Balita

8 Tips Merawat Anak dengan Jarak Usia Dekat

8 Tips Merawat Anak dengan Jarak Usia Dekat

Merawat anak adalah salah satu momen yang cukup menantang, berapapun anak yang Ibu dan Ayah miliki. Anak pertama, anak kedua, ketiga, atau bahkan anak kembar. Tentu saja kita semua tahu bahwa menjadi orang tua dan merawat anak tak ada sekolahnya, semua dilakukan secara naluriah sambil terus belajar melalui membaca buku, sharing, maupun mengikuti kelas-kelas parenting. Meski cukup menantang, namun tidak sedikit pasangan yang ingin memiliki banyak anak. Ada yang sengaja merencanakannya dan memberi jarak antara si kakak dan si adik, namun ada juga yang langsung ingin memiliki momongan dengan jarak usia berdekatan. 

Salah satu hal yang terlintas mungkin bayangan jika satu anak menangis, kemudian disusul oleh anak lainnya yang menangis sama kerasnya. Ada juga kekhawatiran soal bagaimana mengatur keuangan keluarga, bagaimana membagi waktu antara pekerjaan dan urusan rumah tangga, hingga bagaimana nantinya Ayah dan Ibu bisa memiliki waktu berduaan? 

Jangan keburu ngeri membayangkan memiliki anak dengan jarak usia yang berdekatan. Apalagi bila ternyata si kakak masih dalam kategori balita dan Ibu serta Ayah akan segera memiliki bayi lagi. 

Berikut ini ada seorang Ibu bernama Colleen Temple yang membagi kisah serunya melalui website mother.ly tentang merawat anak dengan rentang usia yang berdekatan, ia berpendapat bahwa ini adalah hal yang menyenangkan dan Ibu juga harus mulai mengambil manfaat dari situasi ini. 

  • Anak-anak dengan rentang usia berdekatan punya ikatan yang kuat dan akan tumbuh menjadi sahabat satu dengan lainya.

  • Mereka juga memiliki jadwal-jadwal yang hampir sama, mulai dari bangun tidur, sarapan, hingga bermain.

  • Karena jarak anak pertama dan kedua dekat, maka Ibu akan terhindar dari jetlag saat merawat anak. Jadi, Ibu masih dapat dengan lihai beradaptasi dengan waktu (apalagi saat harus bergadang menyusui anak).

  • Kebanyakan anak dengan jarak usia berdekatan punya hobi yang sama. Merawat anak pun menjadi lebih menyenangkan.

  • Senangnya punya anak dengan jarak dekat adalah kita sebagai Ibu merasa penuh dengan cinta dan kasih sayang. Selain itu, dengan adanya anak-anak di sekitarmu, Ibu akan menjadi lebih percaya diri.

Meski ada banyak hal indah lainnya saat merawat anak dengan usia berdekatan, namun ada banyak hal tak terduga juga yang dapat seketika Ibu rasakan saat merawat mereka. Berikut ini di antaranya :

  • Anak dengan jarak berdekatan tak hanya memiliki ikatan yang erat, namun juga berpotensi memiliki konflik kakak-adik (Sibling rivalry).

  • Ibu bisa menjadi sangat lelah saat merawat anak. Satu anak menangis, yang lain bisa menangis sama kerasnya atau bahkan lebih keras. Rasanya kegiatan yang Ibu lakukan seperti tak ada habisnya.

  • Merawat anak dengan usia yang cukup dekat juga harus memperhatikan rencana biaya untuknya kelak, misalnya biaya sekolah dengan kemungkinan anak masuk bersamaan, asuransi kesehatan, biaya perawatan anak, dan sebagainya.

  • Kurangnya waktu sendiri bagi orang tua, terutama Ibu yang akan menimbulkan pasang surut emosi hingga emosi yang mungkin tak terkendali.

Kelebihan dan kekurangan merawat anak usia dekat di atas hanya beberapa saja ya Bu, masih banyak lagi kemungkinan yang akan terjadi. Namun, tak ada salahnya bila Ibu dan keluarga tetap ingin memiliki anak dengan usia dekat. Selain beberapa hal di atas, ada delapan tips tentang merawat anak lebih dari satu dengan jarak usia yang berdekatan, dilansir melalui situs nct.org.uk :

  1. Saat lelah, istirahatlah

    Jangan lupa bahwa merawat anak membutuhkan kewarasan dan kesehatan ya, Bu. Oleh karenanya, sangat disarankan Ibu tetap memiliki waktu istirahat saat merasa beban Ibu terasa berat. Dengan dua bayi dan balita yang ada dalam pengasuhanmu, biasanya rasa lelah akan lebih sering dirasakan Ibu, tak hanya raga namun juga jiwa. Jiwa raga yang lelah akan menimbulkan lebih banyak masalah seperti mood Ibu yang tak beraturan, hubungan Ibu dan Ayah yang sedikit memudar, bahkan bila tidak diatasi akan membuat Ibu tidak fokus dalam merawat anak. 

