Kolik adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan tangisan bayi yang tak terkendali dan dialami oleh anak-anak dalam kondisi sehat. Apabila anak Bunda berusia kurang dari 5 bulan dan seringkali menangis hingga 3 jam berturut-turut, tiga kali seminggu, selama tiga minggu lamanya, maka kemungkinan besar si kecil mengalami kolik.
Kolik ini sendiri bukanlah nama suatu penyakit dan tidak akan membahayakan sang buah hati untuk jangka panjang. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kolik dapat menjadi tantangan berat bagi bayi serta para orang tua. Well, daripada kepala pecah gara-gara mendengar tangisan tanpa henti si kecil, yuk baca artikel Ibupedia di bawah ini!
Sampai Kapan Kolik Terjadi?
Untunglah, selalu ada akhir untuk setiap penderitaan. Selalu ada cahaya di ujung terowongan! Puncak kolik terjadi saat si kecil berusia 6 minggu, lalu perlahan-lahan meningkat secara signifikan antara usia 3 atau 4 bulan. Saat si kecil berusia 5 bulan, maka seharusnya kolik ini sudah akan berakhir.
Ih, kok terowongannya panjang amat? Hihi, yang penting kan cahaya pasti datang, Bun! Selama anak masih mengalami kolik, Bunda dapat menambah ilmu tentang cara-cara menenangkan si kecil apabila ia mulai menangis atau berkonsultasi ke dokter perihal masalah ini.
Memang butuh perjuangan ekstra keras, terutama bagi Bunda, selama periode anak mengalami kolik. Oleh karena itu jangan lupa untuk menjaga kesehatan mental Anda sendiri ya, Bun!
Saat merasa stres, keluarlah sejenak bersama sang suami atau minta bantuan keluarga terdekat untuk menjaga anak selama Anda menenangkan diri. Bebaskan diri sejenak dengan menonton di bioskop, berkaraoke, atau sekedar menangis.
Lalu, saat diri Bunda sudah mulai terasa rileks, kembalilah ke rumah dan hadapi sang buah hati dengan tenang. Bertahanlah sebentar lagi, karena toh semuanya pasti akan berakhir.
Tanda-Tanda Kolik Pada Bayi
Kolik biasanya terlihat saat sang buah hati berusia 2 atau 3 minggu pasca kelahiran. Normalnya, bayi akan menangis saat mereka dalam kondisi basah, lapar, kelelahan, atau takut akan sesuatu.
Namun, pada kondisi kolik, bayi seringkali menangis histeris tanpa sebab pada jam-jam tertentu setiap harinya, biasanya ketika petang menjelang atau malam hari.
Saat anak mengalami kolik, maka perutnya akan terlihat membesar. Selain itu si kecil juga lebih sering melebarkan kakinya atau menendang-nendang dan kentut saat ia menangis.
Penyebab Kolik
Penyebab mengapa kolik dapat terjadi adalah salah satu misteri terbesar dalam perkembangan bayi. Ada sekitar 20% anak mengalami kolik ini. Jadi, beruntunglah Bunda apabila si kecil tidak sempat mengalami periode yang menguras mental ini!
Kolik terjadi pada seluruh anak, baik itu bayi yang lahir prematur atau normal, lelaki maupun perempuan, diberi ASI atau mengonsumsi susu formula, semua anak dapat mengalami kolik ini. Karena itulah, tidak ada penyebab pasti mengapa kolik dapat terjadi meskipun ada pendapat-pendapat tertentu yang berusaha menjelaskan terjadinya hal ini.
Kemungkinan pertama, si kecil mengalami kolik karena sistem pencernaannya teramat sensitif. Kolik sendiri berasal dari bahasa latin, kolikos, yang diterjemahkan menjadi 'colon' atau usus.
Sistem pencernaan anak yang baru lahir hanya mengandung sedikit sekali enzim yang dibutuhkan untuk mencerna makanan. Sehingga, proses mencerna protein pada air susu ibu atau susu formula dapat menjadi proses yang cukup menyakitkan bagi sang buah hati.
Akibatnya, si kecil jadi sering melepaskan gas. Tangisan anak juga dapat menjadi penyebab yang memperparah kolik. Saat ia menangis atau menjerit-jerit, maka ia akan menghirup lebih banyak udara sehingga semakin sering kentut.
