Beberapa ibu hamil memiliki cairan ketuban terlalu sedikit atau terlalu banyak. Lantas apa artinya ini bagi ibu dan bayi dalam kandungannya? Artikel kali ini akan membahas semua yang perlu Anda ketahui tentang tingkat cairan ketuban.
Selama hamil, saat bayi tumbuh dan berkembang di dalam rahim, ia terlindungi oleh kantong ketuban dan cairan di dalamnya. Cairan ini tidak banyak jumlahnya hingga kehamilan Anda cukup waktu.
Tahukah Bunda? Cairan ketuban memiliki peran sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Cairan ketuban juga bertindak sebagai penahan untuk melindungi bayi dari benturan eksternal dan cedera.
Apa Yang Dimaksud Cairan Ketuban?
Dalam hitungan hari setelah sel telur dibuahi, kantong ketuban mulai terbentuk dan terisi oleh cairan. Cairan ini jernih dan berwarna pucat, awalnya terbentuk dari plasma ibu. Hingga kehamilan usia 12 minggu, cairan ketuban kebanyakan berupa air dengan elektrolit. Di trimester kedua ada protein, karbohidrat, lipid, dan urea, yang membantu pertumbuhan bayi. Sekitar kehamilan 16 minggu, ginjal bayi mulai berfungsi, dan urin janin menjadi sumber utama cairan ketuban. Sumber cairan ketuban lain adalah cairan yang dikeluarkan dari paru-paru bayi.
Fungsi Cairan Ketuban
Awalnya, cairan ketuban diserap oleh kulit dan jaringan tubuh bayi. Pada usia kehamilan sekitar 20 minggu, kulit mulai berubah, dan cairan akan dicerna, bukan lagi diserap. Cairan ketuban bertindak sebagai penghalang untuk melindungi bayi yang sedang berkembang, menjadi bantalan dari benturan atau cedera. Cairan ketuban juga membuat bayi mudah bergerak, yang mendorong perkembangan ototnya.
Cairan ketuban yang ditelan bayi membantu membentuk saluran gastrointestinal. Menelan jadi kemampuan yang penting yang bayi latih saat berada di rahim selama berbulan-bulan, sebagai persiapan untuk menyusu setelah lahir. Cairan ketuban membentuk urin dan menjaga suhu bayi konstan.
Berapa Banyak Cairan Ketuban yang Dibutuhkan Bayi?
Seiring pertumbuhan bayi di rahim, ia akan memproduksi lebih banyak cairan ketuban. Jumlahnya meningkat hingga usia bayi sekitar 32 minggu. Tingkat cairan ketuban kemudian tetap konstan hingga bayi cukup umur (37 hingga 42 minggu), lalu mulai menurun.
Tingkat cairan ketuban mengalami sedikit perubahan ketika bayi menelannya. Ada kemungkinan jumlah air ketuban normal, bisa terlalu banyak atau terlalu sedikit. Perubahan pada tingkat cairan ketuban sering kali mengindikasikan masalah keseimbangan antara produksi cairan dan pembersihannya.
Mengukur Cairan Ketuban
Ada dua pengukuran untuk mengetahui tingkat cairan ketuban di sekitar bayi:
Amniotic Fluid Index (AFI). Metode ini menggunakan jumlah dari 4 kantong cairan vertikal terdalam. Rentang normal untuk AFI adalah 5 hingga 25 cm.
Single Deepest Pocket (SDP). Metode ini mengukur kedalaman kantong cairan terbesar yang terlihat di sekitar janin. Rentang normalnya adalah 2 hingga 8 cm.
Oligohydramnios
Oligohydramnios (cairan ketuban di bawah level normal) memicu intervensi yang tidak perlu seperti induksi, yang meningkatkan resiko cedera atau kematian janin. AFI dan SPD menjadi pengukuran kualitatif untuk volume cairan ketuban. Ini berarti pengukuran ini berupa estimasi bukan pengukuran sebenarnya dari keberadaan cairan. Selain itu, tidak ada definisi jelas untuk pengukuran normal dan abnormal untuk volume cairan yang mendasari diagnosa dokter.
Diagnosa oligohydramnios terjadi ketika tidak ada volume cairan ketuban yang cukup di sekitar bayi. Pengukuran AFI adalah <5 dan SDP <2cm. Sekitar 4 persen ibu hamil didiagnosa oligohydramnios. Pada kebanyakan kasus, penyebabnya tidak diketahui.
