pada Anak

Waspada! Flu, Batuk, Dan Alergi Bisa Picu Infeksi Telinga Pada Anak

Belakangan ini, penyakit flu dan batuk seringkali banyak dialami oleh anak-anak. Baru sembuh sebulan, tapi bulan berikutnya si kecil sudah kembali terkena penyakit yang sama.

Padahal, berbagai macam vitamin dan makanan sehat selalu diberikan setiap hari. Yup! Memang yang namanya penyakit memang tidak bisa diprediksi kedatangannya, ya Bu. 

Apalagi sistem kekebalan tubuh si kecil masih terus berkembang. Sehingga menjadi hal yang wajar jika ia memang mudah terkena flu dan batuk.

Meski begitu, flu dan batuk anak juga seringkali menimbulkan masalah kesehatan lain yakni infeksi telinga. Infeksi telinga pada anak ketika sedang flu dan batuk memang sangat umum terjadi. 

Biasanya dikarenakan oleh produksi lendir yang lebih banyak dan kental. Sehingga sulit dikeluarkan dan naik ke saluran telinga. 

Kondisi ini bahkan bisa mengganggu fungsi pendengaran anak. Untuk itu, ketahui terlebih dahulu apa saja penyebab infeksi telinga serta ciri-cirinya dalam ulasan berikut.

Penyebab infeksi telinga pada anak


Infeksi telinga yang sering dialami anak biasanya terjadi pada telinga bagian tengah, atau dalam istilah medis dikenal dengan otitis media. Infeksi telinga pada anak juga umumnya terjadi pada saluran eustaschia yang menghubungkan telinga, hidung, dan tenggorokan.

Biasanya saluran ini berbentuk pendek dan kecil. Sehingga membuat saluran tersebut rentan mengalami sumbatan dan berujung infeksi telinga.

Jika melansir Raising Children sebanyak 80% anak di dunia pasti pernah mengalami kondisi ini. Infeksi telinga pada bayi dan anak-anak biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh anak.

Sehingga menjadikan anak terserang flu dan batuk. Ketika si kecil sedang flu, bakteri dan virus sangat mudah menyebar ke telinga sehingga dapat menyebabkan infeksi. Nah, infeksi ini justru jadi lebih mudah berkembang pada saluran yang lebih kecil.

Otitis media juga dapat menyebabkan ingus atau cairan terkumpul di belakang gendang telinga. Hal ini akan menyebabkan gendang telinga membengkak, sehingga menimbulkan rasa sakit, membuat anak tidak nyaman serta mengalami gangguan pada pendengaran.

Jika tidak melakukan treatment dengan baik, kondisi ini bahkan dapat menyebabkan gendang telinga robek atau pecah. Sehingga nantinya akan keluar cairan kuning yang masyarakat kita lebih mengenalnya dengan congek. 

Meski begitu, keluarnya cairan tersebut justru membuat anak merasa lebih nyaman karena pembengkakkan pada gendang telinga akan berangsur mengempis. Kondisi ini secara otomatis dapat membantu meredakan tekanan yang menumpuk di telinga akibat infeksi, bahkan bisa meredakan rasa sakit. 

Tapi, nggak perlu khawatir Bu. Sebab, gendang telinga yang pecah ini biasanya akan sembuh secara alami. Meski begitu, infeksi telinga pada anak tidak boleh diabaikan dan perlu diperiksakan secara dini ke dokter.

Gejala infeksi telinga pada anak

Melansir John Hopkins Medicine ciri-ciri infeksi telinga pada anak biasanya ditandai dengan gejala umum seperti mengeluhkan sakit di area telinga. Bahkan hal ini tak jarang bisa menyebabkan demam, rewel hingga membuat anak jadi tidak nafsu makan.