Nah, apabila kolik memang terjadi karena masalah pencernaan, maka Bunda dapat melihat gejala anak mulai rewel setelah selesai menyusui atau sebelum waktunya anak buang air besar.
Selain itu, apabila Bunda adalah seorang perokok yang bahkan masih sering merokok saat sedang hamil, maka ada kemungkinan dua kali lebih besar anak Anda akan mengalami kolik.
Beberapa ahli juga menyimpulkan bahwa kolik terjadi karena anak ingin melepaskan rasa ketidaknyamanannya terhadap suara dan sensasi-sensasi di sekelilingnya. Apalagi jika anak terlahir dalam kondisi prematur (susunan sarafnya masih dalam tahap perkembangan), maka ada kecenderungan ia masih teramat sensitif terhadap kondisi di sekitarnya.
Menangis adalah cara si kecil melampiaskan kecemasannya tersebut. Bunda dapat mengajak anak ke ruangan yang lebih sepi, tenang, dan cobalah untuk mematikan televisi serta mewanti-wanti anggota keluarga lainnya agar tidak bersuara terlalu keras.
Terlalu banyak memegang atau menggendong tubuh si kecil juga bisa membuatnya merasa tidak nyaman, terlebih jika yang memegangnya adalah orang yang selama ini asing bagi sang buah hati.
Haruskah Membawa Bayi Yang Kolik Ke Dokter?
Membawa anak ke dokter adalah salah satu penanganan terbaik yang dapat Bunda lakukan. Pasalnya, dokter akan lebih mengenal penyebab-penyebab kolik lainnya yang mungkin saja terjadi, seperti infeksi saluran kemih. Dokter juga akan menyarankan perawatan yang lebih tepat bagi sang buah hati.
Namun, apabila selain menangis si kecil juga menunjukkan gejala-gejala lain seperti muntah-muntah, feses yang mengeluarkan darah, bahkan demam, maka sebaiknya Bunda segera melarikan anak ke rumah sakit. Sebab, gejala-gejala di atas tidak ada hubungannya dengan kolik.
Mengatasi Kolik Pada Bayi
Bila bayi menangis lebih dari 3 hari berturut-turut, selama 3 minggu, kemungkinan ia mengalami kolik. Kolik memuncak ketika usia bayi sekitar 6 minggu, dan tangisan bayi berangsur berkurang menjadi satu atau dua jam ketika usianya 3 atau 4 bulan.
Bayi dengan kolik menjadi bertambah parah menangisnya menjelang malam hari. Ini akan terasa sulit bagi orangtua, yang putus asa menenangkan bayi tapi sulit menemukan cara yang tepat.
Sebaiknya Anda periksakan si kecil lebih dulu ke dokter untuk mengetahui kondisi medis yang menyebabkan tangisan bayi. Bila bayi dalam kondisi sehat, dan kolik jadi penyebab tangisannya, coba beberapa tips berikut untuk menenangkan bayi. Dokter mungkin akan memberi saran yang sama.
Bergerak
Gerakan lembut bisa menenangkan, jadi coba ayun tubuh si kecil. Anda bisa meletakkannya di ayunan, tapi bila ia tertidur di ayunan, paling aman bila Anda memindahkannya ke tempat tidur.
Bayi akan tenang lebih mudah bila Anda mengajaknya berjalan-jalan di dalam rumah dengan menggendongnya di depan tubuh Anda. Ia akan lebih suka digendong dekat ke dada dan detak jantung Anda.
Pijatan lembut
Bayi akan menikmati pijatan lembut yang Anda berikan. Tapi Anda juga perlu perhatikan responnya.
Menggunakan suara
Bayi suka suara yang mengingatkannya pada detak jantung serta suara desingan yang lembut yang ia dengar saat berada di dalam rahim. Bayi akan merasa nyaman duduk di dekat mesin pengering atau mesin vakum yang menyala. Atau ia menjadi lebih tenang ketika mendengar suara kipas angin di kamar.
Anda bisa cari suara yang menenangkan lainnya secara online, seperti suara air mancur atau suara alam lainnya.
Ketenangan
Ada bayi yang tenang karena gerakan, suara, atau aktivitas, tapi bayi lainnya merasa lebih baik di kondisi tenang dan gelap.