Ketika kehamilan mencapai 37 minggu, tingkat cairan secara alami menurun. Tiap ibu dan bayinya unik, dan beberapa mungkin memiliki tingkat yang lebih rendah dibanding rata-rata. Tingkat hidrasi maternal juga berpengaruh, jadi pemeriksaan bisa menunjukkan tingkat yang lebih rendah dari biasanya tapi bisa menjadi normal beberapa hari kemudian, bergantung seberapa banyak cairan yang ibu peroleh. Bila kantong ketuban telah sobek dan terjadi kebocoran, ini bisa menyebabkan tingkat cairan lebih rendah.
Penelitian menunjukkan pada kehamilan yang sehat dan full term, oligohydramnios tidak terkait dengan komplikasi tapi meningkatkan resiko intervensi. Pada situasi tertentu, timbul masalah pada paru-paru bayi. Ini lebih mungkin terjadi pada kondisi medis seperti preeklampsia. Bayi dengan situasi ini biasanya presentasinya kecil dan bisa dengan mudah dirasakan pada perut ibu. Komplikasi oligohydramnios bergantung pada penyebab dan kapan kondisi ini terdiagnosa. Semakin dini terjadi di kehamilan, semakin parah komplikasinya.
Pada awal kehamilan, kekurangan cairan ketuban bisa jadi tanda cacat lahir tertentu pada bayi, atau tanda kalau Anda mengalami sobekan pada kantung yang berisi cairan ketuban. Bila Anda mengalami oligohydramnios, pastikan untuk menjalankan pola makan sehat dan bernutrisi, minum banyak air, banyak istirahat, hindari rokok, dan segera laporkan tanda persalinan apapun pada dokter.
Pada kebanyakan kasus, induksi akan disarankan jika Bunda mengalami oligohydramnios, baik penyebabnya diketahui atau tidak. Peningkatan kemungkinan plasenta tidak berfungsi dengan baik akan terjadi bila penyebabnya karena kondisi tertentu bukan karena penurunan normal di akhir kehamilan.
Tapi induksi juga memiliki resiko kan Bun, karena bayi bisa mengalami stres selama induksi atau bahkan terjadi persalinan spontan. Metode penanganan lain bisa berupa injeksi cairan sebelum persalinan (melalui amniocentesis, jarum dimasukkan ke rahim melalui perut). Selama persalinan, cairan bisa dimasukkan ke rahim dengan kateter. Ini membantu menjaga tali pusar dari tekanan. Ibu hamil yang terdiagnosa oligohydramnios membutuhkan rehidrasi melalui infus yang juga dapat meningkatkan level cairan ketuban.
Polyhydramnios
Polyhydramnios terjadi ketika ada terlalu banyak cairan ketuban di sekitar bayi. Pengukuran SDP adalah >8cm atau AFI >25cm. Sekitar 2 persen ibu hamil mengalami polyhydramnios dan biasanya tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang terkait dengan polyhydramnios:
Kehamilan kembar.
Diabetes maternal, termasuk diabetes gestasional.
Sumbatan pada usus bayi yang mencegah penyerapan cairan ketuban.
Kumpulan cairan di area tertentu pada tubuh bayi (disebut hydrops fetalis).
Bayi tidak menelan cukup cairan.
Bayi memproduksi terlalu banyak urin.
Masalah genetik pada bayi.
Pertumbuhan berlebihan pada pembuluh darah plasental.
Komplikasi polyhydramnios cenderung meningkatkan resiko persalinan prematur, karena tekanan pada rahim oleh cairan berlebih. Bayi juga lebih beresiko bergerak ke posisi yang tidak ideal untuk dilahirkan. Ini bisa berarti tali pusar melintir di depan kepala bayi, yang merupakan kondisi darurat medis.
Abrupsi plasental juga kondisi darurat medis lain yang bisa terjadi karena peningkatan tiba-tiba pada volume cairan. Meski kebanyakan kondisi ini jarang terjadi, kemungkinan dokter akan melakukan investigasi untuk memastikan jika ada penyebab polyhydramnios. Pada sekitar 60 persen kasus, tidak ada penyaebab yang diketahui.
Ada sejumlah pilihan pengobatan bergantung penyebab dan gestasi. Pada beberapa situasi, cairan ketuban yang berlebih bisa diatasi dengan jarum yang bisa menurunkan resiko persalinan prematur. Bila ada kebutuhan lebih mendesak untuk bayi lahir lebih dini, dokter bisa menyobek membran ketuban.
(Ismawati)