Balita

5 Alasan Pentingnya Anak Bermain Kotor-kotoran

5 Alasan Pentingnya Anak Bermain Kotor-kotoran

Bermain dengan tanah, daun, air hujan, dan lumpur merupakan hal yang biasa dilakukan oleh anak generasi terdahulu karena terbatasnya jenis mainan yang tersedia. Kini, permainan di alam tersebut telah banyak ditinggalkan. Bukan karena anak tidak suka, karena fitrah anak adalah mengeksplorasi lingkungan sekitarnya.

Namun, lebih karena kemajuan teknologi, perubahan standar sanitasi, dan perubahan cara hidup masyarakat. Ketika anak bermain dengan tanah, orangtua langsung melarang karena dianggap kotor dan menimbulkan penyakit. Apakah alasan ini tepat?

Memang benar jika alasan kesehatan banyak mendasari pilihan orangtua untuk melarang anak bermain kotor-kotoran. Kondisi lingkungan sudah berbeda dengan 20 tahun lalu saat orangtua atau nenek kakek masih kecil. Bakteri makin mudah berkembang, jenis penyakit yang menyerang anak pun makin banyak. Tidak salah jika orangtua ingin anaknya selalu sehat. 

Alasan lain, orangtua malas membersihkan noda jika anak bermain kotor-kotoran. Apalagi jika anak masih belum mengerti konsep bersih dan kotor. Mungkin ibu pernah mengalami ya, saat batita bermain hujan-hujanan lalu masuk ke dalam rumah dan menginjak karpet dengan kakinya yang penuh tanah basah? Rasanya tentu saja jengkel dan jijik.

Bagi ibu yang memiliki standar kebersihan tinggi, hal tersebut bisa berujung pada mengirimkan karpet ke laundry. Tidak apa-apa Bu, asal anak tidak dimarahi secara berlebihan karena ia masih belajar tentang kebersihan.

Tapi, tidak semua orangtua melarang anak bermain kotor-kotoran karena alasan kesehatan dan kerepotan. Ada yang karena lingkungan yang tidak mendukung. Misalnya, tinggal di apartemen, gedung sekolah tidak dilengkapi area terbuka yang mencukupi, akhir pekan dihabiskan di mall, sementara lingkungan di luar gedung kurang ramah anak.

Inilah mengapa sekarang pemerintah banyak menyediakan taman kota ramah anak. Wisata pengalaman untuk anak seperti berkebun, memberi makan  hewan, dan area outbond pun menjamur. Tidak lain adalah untuk memfasilitasi kebutuhan anak untuk berinteraksi dengan alam terbuka.

Memangnya, jika anak tidak dibiarkan bermain kotor-kotoran, akan berdampak buruk bagi perkembangannya? Saya lihat anak saya menikmati bermain dengan teman-temannya, mainan-mainannya, game di gadget, serta arena bermain anak di pusat-pusat perbelanjaan. Dia tidak tampak kekurangan sesuatu. Begitu mungkin pikir sebagian ibu.

Betul Bu, bermain merupakan kegiatan yang disukai anak, apapun bentuknya. Saat anak bermain itulah ia belajar tentang berbagai macam hal, mulai dari mengembangkan kemampuan motorik halus, motorik kasar, hingga kemampuan bersosialisasi.

Tugas kita sebagai ibu adalah memastikan semua aspek perkembangannya terpenuhi. Bermain kotor-kotoran merangsang seluruh panca indera dan merupakan salah satu cara terbaik bagi anak untuk belajar dan berkembang.

Dalam istilah tumbuh kembang anak, kegiatan semacam ini dinamakan dengan messy play. Tidak terbatas pada material di alam, messy play juga dapat dilakukan menggunakan cat air, tepung, playdough, lem, biji-bijian, bahkan makanan! 


Alasan Bermain Kotor-Kotoran Penting untuk Anak

Agar ibu semakin yakin, berikut ini adalah alasan mengapa bermain kotor-kotoran sangat penting bagi anak.


  1. Mengasah kemampuan fisik / motorik

    Bermain kotor-kotoran identik dengan kegiatan fisik luar ruang. Karenanya, saat anak melakukan messy play, secara tidak langsung ia sedang melatih kemampuan motoriknya, baik motorik kasar (gross motor skill) maupun motorik halus (fine motor skill). Kemampuan motorik kasar antara lain berlari, melompat, merangkak, dan menendang. Saat anak melompati genangan air, ini termasuk motorik kasar.