Coba posisi berbeda
Bayi mungkin merasa paling nyaman ketika digendong di lengan Anda, atau ia lebih suka berada di posisi yang lebih tegak, atau tengkurap di pangkuan Anda. Coba posisi berbeda ketika ia rewel untuk mengetahui apakah ia menyukai satu posisi.
Keluar rumah
Bila Anda kebanyakan berada di dalam ruangan, coba bawa si kecil berjalan-jalan menggunakan stroller atau gendongan. Pemandangan, suara, dan bau di luar ruangan bisa mengalihkan perhatian bayi. Selain itu, udara segar dan gerakan ritmis dari berjalan bisa membuatnya tenang dan tertidur.
Sebaliknya, bila Anda sering berada di luar ruangan bersama bayi, suasana tenang di dalam rumah bisa jadi yang bayi Anda butuhkan.
Membedong
Membungkus tubuh bayi dengan selimut bisa membantunya merasa lebih tenang. Anda bisa membedongnya selama menyusui, sebelum periode kolik, atau sebelum menidurkannya bila ia tidak bisa tenang. Membedong tidak hanya membantu bayi yang mengalami kolik tertidur, ada kemungkinan membedong juga membuat ia tetap terlelap.
Penelitian telah menemukan bahwa bayi yang dibedong dapat tidur lebih tenang dibanding bayi yang tidak dibedong. Ini karena ketika bayi kejang saat tidur, gerakannya bisa membangunkannya.
Sebaiknya letakkan bayi yang dibedong di tempat yang bisa Anda awasi untuk memastikan ia tidak berguling dan wajahnya menghadap kasur. Untuk mengurangi risiko ini, berhenti membedong bayi ketika usianya sekitar 2 bulan atau ketika ia sudah bisa berguling.
Mandikan bayi
Mandi air hangat di tengah waktu kolik bisa mengalihkan perhatian bayi dan membuatnya rileks. Bayi bisa menikmati suara air dan sensasi hangatnya. Beberapa bayi menjadi lebih tenang ketika merasakan guyuran air di punggungnya.
Tawarkan empeng / pacifier
Apapun yang bisa menenangkan bayi di saat seperti ini ibarat penyelamat bagi Anda. Untuk beberapa bayi, menghisap bisa jadi hal yang menenangkan. Anda bisa tawarkan pacifier alias empeng, atau bujuk ia menghisap jarinya dengan perlahan memasukkannya ke mulutnya.
Atasi perut bergas
Gas tidak menyebabkan kolik, tapi beberapa bayi yang kolik mengalami perut bergas karena mereka menelan udara ketika menangis. Jaga posisi bayi tetap tegak selama menyusu, dan sering sendawakan untuk meringankan rasa sakit karena gas.
Gerakan mengayuh
Posisikan bayi telentang di lantai atau kasur, perlahan gerakkan kakinya seperti gerakan mengayuh sepeda untuk membantunya melepas gas.
Gunakan botol berisi air hangat
Beberapa bayi menikmati sensasi hangat di perutnya. Isi botol dengan air hangat-hangat kuku dan bungkus dengan handuk. Jangan gunakan air yang terlalu panas. Letakkan botol di perut bayi dan biarkan ia berbaring di atas tubuh Anda.
Probiotik
Penelitian menunjukkan kalau bayi dengan kolik memiliki bakteri usus berbeda dibanding bayi yang tidak mengalami kolik. Probiotik membantu menurunkan gejala kolik, meski terlalu dini untuk mengetahui apakah probiotik tepat untuk digunakan pada bayi yang kolik. Bila Anda ingin mencoba memberikan probiotik, tanyakan dokter rekomendasi probiotik untuk bayi.
Ubah pola makan Anda
Bila Anda menyusui dan tak ada cara di atas yang berhasil, coba ubah pola makan Anda dengan menghindari produk susu, kafein, bawang, kol, brokoli, dan makanan pedas. Bila bayi minum susu formula, konsultasikan ke dokter tentang beralih ke susu formula kedelai atau susu formula hipoalergenik lainnya.
Obat Atau Suplemen Untuk Meringankan Kolik
Selain probiotik, Anda bisa coba berikan obat tetes antigas (simethicone/mylicon) yang dijual bebas di pasaran. Memang belum ada yang terbukti efektif, tapi obat ini umumnya digunakan untuk nyeri gas pada bayi dan umumnya dianggap aman.
