Balita

Musim Hujan Tiba! Kenali Fase Demam Berdarah Pada Anak

Musim Hujan Tiba! Kenali Fase Demam Berdarah Pada Anak

Beberapa bulan belakangan, kasus demam berdarah pada anak kembali meningkat. Disusul pada awal bulan September ini sebagian wilayah Indonesia akan memasuki musim hujan.

Demam berdarah dengue atau DBD memang menjadi penyakit ‘langganan’ yang selalu muncul tiap musim hujan. Apalagi di cuaca yang lembab dan iklim tropis seperti di Indonesia, menjadi suhu yang tepat buat nyamuk Aedes Aegypti untuk berkembang biak.

Secara keseluruhan DBD bisa menyerang siapa saja, tak terkecuali anak-anak. Untuk itu, penyakit ini perlu dicegah dengan berbagai cara. Karena pada beberapa kasus, DBD bisa saja mengancam nyawa anak. 

Hal ini disebabkan oleh jumlah trombosit dalam darah anak yang mengalami penurunan drastis. Untuk itu, orang tua perlu mengetahui lebih banyak mengenai bagaimana gejala dan cara mengobati demam berdarah pada anak yang tepat. 

Kenali fase demam berdarah pada anak

Ternyata fase demam berdarah pada anak nggak selalu muncul ruam kemerahan, lho Bu! Bahkan fase demam berdarah pada anak juga tidak berbeda dengan fase demam pada orang dewasa.

Namun, dikutip dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) demam berdarah dengue memiliki 3 fase demam yakni:

1. Fase demam tinggi

Biasanya, demam yang muncul terjadi secara mendadak dengan suhu antara 38-40 derajat Celcius. Demam juga disertai dengan gejala lain seperti:

  • Sakit kepala.
  • Nyeri otot seluruh badan.
  • Nyeri sendi.
  • Muncul ruam kemerahan pada kulit, biasanya muncul di area wajah (flushing).
  • Anak jadi tidak nafsu makan.
  • Muncul gangguan pencernaan seperti mual, dan muntah.
  • Terjadi penurunan trombosit atau sel darah putih. Biasanya kondisi ini akan diketahui melalui pengambilan sampel darah. Namun, Ibu tak perlu khawatir karena penurunan trombosit ini sangat normal terjadi saat mengalami demam berdarah pada anak.

Fase demam berdarah tahap pertama ini sebenarnya akan membuat kita sulit membedakan apakah demam ini termasuk dengue berat atau sedang. Tapi, fase ini biasanya akan berlangsung selama 2–7 hari. Dalam fase ini, Ibu perlu segera membawa si kecil ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

2. Fase kritis 

Fase kritis biasanya terjadi pada hari ke 4–6 sejak anak terkonfirmasi demam berdarah oleh dokter. Pada fase ini terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler, kondisi ini mengakibatkan munculnya perembesan plasma (plasma leakage), sehingga darah menjadi kental.

Fase kritis ini perlu menjadi perhatian penting. Sebab, dalam fase ini apabila anak tidak segera mendapat cukup cairan atau transfusi darah jika diperlukan, maka dapat menyebabkan syok hingga kematian. Fase kritis demam berdarah pada anak biasanya akan menimbulkan gejala lain seperti:

  • Muntah yang terjadi secara terus menerus.
  • Anak mengeluhkan nyeri perut.
  • Terjadi pendarahan pada kulit, mimisan, gusi hingga BAB berdarah dan muntah darah.
  • Badan anak terasa dingin hingga ke ujung kaki.
  • Anak tampak lemas hingga terjadi penurunan kesadaran.
  • Jumlah trombosit makin turun dan tidak akan tanda kenaikan sama sekali

Biasanya fase ini akan terjadi pada saat suhu tubuh mulai mengalami penurunan, sampai kira-kira akan mendekati batas normal (defervescence). Akan tetapi, fase kritis ini justru sering menyebabkan anak terlambat ditangani oleh dokter. Karena orang tua terlanjur menganggap turunnya demam menjadi tanda bahwa anak sudah masuk tahap penyembuhan.

