Ibupedia

Kebutuhan ASI Bayi Berdasarkan Usia dan Berat Badannya

Kebutuhan ASI Bayi Berdasarkan Usia dan Berat Badannya
Kebutuhan ASI Bayi Berdasarkan Usia dan Berat Badannya

Para orangtua baru seringkali merasa khawatir jika kebutuhan ASI bayinya tidak tercukupi, terlebih bagi Ibu yang menyusui langsung bayinya. Mereka umumnya merasa kesulitan untuk mengetahui seberapa banyak ASI yang berhasil diminum bayinya saat sesi menyusu. Pun dengan Ibu yang memilih untuk memompa ASI, hasil pumping yang “irit” juga kerap membuat mereka galau, takut kalau-kalau produksi ASInya tidak bisa mencukupi kebutuhan si kecil.

Tanda Kebutuhan ASI Bayi Sudah Tercukupi

Sebenarnya, kebutuhan ASI bayi sangat bergantung pada usia dan berat badannya, Bu. Di hari-hari pertamanya, kebutuhan ASI bayi baru lahir masih sangat sedikit. Ini karena ukuran lambungnya masih sebesar kelereng. Jadi, wajar saja jika produksi ASI Ibu di awal kelahiran masih sedikit. Nanti, seiring bertambahnya usia, kebutuhan ASI bayi pun semakin bertambah dan produksi ASI Ibu juga akan meningkat, mengikuti kebutuhan bayi. Tidak perlu galau kalau hasil pumping Ibu lebih sedikit dibanding Ibu-ibu lain di story Instagram. Ini karena ASI diproduksi berdasarkan kebutuhan bayi. Kebutuhan ASI bayi antara satu dengan yang lain bisa sangat berbeda.

Lagipula, ada tanda-tanda kecukupan ASI pada bayi yang bisa Ibu dan Ayah perhatikan. Jika tanda-tanda ini dialami bayi, maka bisa dipastikan ia sudah mendapatkan cukup ASI. Karena sebetulnya yang terpenting itu adalah ASI yang cukup, bukan ASI yang melimpah. Nah, apa saja sih tanda-tanda bayi cukup ASI?

1. Posisi menyusunya baik

Salah satu cara mengetahui kebutuhan ASI bayi sudah tercukupi, adalah dengan memperhatikan cara atau posisinya menyusu. Bayi yang melekat dengan sempurna di payudara, memasukkan puting beserta areola ke dalam mulutnya, terlihat mengenyot dengan baik, serta mampu menelan ASI dengan sempurna, bisa jadi pertanda kalau ia sudah cukup ASI. Bayi yang posisi menyusunya sudah baik akan tampak menyedot seperti layaknya orang dewasa; dengan gerakan melambat dan tarikan yang dalam, serta terdengar suara menelan.

2. Bayi tampak puas dan tenang setelah menyusu

Jika si kecil tampak puas dan cukup makan setelah sesi menyusui, kemungkinan besar kebutuhan ASInya tercukupi. Sebaliknya, bayi yang tampak sangat lesu, atau sebaliknya, yang terus-menerus berteriak tanda lapar, kemungkinan tidak mendapat cukup ASI. Namun menurut Susan Burger, seorang konsultan laktasi seperti dilansir dari laman Parents, perlu diperhatikan juga, jika durasi menyusu bayi berlangsung lebih dari satu jam, atau seringkali ia terus ingin menyusu dengan selisih waktu menyusu kurang dari satu jam, mungkin saja ada masalah dengan kemampuannya menyusu.

3. Popoknya cepat penuh

Bayi yang cukup ASI juga akan lebih sering pipis. Inilah yang menyebabkan Ibu akan sering mengganti popoknya, terutama ketika ia sudah berusia lebih dari seminggu. Bayi yang baru lahir hanya akan minum kolostrum, membuat pipisnya juga masih jarang-jarang. Di seminggu pertama kehidupannya, bayi hanya akan buang air kecil 1-2 kali dalam sehari. Namun, di hari ke-5, atau ketika ia sudah mendapatkan ASI secara teratur, frekuensi pipisnya jadi 6-8 kali sehari, dengan rata-rata ganti popok minimal 3 kali.