Jangan menenangkan bayi dengan memberikannya salah-satu dari berikut ini:
Sereal atau makanan padat lainnya. Bayi tidak siap untuk mencerna makanan padat, dan pemberian makanan padat tidak membuat kondisinya menjadi lebih baik.
Obat seperti antispasmodik atau antihistamin, karena tidak aman untuk bayi.
Teh atau suplemen herbal. Beberapa penelitian menunjukkan herbal tertentu bisa meredakan kolik, tapi juga tidak aman karena kekuatan, dosis, dan kualitas herbal tidak terjamin. Itu sebabnya banyak ahli tidak menyarankan pemberian herbal pada bayi, meski ada yang berpendapat Anda dapat memberikannya di bawah pengawasan dokter anak.
- Bicara pada dokter sebelum memberikan bayi apapun selain ASI dan susu formula.
Pengaruh Asupan Makanan Bunda Dan Kolik Pada Bayi
Jika anak Bunda masih mengonsumsi ASI maka ada kemungkinan ia mengalami kolik karena kandungan dalam asupan Bunda. Masih banyak sekali kontroversi perihal makanan penyebab kolik, namun produk-produk olahan susu bisa jadi penyebab utamanya.
Jika Bunda masih menyusui, cobalah untuk menjauhkan diri dari keju, susu, dan yoghurt selama beberapa minggu untuk melihat perbedaannya pada kondisi anak. Selain itu, makanan lainnya seperti stroberi, kacang-kacangan, brokoli, kol, produk gandum, makanan pedas, kubis, serta bawang juga dapat menjadi biang keladi terjadinya kolik.
Untuk minuman, Bunda juga sebaiknya menjauhkan diri dari alkohol serta kafein untuk melihat efeknya pada si kecil. Butuh waktu beberapa hari sampai efek pembatasan makanan serta minuman ini terlihat, jadi dibutuhkan kesabaran dan ketelitian untuk mengetahui apa penyebab kolik yang sesungguhnya.
Apabila si kecil kembali rewel setelah Bunda mengonsumsi lagi salah satu makanan di atas, maka selamat! Bunda sudah menemukan pelaku penyebab kolik. Kalau sudah begitu, maka Bunda sebaiknya benar-benar menjauhkan diri sepenuhnya dari makanan tersebut selama kurang lebih 3 bulan sampai sensitivitas bayi Anda berkembang.
Tentunya, menghindari kopi atau tidak lagi memakan keripik pedas kesukaan Bunda hanyalah pengorbanan kecil. Apalagi jika imbalannya adalah Bunda terbebas dari tangisan dan jeritan sang buah hati setiap malam!
Agar Anda Tetap Sabar Menghadapi Bayi Yang Kolik
Bayi yang tidak bisa ditenangkan tentu membuat orangtua baru stres. Bahkan ini bisa membuat Anda ikut menangis. Tak apa Bunda, bila Anda ikut menangis. Dan jangan lupa:
Ketika bayi menolak usaha Anda untuk menenangkannya, atau ia terlihat marah pada Anda, ingatkan diri sendiri kalau ia terlalu kecil untuk memahami konsep menyalahkan orang lain. Dan meski ada cara yang bisa dicoba untuk menenangkannya, kolik tak ada hubungannya dengan kemampuan Anda menjadi orangtua.
Anda tidak bisa mengatasinya sendirian. Bagi tugas merawat bayi bersama pasangan. Minta tolong teman atau kerabat untuk sesekali menggendong bayi agar Anda bisa istirahat atau mandi untuk menyegarkan tubuh.
Bila Anda merasa marah atau frustrasi terhadap bayi, ambil nafas dalam dan perlahan letakkan bayi di kasur. Lalu hubungi teman atau kerabat untuk meminta mereka datang dan menemani bayi ketika Anda menenangkan diri.
Anda mungkin tidak bisa menghentikan tangisan bayi. Kemungkinan menangis adalah apa yang ia butuhkan, dan bantuan terbaik yang bisa Anda berikan adalah menerima ini. Terus gendong bayi Anda, ayun tubuhnya, dan biarkan ia menangis.
(Yusrina & Ismawati)