 3. Fase pemulihan 

Fase pemulihan demam berdarah pada anak akan berlangsung dalam waktu 48–72 jam. Biasanya akan ditandai dengan perbaikan fungsi tubuh, nafsu makan yang mulai pulih, anak tampak lebih ceria, urin dan fesesnya normal atau bahkan lebih banyak dari biasanya. 

Pada fase pemulihan demam berdarah pada anak ini, biasanya trombosit akan kembali naik disertai dengan perbaikan fungsi tubuh lainnya. Nah, setelah mengetahui fase demam berdarah pada anak yang sudah disebutkan diatas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa jika digambar dalam grafik, demam berdarah pada anak memiliki siklus pelana kuda atau siklus tapal kuda. 

Cara mengobati demam berdarah pada anak

Sampai saat ini, para ahli masih belum menemukan adanya vaksinasi khusus untuk untuk penyakit demam berdarah pada anak. Namun, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) imunisasi dengue untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, mungkin direkomendasikan pada anak-anak hingga remaja berusia 9-16 tahun sebanyak 3 kali, dengan jarak pemberiannya tiap 6 bulan.

Terutama pada anak-anak yang tinggal di wilayah endemik nyamuk Aedes Aegypti dan beriklim tropis layaknya Indonesia. Imunisasi dengue ini akan mencegah infeksi dengue dan mengurangi risiko seorang anak terkena infeksi dengue yang berat.

Bagi anak-anak yang terlanjur terkena penyakit ini, dengan kondisi belum melakukan imunisasi maka melansir Kids Health para ahli menyarankan agar orang tua perlu banyak memberikan cairan untuk mencegah dehidrasi dan membiarkan anak lebih banyak istirahat. 

Pereda nyeri juga dibutuhkan untuk mengatasi keluhan yang dialami pada anak seperti sakit kepala dan nyeri sendi. Pereda nyeri dengan aspirin atau ibuprofen harus dihindari, karena dapat memicu perdarahan.

Sebagian besar kasus demam berdarah pada anak akan reda dalam satu atau dua minggu dan tidak akan menyebabkan masalah kesehatan yang berkepanjangan. Jika anak memiliki gejala penyakit yang makin parah, dalam satu atau dua hari pertama setelah demam hilang, segera bawa anak ke dokter untuk mendapatkan perawatan medis. 

Sebab, kondisi ini bisa termasuk dalam keadaan darurat medis. Untuk mengobati kasus demam berdarah pada anak yang berat, dokter akan memberikan cairan infus (IV) dan elektrolit untuk menggantikan cairan yang hilang saat muntah atau diare. 

Ketika pengobatan ini dilakukan lebih awal, hal ini akan membantu mengobati penyakit secara efektif. Pada kasus yang lebih lanjut, dokter mungkin harus melakukan transfusi darah.

Mencegah demam berdarah pada anak

Mencegah demam berdarah pada anak tidak cukup hanya dengan melakukan vaksinasi. Hal yang paling penting adalah mencegah gigitan nyamuk sebagai bagian dari perlindungan utama, seperti yang dikutip dari Mayo Clinic berikut ini:

  • Menggunakan saringan penutup pada jendela dan pintu.
  • Menggunakan pakaian tertutup dan panjang ketika pergi ke luar atau ke daerah endemik.
  • Menggunakan kelambu saat tidur.
  • Menggunakan lotion anti nyamuk.
  • Memberantas sarang nyamuk seperti; menguras bak mandi, menutup genangan air, dan mengganti air bersih pada wadah seperti ember dan vas bunga setidaknya seminggu sekali.
  • Batasi jumlah waktu anak-anak bermain di luar atau taman bermain di siang hari, terutama pada jam-jam sekitar fajar dan senja, saat nyamuk paling aktif.
  • Menjaga kebersihan rumah dengan tidak membiarkan sampah-sampah menumpuk, dan tidak menggantung pakaian. 
  • Tanaman yang lebat terkadang juga bisa menjadi sarang nyamuk, lho! Jadi, sebisa mungkin hindari menanam banyak tanaman di bulan-bulan ketika penyakit demam berdarah sedang merebak ya, Bu! 
  • Tingkatkan kekebalan tubuh anak dengan menerapkan pola makan bergizi dan bernutrisi meliputi sayur, buah dan aneka protein lainnya.