4. Berat badannya bertambah sesuai kurva

Di hari-hari pertama kehidupannya, biasanya berat badan bayi berkurang 10 persen dari berat lahir. Hal ini sangat normal terjadi. Pada hari ke-10, jika ia terus mendapat ASI yang cukup, berat badannya akan kembali ke berat lahir, dan pertumbuhannya akan naik secara signifikan. Jika berat badan si kecil bertambah sesuai kurva pertumbuhannya, bisa dipastikan kalau kebutuhan ASI bayi sudah tercukupi.

Kebutuhan ASI Bayi Berdasarkan Ukuran Lambungnya

Tidak sedikit Ibu-ibu yang galau saat payudaranya hanya mengeluarkan ASI beberapa tetes di awal-awal kelahiran. Kekhawatiran ini seringkali berujung pada kendornya semangat mengASIhi si bayi. Belum lagi ditambah sugesti dari luar yang mengatakan ASI Ibu sedikit, yang ujung-ujungnya menyarankan untuk bayinya diberi susu tambahan saja. Padahal, ASI sedikit di hari-hari pertama setelah melahirkan itu menjadi sesuatu yang sangat wajar. Satu atau dua hari pertama si kecil lahir, ia hanya membutuhkan beberapa tetes ASI saja. Saat itu, ASI masih berupa kolostrum, yakni cairan kuning kental yang sangat bermanfaat untuk bayi baru lahir. Kolostrum dapat membentuk “benteng pertahanan” di lambung bayi sehingga risiko ia terkena penyakit lebih rendah. Jadi, meski produksi ASI cuma sedikit, beberapa tetes pun bisa jadi sangat berharga bagi si kecil.

Di samping itu, ukuran lambung bayi pun masih kecil, Bu. Ia belum bisa minum terlalu banyak. Karena produksi ASI tergantung demand (permintaan), maka ketika demand-nya masih sedikit, wajar kalau produksi ASI juga masih sedikit. Nah, agar lebih jelas, yuk ketahui perkembangan ukuran lambung bayi dan kebutuhan ASI bayi baru lahir!

1. Bayi usia 1 hari: ukuran lambung masih sebesar kelereng

Kebutuhan ASI bayi baru lahir masih sangat sedikit. Ini karena ukuran lambungnya yang masih sangat kecil. Lambung bayi yang berusia 1 hari masih sebesar kelereng atau buah ceri. Seperti dilansir dari laman Medela, bayi di usia ini hanya membutuhkan 5 hingga 7 ml, atau kira-kira 1 sendok teh saja setiap kali minum. Makanya, wajar kalau lambungnya pun juga cepat kosong. Inilah yang membuatnya sering merasa kelaparan sehingga membuat Ibu harus menyusui antara 8 hingga 12 kali sehari.

2. Bayi usia 3 hari: ukuran lambung masih sebesar kacang kenari

Memasuki usia 3 hari, lambung bayi mulai tumbuh lebih besar, namun ukurannya masih sebesar kacang kenari. Bayi di usia ini membutuhkan kira-kira 22 sampai 27 ml ASI setiap sesi menyusunya. Ini kurang lebih setara dengan 3 sampai 4 sendok makan. Frekuensi minumnya masih sama, yakni antara 8 sampai 12 kali dalam satu hari.

3. Bayi usia 1 minggu: ukuran lambung masih sebesar buah aprikot

Menginjak usia 1 minggu, ukuran lambung bayi mulai sama dengan ukuran buah aprikot. Di usia ini, kebutuhan ASI bayi mencapai 40 sampai 60 ml dalam sekali sesi menyusu. Ia juga masih sering bangun malam karena kelaparan. Frekuensi menyusunya masih sama, antara 8 hingga 12 kali dalam sehari. Jadi, jangan kaget kalau Ibu masih harus terjaga di malam hari untuk menyusui ya!