    Luangkan waktu sebisa mungkin meski hanya untuk menyeruput secangkir teh hangat, menonton drama kesukaan Ibu, atau Ibu bisa menitipkan anak-anak sebentar ke kakek-neneknya supaya Ibu dan Ayah punya waktu berdua meski hanya sekedar pergi berbelanja bulanan. 

  2. Jangan ragu untuk meminta bantuan

    Ada kalanya di mana Ibu seperti tak sanggup lagi menjalani hari ketika semuanya seperti begitu rumit dan melelahkan saat merawat anak. Tak ada salahnya kok, Bu, untuk meminta bantuan. Misalnya pada pekerjaan rumah yang sangat menumpuk, Ibu bisa mulai berbicara pada Ayah untuk saling berbagi tugas rumah, atau Ayah bisa menjaga si kecil dulu sementara Ibu mengerjakan pekerjaan rumah yang sempat tertunda.

    Si kecil yang sudah menginjak usia balita juga bisa dititipkan ke sanak keluarga terdekat, atau bila ada anggota keluarga lain yang ingin berkunjung dan bermain bersama si kecil, maka ini saatnya Ibu bisa memfokuskan diri sejenak kepada bayi Ibu yang baru saja lahir.

    Bahkan, tak ada salahnya jika Ibu bantuan ahli karena merasa sangat tertekan atau depresi. 

  3. Siapkan snack atau mainan untuk si kecil

    Agar balita Ibu tetap dalam pengawasan, Ibu bisa mengatasinya dengan memberinya mainan puzzle atau mainan apa saja yang akan membuatnya sibuk namun tetap berada di dekat Ibu meski Ibu sedang menyusui sang adik. Atau Ibu bisa memberi sang kakak cemilan sehat sambil membacakan buku cerita ringan untuknya sementara Ibu menggendong sang adik. 

  4. Libatkan balita Ibu bila diperlukan

    Balita biasanya ada yang senang memiliki adik ada juga yang tidak terlalu senang. Bila balita Ibu senang memiliki adik, Ibu dapat mengajak anak terlibat dalam pekerjaan rumah yang ringan seperti mengambilkan keperluan sang adik (popok, tisu basah, dll). Ibu juga dapat meminta sang kakak untuk ikut memilih baju apa yang akan dikenakan adiknya setelah selesai mandi. Hal ini juga sekaligus memenuhi kebutuhan dasar anak balita Ibu, yaitu kebutuhan untuk didengarkan pendapatnya dan ikut berperan di dalam lingkungan keluarganya.

  5. Si Kakak juga masih butuh perhatian

    Meski sang kakak seperti terlihat lebih dewasa dan mandiri, namun ia juga masih balita dan masih butuh bimbingan Ibu dan Ayah. Jangan lupakan keberadaannya dan libatkan ia pada hal-hal seru yang berkaitan dengan adiknya. Selain akan menumbuhkan kepercayaan bahwa ia juga berharga, ini juga akan mencegah adanya sibling rivarly dan kecemburuan antara kakak-adik.

  6. Buat anak balita Ibu merasa berharga dengan tetap memperhatikannya

    Balita Ibu masih belajar tentang suasana baru sesaat setelah adiknya lahir. Ajarkan padanya tentang peran menjadi kakak supaya ia merasa lebih berharga dan tetap menjadi anak tertua yang disayangi meski sudah memiliki adik. Bila banyak tamu atau keluarga berkunjung untuk menengok bayi baru Ibu, maka Ibu bisa menyuruh mereka untuk banyak bermain dengan sang kakak dan memberinya banyak perhatian. Selain dapat membuat sang kakak merasa berharga, Ibu juga bisa beristirahat sejenak.

  7. Seimbangkan antara kenyataan dan harapan

    Tak apa Bu bila semua berjalan tak sesuai daftar yang Ibu buat. Jalani saja kenyataannya bahwa sang kakak belum bisa latihan buang air kecil ke kamar mandi dan masih menggunakan popok meski usianya sudah 2 tahun. Ini mungkin terjadi bila Ibu juga sedang sibuk merawat anak lainnya.

  8. Nikmati peran yang sedang Ibu jalani

    Yang terpenting dari semuanya adalah Ibu menikmati peran yang dipercayakan pada Ibu saat ini. Merawat anak lebih dari satu bisa saja membuatmu kelelahan dan frustasi, namun bila Ibu menikmatinya, maka segala kelelahan ini akan terbayarkan. Bayangkan hal-hal yang indah meski tantangan dan kesulitan di depan mata. Bukankah begitu menyenangkan saat melihat mereka akur, tertidur pulas, dan melahap habis makanan yang Ibu buatkan?

Selamat mencoba tips-tips di atas ya, Bu!

Penulis: Luciana
Editor: Dwi Ratih