    Nah, jika kemudian anak bermain air dengan cara menangkupkan kedua tangannya untuk mengambil air, ini melatih koordinasi mata dan tangannya alias motorik halus. Mengukir tanah menggunakan ranting, memungut daun kering, juga melatih aspek motorik halus. Koordinasi mata-tangan, penguatan otot, keseimbangan dan kontrol tubuh juga merupakan manfaat messy play  bagi perkembangan fisik anak.


  2. Mengembangkan kemampuan berbahasa

    Salah satu ciri messy play adalah kegiatan yang tidak terstuktur. Anak bebas membentuk apa saja yang ia suka. Dari sini, ibu bisa meminta anak untuk bercerita mengenai benda yang dibuatnya, cara membuatnya, apa manfaat benda tersebut. Ini yang akan mengembangkan kemampuannya berbahasa.

    Situs Early Childhood Development Associates menambahkan salah satu manfaat messy play bagi perkembangan linguistik anak, yaitu kemampuannya menjelaskan apa yang dirasakan oleh inderanya: panas, dingin, kasar, halus, keras, lembut. Akan banyak kosakata baru yang dipelajari sembari anak bermain kotor-kotoran.


  3. Membuat anak lebih kreatif

    Mana yang lebih mendorong anak untuk melakukan berbagai variasi aktivitas, sebuah mobil-mobilan atau sebaskom pasir? Tentu saja, pasir lebih banyak memberi kemungkinan kreasi, seperti mencetak bentuk, menggali dan mengubur batu, menaburkan pasir layaknya hujan, menulis di atas pasir, masak-masakan, dan masih banyak lagi. Itulah mengapa bermain kotor-kotoran bisa membuat anak lebih kreatif.

    Untuk meningkatkan kreativitas anak dalam memecahkan masalah, ibu juga bisa mengajak anak bermain aksi reaksi. Contohnya, melukis dengan kelereng. Sediakan sebuah nampan beralas kertas polos. Celupkan sebuah kelereng ke dalam cat lalu letakkan di atas kertas. Minta anak memiringkan nampan sampai kelereng menggelinding dan menorehkan garis sepanjang kertas.

    Dari sini, anak akan tahu apa yang harus ia lakukan untuk membuat garis dari kiri ke kanan, selandai apa ia harus memiringkan nampan, kapan harus mencelup kelereng lagi.


  4. Menumbuhkan keingintahuan dan eksplorasi

    Kala anak bermain kotor-kotoran, otaknya akan terdorong untuk mencari tahu mengapa sejumlah hal terjadi. Misalnya, mengapa daun jika ditumbuk mengeluarkan warna, mengapa pasir tidak dapat dibentuk kalau tidak dalam keadaan basah, atau bagaimana caranya membentuk playdough menjadi bulatan.

    Keingintahuannya akan mendorong anak untuk bereksplorasi, mencoba berbagai macam kemungkinan, dan merasakan kebanggaan ketika ia menemukan sendiri jawabannya.


  5. Mengembangkan aspek emosional

    Karena tidak ada benar salah dalam messy play, ibu dapat memberi pujian, pertanyaan, atau komentar yang sekiranya dapat menumbuhkan semangat, kemampuan berekspresi, rasa percaya diri, maupun sisi pantang menyerah anak.

    Saat ia takjub melihat cat warna merah berubah jadi ungu ketika dicampur cat biru, tunjukkan rasa takjub pula. Tantang anak untuk mencampur warna lainnya. Sebaliknya, jika anak terlihat frustrasi saat pasir bentukannya selalu runtuh, semangati ia untuk mencoba lagi.


  6. Meningkatkan kemampuan sosial anak

    Pada banyak situasi, anak bermain kotor-kotoran bersama kakak/adik/teman. Di sini, ia belajar untuk berkomunikasi dengan teman bermainnya, membuat batas antara miliknya dan milik temannya, mengajak, berbagi, menunggu giliran, bergantian, maupun membantu ketika temannya mengalami kesulitan. Jika mereka berkonflik, anak pun akan belajar untuk mempertahankan berpendapat, negosiasi, atau mengalah.


  7. Melatih kemampuan matematis

    Matematika tidak selalu menjumlahkan benda ya, Bu. Saat anak bermain air atau pasir, ia bisa belajar konsep berat, ringan, penuh, atau kosong. Memetik ranting pohon, anak bisa memilih yang panjang atau pendek. Menuang air, anak belajar memperkirakan banyak sedikitnya air agar tidak tumpah. Bentuk geometri pun bisa diperkenalkan melalui playdough. 