4. Bayi usia 2 minggu: ukuran lambung mencapai ukuran satu buah telur

Mencapai usia 2 minggu, lambung bayi sudah mulai membesar. Kali ini ukurannya kurang lebih sama dengan satu butir telur. Di usia ini, kebutuhan ASI bayi tentunya bertambah, yakni menjadi 80 sampai 150 ml dengan frekuensi menyusu yang juga sama. Ukuran lambung sebesar telur ini bertahan sampai usianya mencapai satu bulan. Sebagai perbandingan, ukuran lambung orang dewasa itu sebesar jeruk bali dan dapat menampung sekitar 30 ons (1.000 ml) makanan. Jadi bisa dibayangkan kan, Bu, ukuran lambung bayi itu masih sekecil apa?

Tabel Kebutuhan ASI Bayi Berdasarkan Usia

Selain bisa dilihat dari ukuran lambung, kebutuhan ASI bayi juga bisa dilihat berdasarkan usianya. Kebutuhan ASI bayi baru lahir bisa berubah hanya dalam hitungan hari saja. Kebutuhan ASI ini terus meningkat hingga usianya mencapai 9 atau 10 bulan, atau ketika ia sudah mulai diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI (MPASI). Berikut kebutuhan ASI bayi dilihat dari usianya.

1. Bayi usia 1 hari

Bayi yang baru lahir baru membutuhkan ASI sebanyak 5 hingga 7 ml saja. Seperti yang sudah dibahas di atas, ukuran lambung bayi usia 1 hari masih sebesar kelereng. Jadi hanya dengan kurang lebih satu sendok teh ASI, ia sudah bisa kenyang. Tapi karena perutnya masih kecil, ia juga jadi lebih mudah lapar. Makanya, Ibu yang baru melahirkan perlu menyusui bayinya 8-12 kali dalam sehari.

2. Bayi usia 3-5 hari

Kebutuhan ASI bayi di usia ini mulai meningkat jadi 22-27 ml per sesi menyusui. Di usia ini, ia juga masih harus disusui setiap dua atau tiga jam sekali. Namun jika ia sudah menunjukkan tanda-tanda lapar sebelum tiba sesi menyusu berikutnya, Ibu tetap perlu memberikan ASI sesuai kebutuhannya. Di antara tanda lapar pada bayi seperti mengikuti arah sentuhan di dekat mulut, memasukkan tangan ke mulut, terlihat gelisah, atau bahkan menangis.

3. Bayi usia 10-14 hari

Memasuki usia 10 hari, kebutuhan ASI bayi meningkat kurang lebih 3 kali lipat, menjadi antara 60 sampai 85 ml setiap sesi menyusui. Karena ukuran lambungnya juga masih kecil, ia juga masih sering lapar.

4. Bayi usia 1-4 bulan

Sebelum usianya mencapai 6 bulan, bayi masih sangat bergantung pada ASI Ibu. Perkiraan kebutuhan ASI bayi di usia 1 hingga 4 bulan berkisar antara 120 sampai 180 ml setiap sesi menyusu. Frekuensi menyusunya juga sedikit berkurang dibanding saat masih newborn, yakni 3-4 jam sekali. Sebelum bayi berusia 3 bulan, di mana rata-rata Ibu bekerja sudah mulai masuk kantor lagi karena cuti melahirkan sudah habis, Ibu perlu mempersiapkan stok ASI perah untuk diminum bayi saat Ibu belum pulang.

5. Bayi usia 5-6 bulan

Di usia ini, bayi biasanya sudah mulai diperkenalkan dengan MPASI. Kebanyakan Ibu mungkin sudah mulai bisa bernapas lega karena sudah tidak perlu bangun malam sesering dulu. Bayi usia 5 hingga 6 bulan membutuhkan maksimal 240 ml ASI setiap sesi menyusu. Frekuensi menyusunya juga sudah sedikit berkurang menjadi setiap 4 sampai 5 jam sekali. Ibu sebaiknya tidak memberikan bayi ASI di waktu-waktu mendekati jam makannya, supaya bayi tidak kenyang duluan dan jadi menolak makan, ya.

