Kesehatan

Benarkah Kekebalan Tubuh Bayi Masih Lemah dan Dilarang Bepergian?

Benarkah Kekebalan Tubuh Bayi Masih Lemah dan Dilarang Bepergian?

Orang tua kita sering bilang, bahwa bayi nggak boleh keluar rumah sebelum usianya 40 hari. Pendapat tersebut nyatanya nggak sepenuhnya salah. 

Perlu Ibu ketahui, bahwa sistem kekebalan tubuh bayi baru lahir (newborn) masih amat rentan, setidaknya hingga bayi berusia dua hingga tiga bulan. 

Risiko untuk jatuh sakit menjadi lebih tinggi pada bayi yang lahir prematur, karena sistem kekebalan tubuhnya belum ‘matang’ dan tidak mendapat cukup waktu untuk menerima antibodi dari tubuh Ibu.

Untungnya, sistem kekebalan tubuh Ibu ‘terbawa’ oleh bayi, dan bisa membantu melindunginya dari paparan virus dan bakteri selama beberapa minggu pertama usia bayi, selain itu, ASI juga berperan untuk melindungi bayi dari penyakit. 

Jadi, bayi yang mendapatkan ASI, mendapatkan sistem kekebalan tubuh dari Ibu lebih lama (jika dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI). Yang paling penting, jangan lewatkan memberikan kolostrum yang amat kaya akan antibodi.

Ada beberapa virus yang mungkin mengenai bayi baru lahir, yaitu:

  • Flu perut
    Atau disebut juga gastroenteritis, bisa menyebabkan masalah yang signifikan jika mengenai bayi, lansia atau seseorang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh. Flu perut ditandai dengan diare, kram perut, demam, mual dan muntah. Beberapa cara bayi (atau Anda) tertular virus ini, misalnya melalui kontak dengan penderita atau melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Jika bayi muntah (bukan gumoh) terus selama beberapa jam, tidak buang air dalam waktu enam jam, buang air besar berdarah, diare parah atau menangis tanpa mengeluarkan air mata, maka segera bawa ke dokter.
    Warning signs lainnya adalah bayi mengantuk terus, atau bahkan tidak merespons. Untuk mencegah bayi mengalami gastroenteritis ini, pastikan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh bayi, rutin membersihkan mainan dan tempat bermain bayi serta memberikan vaksinasi rotavirus.
  • Respiratory syncytial virus
    RSV, pada sebagian orang, biasanya penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu satu atau dua minggu. Namun jika mengenai bayi, bisa berakibat serius. RSV adalah salah satu penyebab dari bronkiolitis dan pneumonia pada bayi. Gejala RSV misalnya hidung berair, nafsu makan berkurang dan batuk (jika memburuk, biasanya nafas akan berbunyi (wheezing)). Jika gejala semakin memburuk, maka anak harus segera diperiksa oleh dokter.
  • Flu
    Jangan anggap enteng, ya, menurut informasi yang tertera pada situs cdc.gov, anak-anak usia di bawah dua tahun adalah paling berisiko tinggi mengalami komplikasi dari flu, di antaranya infeksi telinga, gangguan sinus, asma, hingga pneumonia. Vaksinasi flu bisa diberikan pada bayi mulai usia enam bulan ke atas. Selain itu, Ibu hamil juga disarankan untuk melakukan vaksinasi flu untuk melindungi bayi yang baru lahir.

Upaya Mengurangi Risiko Bayi Terinfeksi Virus

Untuk mengurangi risiko anak sakit, lakukan tips berikut:

1. Membatasi membawa anak ke luar rumah

Disarankan, agar bayi dibatasi untuk berinteraksi dengan dunia luar. Maksudnya, selama enam bulan pertama, sebaiknya bayi tidak sering dibawa keluar rumah, termasuk di antaranya dijenguk. 

Sudah pasti, sulit banget untuk membatasi kunjungan keluarga dan orang terdekat, namun ada baiknya agar Ibu dan Ayah kompak berusaha tegas dalam hal ini. 

Selain membatasi, situs health.clevelandclinic.org mengatakan, siapa pun yang berinteraksi dengan bayi, harus mencuci tangan lebih dulu, karena orang tersebut mungkin saja tidak mengetahui bahwa ia sedang sakit.