Tapi mengetahui gejala infeksi telinga pada anak akan menjadi lebih sulit jika hal ini terjadi pada bayi di bawah 1 tahun yang secara umum belum bisa berbicara jelas. Namun, berikut adalah ciri-ciri infeksi telinga pada anak yang perlu orang tua curigai:

  • Bayi sering menarik telinga.
  • Bayi sering menangis tanpa sebab meski sudah kenyang menyusu.
  • Anak gelisah dan sulit tidur.
  • Mudah menangis dan jadi lebih rewel.
  • Demam.
  • Keluar cairan berwarna kuning dari telinga.
  • Kehilangan keseimbangan dan mudah terjatuh saat berjalan.
  • Kesulitan mendengar atau pendengaran kurang jelas.
  • Beberapa tanda infeksi telinga pada anak lainnya yang memerlukan perhatian dokter secara khusus adalah; demam tinggi lebih dari 38 derajat Celcius, anak tampak lemas dan keluar darah seperti nanah dari telinga.

Faktor risiko infeksi telinga

Hal ini mungkin menjadi pertanyaan yang sering diajukan oleh para orang tua kepada dokter THT anak, ya Bu? Nah, melansir Cleveland Clinic sebenarnya faktor risiko yang membuat anak sering mengalami infeksi telinga ada banyak. Namun, riwayat alergi menjadi salah satu faktor risiko yang paling umum ditemui. 

Secara keseluruhan, infeksi telinga tengah ini paling sering terjadi pada bayi dan anak-anak usia 3 bulan hingga 8 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa, sebanyak 25% dari populasi anak-anak di dunia kemungkinan besar akan mengalami infeksi telinga berulang di kemudian hari. Terutama jika memiliki riwayat alergi. Faktor risiko infeksi telinga meliputi:

  • Usia: Bayi dan anak kecil (antara usia 6 bulan dan 2 tahun) memiliki risiko lebih besar terkena infeksi telinga.
  • Riwayat keluarga: Risiko kemungkinan terkena infeksi telinga dapat diturunkan dalam keluarga.
  • Flu: Flu atau pilek dapat membuat produksi lendir lebih banyak. Sehingga meningkatkan kemungkinan terkena infeksi telinga.
  • Alergi: Alergi menyebabkan peradangan (pembengkakan) pada saluran hidung dan saluran pernapasan bagian atas, yang dapat memperbesar kelenjar gondok. Kelenjar gondok yang membesar dapat menyumbat tuba eustachius, mencegah cairan telinga mengalir. Hal ini menyebabkan penumpukan cairan di telinga tengah, menyebabkan tekanan, nyeri dan kemungkinan infeksi.
  • Penyakit kronis: Orang dengan penyakit kronis (jangka panjang) lebih mungkin mengembangkan infeksi telinga. Khususnya pada pasien dengan defisiensi imun dan penyakit pernapasan kronis, seperti cystic fibrosis dan asma.

Menangani infeksi telinga pada anak

Terkadang infeksi telinga anak tidak menimbulkan gejala khusus. Namun, infeksi telinga yang terus datang kembali dapat menyebabkan glue ear, yang merupakan cairan kental seperti lem di telinga tengah. 

Glue ear mungkin dapat meningkatkan kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran hingga masalah perilaku lainnya.  Untuk itu, infeksi telinga pada anak perlu ditangani dengan segera. Berikut adalah langkah penanganan sementara yang bisa Ibu lakukan di rumah:

  • Bantu redakan rasa nyeri dengan mengompres telinga bayi menggunakan kain lap dan air hangat.
  • Cukupi kebutuhan cairannya. Sebab, proses menelan dapat membantu membuka saluran eustachius. Sehingga otomatis cairan yang menumpuk di dalam saluran tersebut dapat mengalir.
  • Untuk melancarkan pengeluaran lendir, usahakan selalu memposisikan kepala bayi sedikit lebih tinggi saat ia tidur.
  • Berikan obat pereda nyeri seperti paracetamol jika diperlukan. Namun, hal ini wajib dilakukan sesuai dengan petunjuk dokter ya, Bu!
  • Pastikan lingkungan sekitar tetap steril dan jauhkan si kecil dari debu dan polusi. Untuk mengurangi gejala alergi yang bisa memicu penumpukan lendir lebih banyak lagi. 

Infeksi telinga pada anak biasanya akan mereda sendiri dalam waktu 2-3 hari. Namun, sebaiknya jangan sepelekan jika infeksi telinga yang terjadi justru semakin parah dan segera bawa si kecil ke dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat.