Balita

Yuk Cek Gizi Anak Lewat Tabel Status Gizi Balita Menurut WHO

Yuk Cek Gizi Anak Lewat Tabel Status Gizi Balita Menurut WHO

Salah satu cara memastikan pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan dengan baik adalah dengan memantau kecukupan gizinya lewat tabel status gizi balita menurut WHO. Status gizi juga menjadi indikator apakah anak sudah memperoleh nutrisi harian yang cukup dan untuk mengetahui pula bagaimana tubuh mengolah nutrisi tersebut sebagai “bahan bakar” untuk tumbuh dan berkembang. Jika anak sudah memperoleh asupan gizi harian sesuai kebutuhannya, dan tubuhnya mampu mengelolanya secara optimal, bisa dipastikan tumbuh kembangnya juga akan optimal. Namun, bila yang terjadi sebaliknya, pertumbuhan dan perkembangan anak bisa terganggu dan berpengaruh pada kehidupannya di masa mendatang.

Tabel status gizi balita menurut WHO tidak hanya perlu dipahami oleh tenaga medis seperti bidan atau dokter anak saja. Meski mungkin banyak di antara Ibu dan Ayah yang rutin membawa anak imunisasi atau sekadar konsultasi ke dokter anak maupun bidan setiap bulannya, tapi penting juga untuk orangtua memahami cara menghitung maupun cara membaca tabel status gizi balita menurut WHO ini. Memantau status gizi anak, selain untuk mengetahui apakah anak tumbuh sehat, juga dapat menjadi salah satu cara mendeteksi adanya gangguan kesehatan anak sejak dini supaya bisa mendapat penanganan medis lebih cepat. Mengecek status gizi anak juga bisa mencegah anak mengalami kekurangan gizi atau gizi buruk yang mana akan memengaruhi perkembangan tubuhnya secara keseluruhan hingga masa dewasa.

Cara mengetahui status gizi anak tidak bisa disamakan dengan cara mengukur gizi orang dewasa. Untuk mengetahui apakah berat badan orang dewasa sehat atau tidak, biasanya menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat. Namun rumus IMT atau BMI ini tidak dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak karena dinilai tidak akurat. Anak-anak cenderung mengalami perubahan berat badan dan tinggi badan dengan sangat cepat. Mereka bisa tumbuh jauh lebih cepat dibanding orang dewasa. Sejak lahir hingga mencapai usia 18 tahun, tubuh anak akan terus mengalami perubahan. Sementara saat sudah menginjak di atas 18 tahun, pertumbuhan tersebut biasanya mulai berhenti secara bertahap. Inilah yang menyebabkan cara mengecek status gizi anak berbeda dengan orang dewasa, yaitu dengan menggunakan tabel status gizi balita menurut WHO.

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai tabel status gizi balita menurut WHO, ada baiknya Ibu dan Ayah juga mengetahui beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak, selain berat badan dan tinggi badannya.

Indikator untuk Mengetahui Status Gizi Anak


1. Berat badan

Berat badan menjadi indikator pengukuran status gizi anak yang cukup sering dipakai. Berat badan dianggap bisa memberikan gambaran mengenai kecukupan zat gizi baik makro maupun mikro yang terdapat pada tubuh anak. Berat badan yang juga dikenal sebagai pertumbuhan massa jaringan ini lebih cepat berubah dibandingkan tinggi badan, yang cenderung butuh waktu lama untuk bertambah.

2. Tinggi badan

Selain berat badan, indikator lain untuk mengukur status gizi anak bisa dilihat dari tinggi badannya. Berbeda dengan berat badan yang lebih cepat berubah, tinggi badan membutuhkan waktu lebih lama untuk bertambah. Hal ini karena perubahan tinggi badan sangat tergantung pada kualitas makanan yang dikonsumsi anak, bahkan makanan yang dimakan Ibu saat masih mengandung juga berpengaruh lo. Pemberian ASI eksklusif atau tidak juga turut memengaruhi perubahan tinggi badan ini. Makanya, tinggi badan seringkali dipakai sebagai indikator untuk mengetahui masalah gizi kronis atau masalah nutrisi pada anak yang sudah berlangsung lama.

3. Lingkar kepala

Lingkar kepala juga bisa digunakan sebagai indikator status gizi anak, lo. Dengan mengukur lingkar kepala secara rutin setiap bulan (sejak anak bayi sampai 2 tahun), kita jadi punya gambaran bagaimana ukuran serta pertumbuhan otak saat itu, apakah bertambah, atau stagnan. Nantinya ukuran kepala anak bisa dikelompokkan dalam kategori normal, kecil (mikrosefalus), atau besar (makrosefalus). Lingkar kepala yang masuk kategori kecil atau besar menandakan ada masalah perkembangan pada otak anak.

4. Jenis kelamin

Selain beberapa indikator di atas, penting juga untuk melihat jenis kelamin anak, karena status gizi anak akan berbeda antara laki-laki dan perempuan. Anak perempuan biasanya akan tumbuh lebih cepat dibanding laki-laki. Pola pertumbuhan antara keduanya juga berbeda.

5. Usia

Tak hanya jenis kelamin, usia pun juga memengaruhi lo, Bu. Faktor usia penting diperhatikan guna menentukan dan melihat apakah status gizi anak sudah baik atau belum. Meski begitu, tumbuh kembang setiap anak walau berada di usia yang sama juga seringkali berbeda-beda.

Tabel Status Gizi Balita Menurut WHO


Tahun 2006 lalu, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO merilis kurva pertumbuhan untuk menggambarkan pertumbuhan anak mulai usia 0 sampai 59 bulan. Kurva pertumbuhan ini jadi standar baku yang ditetapkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) untuk digunakan tenaga medis di negara kita dalam memantau tumbuh kembang anak sejak lahir sampai usia 5 tahun. Kurva ini tentunya dibuat setelah melewati berbagai penelitian panjang. Jadi, kurva pertumbuhan inipun diyakini dapat mendukung pertumbuhan optimal anak.

Cara Melihat Pertumbuhan Anak Lewat Kurva Pertumbuhan WHO


  1. Tentukan terlebih dahulu umur, panjang atau tinggi badan anak, dan berat badannya.
  2. Tandai angka yang berada pada garis horizontal atau mendatar pada kurva sesuai dengan umur atau tinggi badan anak. Misalnya usia anak 18 bulan, tandai angka 18 yang terdapat pada garis mendatar tersebut.
  3. Lalu tandai angka yang berada pada garis vertikal pada kurva sesuai dengan tinggi, berat, umur, atau IMT anak.
  4. Setelah itu, tarik garis ke kanan (dari angka di garis vertikal) dan tarik garis ke atas (dari angka di garis horizontal) hingga mendapat titik temu (plotted point). Titik temu inilah yang jadi gambaran perkembangan anak berdasarkan kurva pertumbuhan WHO.

Penggunaan grafik pertumbuhan versi WHO ini dibedakan antara anak dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Namun, meski begitu, indikator yang digunakan atau jenis-jenis kurva yang jadi acuan tetap sama, yakni seperti yang dijelaskan di bawah ini:

Kurva Pertumbuhan WHO


1. Kurva berat badan menurut usia (BB/U)

Kurva ini digunakan dengan tujuan untuk mengukur berat badan anak apakah sudah sesuai dengan usianya. Dengan begitu, penilaian ini bisa dipakai untuk mencari tahu adakah kemungkinan anak mengalami kurang gizi, gizi buruk, atau obesitas.

Di kurva ini terdapat garis yang melintang (garis z-score) dengan keterangan angka -3, -2, 0, 2, 3. Sebelumnya, tentukan dulu usia dan berat badan anak. Lalu tarik garis sampai keduanya bertemu di satu titik (caranya seperti yang sudah dijelaskan di atas). Jika plotted poin berada di bawah garis -3, berarti berat badan anak sangat kurang. Berikut lebih jelasnya soal status gizi anak berdasarkan BB/U:

  • Berat badan sangat kurang: di bawah -3;
  • Berat badan kurang: -3 sampai di bawah -2;
  • Berat badan normal: -2 sampai di atas 1; dan
  • Risiko berat badan lebih: di atas 1.

2. Kurva tinggi badan menurut usia (TB/U)

Kurva ini digunakan untuk mengukur tinggi badan sesuai usia anak. Penilaian TB/U juga dipakai untuk mendeteksi penyebab jika ternyata anak memiliki tubuh pendek atau kurang dari usianya. Indikator ini hanya bisa diterapkan pada anak yang sudah berusia 2 tahun hingga 18 tahun, yaitu yang pengukuran tinggi badannya dengan posisi berdiri. Sedangkan bayi di bawah 2 tahun pengukurannya dengan posisi berbaring dan memakai indikator PB/U (panjang badan menurut usia). Berikut status gizi anak berdasarkan TB/U:

  • Tinggi badan sangat kurang / sangat pendek (severe stunting): di bawah -3;
  • Tinggi badan kurang / pendek (stunting): -3 sampai di bawah -2;
  • Tinggi badan normal: -2 sampai 3; dan
  • Tinggi: di atas 3.

3. Kurva berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Kurva ini digunakan untuk mengukur berat badan anak apakah sudah sesuai dengan tinggi badannya. Pengukuran ini juga umum dipakai untuk mengelompokkan status gizi anak, apakah gizi anak baik, atau anak termasuk kurang gizi bahkan gizi buruk. Berikut status gizi anak berdasarkan BB/TB:

  • Gizi buruk (severely wasted): di bawah -3;
  • Gizi kurang (wasted): -3 sampai di bawah -2;
  • Gizi baik (normal): -2 sampai 1;
  • Risiko gizi lebih: di atas 1 sampai 2;
  • Gizi lebih (overweight): di atas 2 sampai 3; dan
  • Obesitas: di atas 3.