2. Waspada jika terjadi demam

Pada bayi, sulit ditentukan apakah ia sakit akibat virus atau pun bakteri. Jika suhu anak mencapai 38 derajat (atau lebih), anak harus segera mendapatkan penanganan dari dokter.

3. Patuhi jadwal imunisasi anak

Apalagi di masa pandemi seperti ini, membawa anak ke dokter untuk melakukan imunisasi atau sekadar mengecek tumbuh kembangnya pun bikin para orangtua merasa khawatir. Tapi, demi kesehatan anak, imunisasi tetap wajib dilakukan sesuai jadwalnya.

Agar tidak cemas, Ibu bisa memilih klinik, rumah sakit atau lainnya, yang lebih aman. 

Sekarang ini ada rumah sakit yang membedakan ruang periksa antara anak sehat (misalnya hanya untuk imunisasi atau memantau tumbuh kembang) dan anak sakit, memilih rumah sakit dengan sistem appointment (sistem ini meminimalisir kita berdesakan dengan pengunjung lainnya), atau bahkan melakukan imunisasi di rumah.

Gangguan Kesehatan Umum pada Bayi Baru Lahir

Selain beberapa penyakit di atas, ada beberapa contoh gangguan kesehatan lainnya yang sering mengenai bayi baru lahir. Di antaranya:

1. Selesma

Atau common cold, adalah infeksi yang terjadi pada sistem pernapasan atas, yaitu hidung dan tenggorokan. Gejala umumnya yaitu beringus dan hidung tersumbat. 

Bayi, amat mungkin terkena selesma, karena selalu berada di antaranya anak yang lebih besar atau orang dewasa, selain itu juga karena sistem kekebalan tubuh bayi yang belum sempurna.

Pada bayi di atas usia tiga bulan, jika tidak parah, maka biasanya akan sembuh selama sekitar dua minggu. Namun pada bayi di bawah 3 bulan, jika ada gejala selesma, maka amat disarankan untuk segera diperiksa, untuk memastikan tidak ada penyakit yang berbahaya, terutama jika bayi demam.

Sekadar informasi, walaupun menimbulkan gejala yang mirip, namun selesma berbeda dengan flu, sehingga cara penanganannya pun berbeda.

2. Bayi kuning

Bayi kuning atau jaundice, disebabkan oleh menumpuknya bilirubin. Gejala bayi kuning ini biasanya muncul di sekitar usia bayi dua hingga hari, kemudian perlahan hilang dengan sendirinya dalam waktu dua minggu. 

Umumnya, jaundice tidak berbahaya dan tidak membutuhkan perawatan dokter, namun jika bayi nggak kunjung membaik, maka segera periksakan ke dokter.

3. Jerawat bayi

Jerawat bayi biasanya muncul di bagian dahi, pipi dan hidung. Jerawat bayi berupa bintik kemerahan, yang biasa muncul pada satu atau minggu pertama usia bayi dan akan hilang dengan sendirinya selama beberapa bulan. Ketahui perbedaan antara jerawat bayi dan milia (bintik putih).

4. Demam

Demam terjadi ketika ‘termostat’ meningkatkan temperatur tubuh di atas kadar normal. Termostat (pengatur suhu tubuh) ini ada di bagian otak yang disebut dengan hipotalamus. 

Hipotalamus ini menjaga suhu tubuh pada ukuran yang semestinya, namun terkadang juga meningkatkan suhu untuk menghadapi penyakit. Intinya, seperti ‘memanaskan untuk mematikan penyakit’.

Demam nggak selamanya berbahaya, misalnya suhu tubuh yang meningkat karena bayi menggunakan baju terlalu tebal (overdressing) atau cuaca panas. Demam pada bayi juga bisa disebabkan oleh vaksinasi. 

Tapi demam juga bisa menjadi gejala serius. Untuk bayi di bawah umur tiga bulan, jika suhu tubuhnya mencapai 38 derajat (diukur dari anus atau rectal temperature), maka harus dibawa ke dokter segera.