  8. Melatih kemampuan menulis

    Dalam metode Montessori, belajar menulis tidak dimulai dari menghubungkan titik-titik hingga membentuk abjad. Melainkan, dengan cara belajar memindahkan biji-bijian dengan ujung jari, menuang air, meremas adonan, yang mana kesemuanya akan membuat anak lebih mantap dalam menggunakan alat tulis kelak. 


  9. Mendorong bermain secara mandiri

    Dalam situs Schoolhouse Daycare UK, disebutkan bahwa anak generasi sekarang kehilangan kemampuan untuk menghibur dirinya sendiri. Banyaknya jenis mainan yang tersedia, termasuk hiburan dalam bentuk audio visual membuat anak menjadi penikmat saja.

    Dengan messy play, anak memiliki kesempatan untuk membuat hiburannya sendiri karena tidak ada aturan bermain. Mereka bisa membuat apa yang mereka suka, meskipun bagi oran dewasa hal tersebut biasa atau malah tidak biasa.

    Dengan menggunakan pikiran mereka sendiri untuk merencanakan, eksplorasi, dan memecahkan masalah, anak membangun kepercayaan dirinya yang kelak membuat mereka menjadi orang yang mandiri.


  10. Melatih konsentrasi    

    Siapa bilang bermain kotor-kotoran itu tidak membutuhkan konsentrasi seperti saat anak bermain puzzle atau lego? Bermain gelembung sabun misalnya. Mulai dari mencampur sabun dan air, meniup gelembung, dan melihatnya melayang lalu pecah, semua membutuhkan konsentrasi tingkat tinggi.

    Anak mengeksplor objek, semua sensasi yang diterima oleh inderanya diproses hingga ia bisa menyimpulkan dan mengkomunikasikan pengalamannya. Bagi orang dewasa, bermain gelembung mungkin tidak cukup “edukatif”, tetapi sebenarnya anak sedang mengembangkan kemampuan belajarnya.


Ide Messy Play untuk Anak

Sudah yakin ya Bu, kotornya baju dan rumah saat anak bermain messy play sepadan dengan manfaat yang didapat. Jika demikian, mari kita rencanakan dengan baik aktivitas kotor-kotoran ini. Berikut ini ide yang bisa ibu tiru:


  1. Berjalan-jalan di luar

    Ya, “hanya” berjalan-jalan. Melangkahkan kaki sambil melihat alam sekitar. Langit, awan, berbagai macam pohon, meskipun ini hanya di dalam komplek perumahan ibu.

    Tanpa kita sadari, berbagai macam hiburan di dalam rumah (termasuk orangtua yang enggan menemani anak bermain di luar) membuat anak menjadi malas beraktivitas di luar ruangan, padahal alam adalah playground yang luar biasa, dengan berbagai macam sensasi, aroma, tekstur yang dapat memperkaya pemahaman anak tentang kehidupan di sekitarnya. 


  2. Memindahkan air 

    Aktivitas ini bisa dilakukan saat mandi ataupun saat bermain. Minta anak untuk menuangkan air ke gelas atau botol. Agar lebih menarik, sediakan corong, pewarna makanan, atau spons.

    Ibu bisa menyesuaikan tantangan dengan kemampuan anak. Mau lebih seru lagi? Sediakan saja air dan dua wadah di depan anak, tanpa instruksi. Ibu akan takjub pada apa yang mereka lakukan pada air tersebut!


  3. Bermain pasir

    Banyak yang bisa dilakukan dengan pasir. Menggali, menimbun, menuang, mencetak. Jika ibu sulit menemukan pasir yang sesuai dengan standar kebersihan ibu dan sedang tidak ada rencana ke pantai, beli pasir kinetis bisa menjadi solusi.

    Untuk batita, selalu dampingi anak bermain untuk menghindari pasir tertelan atau masuk mata.


  4. Belajar makan sendiri

    Untuk batita, sesi makan akan berubah menjadi messy play jika ibu membebaskan anak bermain dengan makanannya. Biarkan ia belajar menggunakan sendok, garpu, atau malah tangannya.

