Keluarga

Awas! Salah Mendidik Anak Perempuan, Masa Depan Jadi Taruhan

Awas! Salah Mendidik Anak Perempuan, Masa Depan Jadi Taruhan

Pernahkah terlintas di benak kita, apakah mendidik anak laki-laki dan perempuan harus berbeda? Lantas, bagaimana orang tua seharusnya mendidik anak perempuan?

Sebagai perempuan yang dulu juga pernah menjadi anak-anak, Ibu juga pasti sering mendengar banyak sekali aturan dan norma masyarakat yang rasanya seperti mengekang anak perempuan.

Dengan dalih bahwa aturan dan norma masyarakat tersebut dibuat untuk melindungi mereka, banyak orang tua mendidik anak perempuannya menjadi pasif dan berujung membatasi potensi positif mereka.

Pentingnya Mendidik Anak Perempuan Setara dengan Mendidik Anak Laki-Laki


Melansir dari laman Parents, perlakuan berbeda dan merugikan dalam mendidik anak ini ternyata berdampak besar pada mereka ketika dewasa dan memasuki dunia sekolah bahkan dalam pekerjaan. 

Anak-anak perempuan yang dituntut untuk patuh pada aturan dan norma sosial cenderung berbicara dengan keragu-raguan dan tidak sepenuhnya yakin pada pendapatnya sendiri. Ini dikarenakan mereka tidak dididik untuk memiliki kepercayaan diri dan selalu menuruti perintah yang didiktekan kepada mereka.

Padahal bila diberi kesempatan dan bekal yang sama baiknya dengan anak laki-laki, anak perempuan juga bisa mengembangkan potensinya, menjadi individu yang mandiri, juga bisa memberikan kontribusi atau manfaat pada sekitarnya.

Tak hanya itu, memberikan akses yang sama terhadap ilmu pengetahuan, kebebasan berpendapat dan mengembangkan kemampuan anak perempuan juga akan membuat anak memiliki kesempatan yang sama dalam kariernya, hidup dengan lebih layak, dan terhindar dari risiko menjadi korban bullying dan kejahatan seksual.

Hal Yang Harus Dihindari dalam Mendidik Anak Perempuan

Untuk menghindari dampak buruk dalam mendidik anak perempuan seperti yang disebutkan di atas, berikut beberapa hal yang harus dihindari orang tua:

1.  Menuntut anak untuk memendam keinginan dan pendapat


Budaya yang memosisikan perempuan menjadi lemah dalam berbagai aspek masyarakat ini disebut budaya patriarki. Selain membuat anak perempuan jadi serba terbatas, budaya ini juga secara langsung merugikan anak laki-laki lho.

Biasanya anak perempuan diajarkan untuk selalu patuh, tunduk, dan sering didesak untuk mengerjakan semua urusan domestik.

Sehingga, anak perempuan jadi tidak terbiasa terlatih dalam berpikir kritis, sering meragukan diri sendiri, selalu merasa posisinya lebih inferior daripada laki-laki, bahkan bukan tidak mungkin mereka merasa kepentingannya tidak lebih krusial daripada kepentingan orang lain.

2. Menganggap anak perempuan lemah dan rapuh


Mungkin sampai dewasa kita sering mendengar, pekerjaan berat yang menuntut aktivitas fisik seperti mengangkat alat berat, keluar rumah untuk bekerja hingga malam, menyetir mobil, membetulkan genteng, dan sebagainya itu, diserahkan pada laki-laki. Perempuan lebih cenderung diarahkan untuk mengerjakan urusan rumah tangga atau pengasuhan.

Ini bukannya salah sama sekali. Sebagian perempuan memang mengalami kerja reproduksi seperti menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui  yang berat buat mereka. Namun bukan berarti ini menghalangi mereka untuk mengerjakan pekerjaan berat lainnya bila mereka mampu dengan caranya sendiri. Misalnya, mengangkat galon menggunakan alat bantu, bekerja di luar rumah hingga malam karena harus memenuhi kebutuhan, menyetir mobil sebagai bentuk kemandirian, dan sebagainya.

3. Tidak membekali anak dengan kepercayaan diri


Tidak menanamkan kepercayaan diri saat mendidik anak perempuan juga merupakan kesalahan besar yang harus dihindari orang tua. Anak perempuan, sebagaimana anak laki-laki, perlu diajarkan untuk mengapresiasi dan menghargai diri sendiri.

Hindari menanamkan body image negative ke anak. Misalnya, "Anak cewek kulitnya harus putih bersinar, jangan kebanyakan main di luar biar gak item" atau "Kak, rambutnya dipotong pendek aja ya biar ntar kalau panjang jadi lurus, gak mlungker-mlungker lagi." Ini akan menurunkan kepercayaan diri dan membuat anak perempuan merasa perlu mencapai standar tertentu untuk dianggap layak sebagai disebut perempuan “baik”.

Alih-alih, ajarkan pada mereka tentang body image positive dan bagaimana mencintai dirinya sendiri.

4. Tidak mengajarkan soal consent (konsesual) dan otoritas tubuh


Konsensual alias persetujuan dalam banyak hal, termasuk soal otoritas tubuh, sangat penting dalam mendidik anak perempuan. Hal ini merupakan langkah krusial yang tidak boleh dilupakan oleh orang tua. Apalagi hingga saat ini, korban kejahatan seksual masih didominasi oleh perempuan.

Apakah mengajarkan consent bisa dimulai sejak anak masih kecil? Tentu saja!

Misalnya, hindari memaksa anak perempuan biar mau dicium oleh orang lain meskipun itu keluarga dekat. Konsensual/persetujuan ini bisa mencegah anak menjadi pelaku maupun korban pelecehan seksual. Selain itu, anak akan belajar menghargai keputusan orang lain dan memegang komitmen.

Tidak kalah penting, bekali si kecil dengan kemampuan self defense supaya mereka terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan saat orang tua tidak ada di sekitar mereka untuk melindungi.