5. Plagiocephaly

Adalah istilah medis untuk sindrom kepala datar, atau peyang. Hal ini bisa bikin Ibu dan Ayah khawatir, terutama soal perkembangan otak anak. Kepala peyang ini dibagi menjadi beberapa tingkat keparahan, dan bisa terjadi selama dalam kandungan atau setelah lahir. 

Flat head’ ini biasanya terjadi karena bayi terlalu banyak berbaring pada sisi tertentu saja, misalnya bagian belakang kepala. Bayi yang lahir prematur atau bayi yang lama dirawat di rumah sakit lebih rentan mengalami sindrom kepala datar ini.

Walaupun tidur menyamping atau tengkurap bisa mencegah kepala bayi peyang, namun tidur telentang adalah cara teraman untuk bayi. Untuk memperbaiki kondisi ini, ubah posisi arah tidur bayi selama beberapa waktu dan memperbanyak tummy time.

Jika sistem kekebalan tubuh bayi masih rentan, apakah artinya bayi tidak boleh dibawa bepergian? Simak beberapa hal yang perlu Ibu ketahui tentang membawa bayi bepergian, mulai dari soal kesehatan hingga keamanannya.

  • Disarankan untuk membawa bayi bepergian setelah usia bayi tiga hingga enam bulan;
  • Dikarenakan sistem kekebalan tubuh pada newborn yang belum sempurna, maka tidak disarankan untuk bepergian, karena berisiko tinggi untuk tertular penyakit, misalnya di dalam pesawat;
  • Perubahan tekanan udara saat penerbangan bisa memicu telinga bayi menjadi nyeri. Untuk mengurangi ketidaknyaman ini, bisa dengan menyusui bayi, atau memakaikan empeng, misalnya saat sedang takeoff;
  • Pakaikan sumbat telinga pada bayi untuk meminimalisir bising dari mesin pesawat. Bisa dengan cotton ball atau pun headphones; 
  • Tekanan udara dalam pesawat juga bisa mengganggu pernapasan bayi;
  • Jika bepergian menggunakan mobil, sangat disarankan untuk menggunakan car seatPilihlah car seat yang sesuai dengan berat dan tinggi badan anak;
  • Untuk anak di bawah usia dua tahun, car seat seharusnya menghadap ke belakang (rear-facing). Posisi ini memberi perlindungan lebih untuk leher dan kepala anak jika terjadi kecelakaan. Sayangnya, posisi ini seringkali bikin anak merasa tidak nyaman;
  • Ketika menggunakan car seat, pastikan harness tidak longgar. Hal ini sama seperti ketika kita menggunakan seat belt;
  • Penting untuk memasang chest clip car seat pada posisi yang tepat, yaitu di bagian dada, bukan di perut; dan
  • Agar bayi merasa lebih nyaman, sebaiknya bepergian di sekitar jam tidurnya. Jadi, bayi akan tidur di mobil.

Tips Memperkuat Sistem Kekebalan Tubuh Bayi

Ada beberapa tips yang bisa Ibu terapkan untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh bayi, di antaranya:

  • Memberikan ASI setidaknya selama enam bulan pertama;
  • Melakukan vaksinasi sesuai dengan jadwal;
  • Cukupi kebutuhan bayi, yaitu 14-17 jam sehari untuk bayi baru lahir (nol hingga tiga bulan), dan duabelas hingga enambelas jam untuk bayi usia 4-12 bulan;
  • Bila perlu, memberikan probiotik pada bayi. Selain baik untuk kesehatan sistem pencernaan, probiotik juga bermanfaat untuk perkembangan sistem kekebalan tubuh bayi. Konsultasikan hal ini lebih dulu dengan dokter;
  • Memberikan vitamin sesuai anjuran dokter;
  • Sempatkan mengajak anak berjemur dan mendapatkan udara segar; 
  • Pastikan anak mendapatkan cukup cairan; dan
  • Setelah bayi mendapatkan MPASI, cukupi asupannya dengan makananan bergizi dan dengan porsi yang sesuai dengan kebutuhannya. 

Nah, setelah mengetahui informasi seputar sistem kekebalan tubuh bayi, maka sebaiknya menjadi lebih bijak jika hendak membawa bayi keluar rumah, ya, Bu.

Editor: Dwi Ratih