Kurva-kurva di atas bisa dilihat di buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang biasanya diberikan kepada orangtua oleh petugas medis setelah bayi lahir. Buku tersebut bisa dibilang merupakan “kitab” wajib para orangtua dalam memantau tumbuh kembang anaknya. Setiap bulan, data anak seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala di buku tersebut harus terus diperbarui. Sebaiknya buku ini dibawa setiap anak pergi ke dokter, entah untuk periksa maupun untuk imunisasi, agar pertumbuhannya terekam dengan baik.

Meski kurva-kurva atau tabel status gizi balita menurut WHO di atas sudah dijadikan standar pemantauan tumbuh kembang balita di banyak negara, namun sebaiknya Ibu tidak menjadikannya sebagai satu-satunya acuan untuk memantau pertumbuhan anak, ya, Bu. Hal ini karena, bisa jadi status gizi anak menurut kurva tersebut masih dalam kategori baik, namun bila kenyataannya berat badan, tinggi badan, atau lingkar kepala anak tidak bertambah dalam beberapa bulan terakhir, ada baiknya Ibu tetap berkonsultasi ke dokter spesialis anak. Karena bisa jadi anak memiliki masalah kesehatan lain yang tidak bisa hanya dilihat dari grafik pertumbuhannya.

Kenaikan berat badan bayi normal bisa berbeda-beda tergantung usianya. Bayi yang baru lahir, pertambahan berat badan minimalnya biasanya lebih tinggi jika dibandingkan balita yang sudah berusia 1 tahun ke atas. Berikut ini pertambahan berat badan bayi normal setiap bulan sesuai usianya:

  • Usia 1 bulan: minimal bertambah 800 gram;
  • Usia 2 bulan: minimal bertambah 900 gram;
  • Usia 3 bulan minimal bertambah 800 gram;
  • Usia 4 bulan: minimal bertambah 600 gram;
  • Usia 5 bulan: minimal bertambah 500 gram;
  • Usia 6 bulan: minimal bertambah 400 gram;
  • Usia 7-17 bulan: minimal bertambah 300 gram; dan
  • Usia 18-24 bulan: minimal bertambah 200 gram.

Pertambahan berat badan di atas dihitung dari berat bayi waktu lahir. Jadi misalnya bayi A lahir dengan berat 3,00 kg. Saat ia berusia 1 bulan, beratnya minimal harus naik jadi 3,800 gram atau 3,8 kg. Di usia 2 bulan beratnya minimal harus 4,7 kg, usia 3 bulan jadi 5,5 kg, dan seterusnya.

Tak hanya berat badan, bayi juga memiliki patokan minimal pertambahan panjang badannya, lo. Rata-rata panjang atau tinggi badan bayi akan bertambah 1,5 hingga 2,5 cm setiap bulan sejak dilahirkan sampai usianya mencapai 6 bulan. Selanjutnya, saat berusia 6 sampai 12 bulan, ia akan bertambah panjang sekitar 1 cm per bulan. Begitu pun dengan lingkar kepala. Namun untuk pertambahan ukuran lingkar kepala bayi normal ini bisa berbeda-beda tergantung jenis kelamin dan usia bayi.

Patokan Ukuran Lingkar Kepala Bayi


1. Bayi perempuan

  • 0 sampai 3 bulan: 34 - 39,5 cm. Tidak normal jika di usia 3 bulan lingkar kepalanya kurang dari 38 cm atau lebih dari 41 cm.
  • 3 sampai 6 bulan: 39,5 - 42 cm. Tidak normal jika di usia 6 bulan lingkar kepalanya kurang dari 41 cm atau lebih dari 43,5 cm.
  • 6 sampai 12 bulan: 42 - 45 cm. Tidak normal jika di usia 12 bulan lingkar kepalanya kurang dari 44,5 cm atau lebih dari 46 cm.

2. Bayi laki-laki

  • 0 sampai 3 bulan: 34,5 - 40,5 cm. Tidak normal jika di usia 3 bulan lingkar kepalanya kurang dari 39,5 cm atau lebih dari 42 cm.
  • 3 sampai 6 bulan: 40,5 - 43 cm. Tidak normal jika di usia 6 bulan lingkar kepalanya kurang dari 42 cm atau lebih dari 45 cm.
  • 6 sampai 12 bulan: 43 - 46 cm. Tidak normal jika di usia 12 bulan lingkar kepalanya kurang dari 45 cm atau lebih dari 49,5 cm.

Itulah berbagai informasi yang perlu orangtua pahami untuk memantau perkembangan status gizi anak. Tapi perlu diingat, jangan gunakan tabel atau kurva pertumbuhan di atas sebagai acuan untuk membandingkan anak sendiri dengan anak orang lain ya. Gunakan kurva tersebut untuk memantau perkembangan si kecil dari waktu ke waktu, dan jangan lupa untuk konsultasi ke dokter anak bila ada masalah pada perkembangan si kecil.

Penulis: Darin Rania
Editor: Dwi Ratih