Balita

Good Girl Syndrome Ternyata Bisa Berbahaya, Kenapa?

Good Girl Syndrome Ternyata Bisa Berbahaya, Kenapa?

Good Girl Syndrome secara sederhana dapat diartikan sebagai sikap seorang anak yang takut mengecewakan orang lain. 

Dinamakan demikian sebab sindrom ini memang lebih sering terjadi pada anak perempuan. Salah satu dasar pemicunya adalah persoalan bias gender 

Hampir di seluruh penjuru dunia, anak perempuan dituntut untuk matang secara emosional lebih cepat dibandingkan dengan usianya. 

Tak jarang, sejak masih kecil bahkan anak perempuan dididik untuk menjadi sosok lemah lembut dan penurut. Padahal, pola asuh seperti inilah yang kemudian bisa memicu munculnya rasa takut berkata tidak hanya demi menyenangkan perasaan orang lain.

Dilansir dari situs Psychology Today, sebuah studi yang dilakukan oleh Stanford University melaporkan bahwa sifat-sifat yang paling diinginkan untuk menggambarkan seorang perempuan adalah penyayang, hangat, ceria, sopan, lembut, dan setia. 

Dengan kata lain, perempuan hanya akan dikatakan 'baik' jika memiliki kriteria-kriteria tersebut. Hal ini mungkin saja terdengar jauh dari kesan buruk, tapi memiliki anak dengan Good Girl Syndrome ternyata tidak selamanya baik. 

Mengapa demikian? Berikut penjelasan selengkapnya.

Bagaimana tanda seseorang mengidap Good Girl Syndrome?

Sepintas sindrom 'anak baik' ini mirip dengan karakter seorang people pleaser, yaitu orang yang ingin selalu menyenangkan orang lain. Akan tetapi, ada ciri spesifik yang menandakan seorang anak telah mengidap Good Girl Syndrome. Antara lain:

  1. Perfeksionis dan selalu ingin berprestasi.
  2. Takut mengecewakan dan membuat kesal orang lain.
  3. Selalu membantu orang, meskipun diri sendiri tidak nyaman.
  4. Menghindari konflik.
  5. Menyukai rutinitas dan cemas ketika ada perubahan.

Bagaimana dampaknya bagi anak?

Anak yang mengalami Good Girl Syndrome sering merasa kesulitan untuk menjadi diri sendiri. Hal ini dikarenakan ia selalu berusaha memenuhi ekspektasi orang-orang di sekitarnya. 

Segala sesuatu yang dirasakan, dipikirkan, maupun diimpikan bahkan tidak bisa diungkapkan karena takut mengecewakan orang lain. Di sisi lain, anak juga selalu mengorbankan diri hanya untuk memastikan segalanya berlangsung damai. 

Dengan demikian, seorang anak yang mengidap Good Girl Syndrome mudah tertekan atau mengalami depresi.

Anak dengan sindrom ini juga rentan menjadi korban bullying karena tidak memiliki pertahanan diri yang kuat. Adanya sisi diri yang takut terhadap konflik membuat anak menjadi sosok yang lemah dan mudah dimanipulasi. 

Akibatnya, jika berhadapan dengan orang tidak berempati, maka si kecil tidak ada keberanian untuk menolak.

Bagaimana cara mencegah Good Girl Syndrome?

Ibu, kondisi anak dengan sindrom yang satu ini cukup sulit dideteksi sejak dini. Bahkan biasanya anak atau orang tua tidak menyadari adanya Good Girl Syndrome. Akan tetapi, sindrom ini bisa dicegah dengan langkah-langkah berikut:

  1. Melatih anak untuk berani mengungkapkan isi hatinya.
  2. Mendengarkan segala curahan hati anak, termasuk hal-hal sepele yang dikatakan.
  3. Memberi kesempatan pada anak untuk berpendapat dan menghargai pendapatnya.
  4. Mengapresiasi segala proses belajar anak, terlepas bagaimanapun hasilnya.
  5. Tidak berkata kasar atau mengolok ketika anak melakukan kesalahan.

Lantas, faktor apa yang memicu Good Girl Syndrome?

Dilansir dari Huffington Post, faktor-faktor pemicu munculnya Good Girl Syndrome pada anak datang dari lingkungan terdekatnya, termasuk orang tua. Coba ingat kembali apakah Ibu pernah menasehati si kecil untuk menjadi anak yang baik? 

Hal ini ternyata bisa menjadi pemicu utama sindrom 'anak baik'. Pasalnya, hanya dengan menerima nasehat tersebut secara terus menerus si kecil akan merasa dirinya kurang baik, sehingga berusaha memenuhi ekspektasi Ibu agar menjadi anak yang baik.

Pada dasarnya nasehat tersebut bukan sesuatu yang salah. Akan tetapi, ketika si kecil mulai mengabaikan keinginannya demi mewujudkan keinginan orang lain, inilah yang kemudian membentuk kondisi Good Girl Syndrome. 

Terlebih ketika si kecil mulai merasa takut berkata tidak, sebagai orang tua sebaiknya Ibu dan Ayah mulai waspada munculnya sindrom 'anak baik'. Jika tidak segera diatasi, kondisi ini membuat anak lebih tertutup dan memendam emosi yang sebenarnya ia rasakan. Sebagai akibat si kecil bisa mengalami burnout atau bahkan depresi.

Jika sudah telanjur, apa yang harus dilakukan?

Pertanyaannya, apa yang harus Ibu lakukan jika si kecil terlanjur mengidap Good Girl Syndrome? Untuk mengatasi kondisi sindrom yang terlanjur melekat mungkin cukup rumit, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. 

Ibu bisa mulai mendekati si kecil dan mengajaknya untuk berdamai dengan diri sendiri. Katakan pada si kecil bahwa bukan tugasnya untuk membahagiakan semua orang. Jangan lupa, ajak si kecil untuk belajar memaafkan diri sendiri ketika mengalami kegagalan.

Nah, jika si kecil sudah terlanjur tumbuh besar dengan kondisi Good Girl Syndrome mungkin karakternya sudah terlanjur terbentuk menjadi orang yang takut menerima penolakan. 

Dengan begitu, Ibu perlu lebih bersabar menghadapinya. Jika dibutuhkan, Ibu bisa berkonsultasi dengan psikolog untuk mendapat penanganan yang tepat.

Memiliki anak yang bersikap baik, sopan, dan penurut mungkin keinginan setiap orang tua. Namun, jangan sampai hal ini membuat si kecil terpaksa berbuat baik dan mengesampingkan isi hati serta pikirannya sendiri. 

Berikan kesempatan si kecil untuk mengaktualisasi dirinya. Hargai setiap pendapat dan keputusannya. Dengan demikian, si kecil bisa memiliki ketahanan diri yang baik.

Jadi, apakah si kecil memiliki tanda-tanda Good Girl Syndrome? Semoga Ayah dan Ibu bisa mengenali si kecil dengan baik sehingga terhindar dari sindrom yang satu ini.

Editor: Dwi Ratih