    Memegang berbagai macam tekstur makanan, dari yang lembut, kental, sampai padat, kemudian mencium berbagai aroma, mencoba memasukkan ke dalam mulut dan merasakannya, semua menjadi pengalaman makan yang menyenangkan baginya. Saat anak sudah cukup besar, baru ajarkan cara makan yang baik.


  5. Menggali fosil

    Alih-alih pasir, kali ini gunakan jelly atau agar untuk membuat lahan penggalian. Caranya, masukkan beberapa binatang mainan berukuran kecil ke dalam satu nampan atau boks jelly, biarkan mengeras.

    Setelah jelly mengeras, ajak anak bermain menjadi arkeolog dengan cara menggali “situs jelly” untuk menggali fosil binatang yang terkubur. Jelly juga dapat diganti dengan es batu lho!


  6. Menjadi chef

    Memasak tidak harus melibatkan pisau dan kompor, jika ibu khawatir akan bahayanya. Membuat menu yang sederhana maupun melibatkan anak pada tahap persiapan pun bisa. Misalnya, menumbuk kentang, meremas sereal, mencuci sayuran, maupun mengaduk adonan kue dapat menjadi sarana anak bermain kotor-kotoran.

    Penting bagi anak untuk mengetahui tahap pengolahan makanan agar ia memahami proses rumit dibalik makanan yang ia makan, sehingga lebih menghargai makanan. 


  7. Mencuci mobil

    Membantu ayah mencuci mobil biasanya menjadi hal yang dinantikan balita. Alasannya, apalagi kalau bukan bermain air! Anak akan menikmati tugas yang diberikan ayah, misalnya menyemprotkan selang, menggosok bodi mobil dengan busa, membilas dan memeras lap, atau malah berseluncur di lantai garasi yang penuh dengan busa.

    Namun, jika ayah jarang mencuci mobil sendiri, ibu tetap bisa mengajak anak mencuci mobil-mobilannya. Caranya, biarkan mobil-mobilan terkotori oleh tanah, pasir, atau bedak. Kemudian, minta anak mencucinya di kamar mandi atau baskom di lantai rumah. Sediakan sabun, sikat, dan lap. Sederhana bagi kita, tapi sesuatu bagi anak.


  8. Bermain cat

    Banyak sekali kegiatan messy play yang dapat dilakukan menggunakan cat. Melukis dengan tangan, kelereng, cotton bud, mencap menggunakan potongan buah, melukis di atas batu, mewarnai daun dan ranting, mencampur warna, body painting, face painting, dan masih banyak lagi. Yang penting, sesuaikan jenis catnya agar tidak terjadi iritasi dan mendapatkan hasil sesuai harapan. 


  9. Masak-masakan

    Jika tadi anak diajak untuk membuat makanan yang bisa dimakan, masak-masakan kali ini menyerupai kegiatan generasi dahulu: menggunakan tanah, batu, daun, bunga, apapun yang ditemukan anak di alam bebas.

    Dalam kegiatan kotor-kotoran ini, anak bermain menggunakan imajinasinya untuk membuat apa yang mereka suka. Biasanya, anak perempuan lebih fasih melakukannya dan dilakukan dengan teman sepermainan. Jika tidak, temani anak melakukannya. Namun, hindari terlalu banyak memberi instruksi karena salah satu ciri messy play adalah kegiatannya yang tidak terstruktur. 


  10. Membuat kolase dengan lem colek

    Mengapa lem colek? Karena banyak kecenderungan anak generasi sekarang merasa jijik menggunakan jarinya untuk mengoleskan lem. Hal ini karena anak terbiasa menggunakan lem stik. Untuk mengurangi perasaan tidak nyaman tersebut, ibu bisa mulai menyediakan lem colek.

    Untuk jenis benda yang ditempel saat kolase, anak bisa memilih guntingan kertas, biji-bijian, daun kering, kapas, bahkan tutup botol. Lem putih adalah salah satu contoh yang biasa digunakan karena kuat dan tidak berbau.

    Dengan material ini pun, anak bisa mencoba membuat slime sendiri. Menggunakan lem sangat baik untuk pengenalan tekstur untuk batita, namun jangan lupa awasi anak saat bermain agar tidak tertelan. 


Jika sudah selesai bermain, jangan lupa untuk mengajak anak membersihkan diri dan area bermainnya ya Bu. Tetap tanamkan pelajaran kebersihan dan tanggung jawab saat anak bermain, agar di kemudian hari anak sudah terampil membersihkan sendiri tempat bermainnya.  

(Menur)