6. Bayi usia 7-9 bulan

Saat usianya mencapai 7 bulan, kebutuhan ASI bayi sudah semakin menurun lagi. Biasanya mereka hanya membutuhkan 600 ml ASI per harinya. Di usia 7-9 bulan, bayi sudah semakin pintar makan. Selain diberi makan berat, Ibu juga perlu memberinya snack di antara waktu makannya.

7. Bayi usia 10-12 bulan

Bayi yang berusia 10 bulan biasanya sudah mulai belajar makan nasi tim. Di usia ini, kebutuhan ASI bayi juga makin menurun. Jika sebelumnya ia butuh 600 ml per harinya, di usia antara 10-12 bulan, bayi hanya butuh 400 ml ASI per hari.

8. Bayi usia 13-24 bulan

Memasuki usia 13 bulan, bayi biasanya mulai ikut makan makanan keluarga. Referensi makanannya pun juga semakin beragam. Selain itu, ia juga sudah boleh minum susu sapi seperti susu UHT. Nah, di usia 13 bulan hingga nanti tiba waktunya menyapih, kebutuhan ASI bayi menjadi hanya 350 sampai 400 ml per hari. Di usia ini, biasanya bayi hanya menyusu di malam hari saja, atau saat akan tidur malam.

Kebutuhan ASI Bayi Berdasarkan Berat Badan

Selain dari ukuran lambung dan usia, sebenarnya kebutuhan ASI bayi juga bisa dilihat dari berat badan juga lo, Bu. Berikut tabel kebutuhan ASI bayi per hari, seperti yang dikutip dari laman Better Doctor.

  • Bayi dengan berat 2 kg: 313 ml;
  • Bayi dengan berat 2,5 kg: 391 ml;
  • Bayi dengan berat 3 kg: 469 ml;
  • Bayi dengan berat 3,5 kg: 548 ml;
  • Bayi dengan berat 4 kg: 626 ml;
  • Bayi dengan berat 4,5 kg: 704 ml;
  • Bayi dengan berat 5 kg: 782 ml;
  • Bayi dengan berat 5,5 kg: 861 ml;
  • Bayi dengan berat 6 kg: 939 ml; dan
  • Bayi dengan berat 6,5 kg: 1000 ml.

Menghitung Kebutuhan ASI bayi Menggunakan Rumus

Supaya lebih akurat lagi, Ibu juga bisa lo menghitung kebutuhan ASI bayi menggunakan rumus. Wah, gimana ya caranya?

1. Ketahui berat badan bayi, lalu ubah ke satuan ons

Misalnya, jika si kecil memiliki berat badan 3 kg, kalikan angka 3 itu dengan 35,2 ( karena 1 kilogram sama dengan 35,2 ons), yang mana hasilnya adalah 105,6 ons.

2. Bagi hasilnya dengan 6

Setelah mengubah berat bayi ke satuan ons, bagilah hasilnya dengan 6. Dengan contoh di atas, berarti Ibu perlu membagi 105,6 ons dengan 6, yang mana hasilnya adalah 17,6 ons. Ini artinya, bayi Ibu perlu 17,6 ons ASI per hari. Jika ingin mengubahnya ke satuan mililiter, kalikan 17,6 dengan angka 30 (1 ons sama dengan 30 ml), maka hasilnya menjadi 528 ml. Inilah jumlah ASI yang harus diminum bayi dengan berat badan 3 kg per harinya.

Bila ingin mengetahui kebutuhan ASI bayi per sesi menyusu, Ibu bisa bagi hasilnya itu dengan 8 (atau berapa kali bayi harus menyusu setiap harinya). Kalau masih newborn, biasanya ia perlu menyusu 8-12 kali dalam sehari. Dengan contoh di atas, bagi angka 528 dengan 8, yang mana hasilnya adalah 66 ml. Berarti, si kecil perlu ASI 66 ml di setiap sesi menyusunya.

Penulis: Darin Rania
Editor: Dwi Ratih