Kelahiran

7 Makna di Balik Kelucuan Saat Bayi Senyum

7 Makna di Balik Kelucuan Saat Bayi Senyum

Kehadiran buah hati bagi setiap orangtua adalah sebuah kebahagiaan. Apalagi jika bayi telah dapat merespons orangtuanya. Senyum, merupakan salah satu respons yang dinantikan orangtua, terutama Ibu yang lebih banyak bersama si kecil saat masa awal kehidupannya. Disadari atau tidak, bayi senyum adalah salah satu bentuk komunikasi yang bisa Ibu cari tahu maknanya. Ibu tentu menantikan bayi senyum, kan? Bahagianya terasa luar biasa melihat bayi seolah berinteraksi dengan Ibu melalui senyumnya.

Tapi, tahukah Ibu, kapan bayi mulai tersenyum? Rupanya, bayi senyum terjadi pada masa-masa berbeda di usia kehidupannya. Dilansir dari laman www.justthefactsbaby.com, bayi senyum saat ia terlelap bahkan sejak saat baru lahir. Di usia nol hingga satu bulan pertama kehidupan, senyuman bayi tersebut tidak memiliki arti yang signifikan. Namun Ibu tidak perlu kecewa. Hal ini bukan berarti bayi tidak bahagia, ya. Bayi senyum di usia tersebut merupakan sebuah refleks yang disebut Rapid Eye Movements (REM) yang biasa terjadi saat tidur dan ini sangat wajar terjadi pada newborn.

Memasuki bulan kedua kehidupan, bayi mulai mengembangkan kemampuannya dalam merespons sekitar. Hal ini didukung oleh perkembangan otak dan penglihatannya yang sudah mulai aktif melihat sekitar. Respons inilah yang bayi salurkan lewat senyum. Kemunculan emosi mulai dialami oleh si kecil di bulan kedua hingga keenam kehidupannya. Bayi mulai mengerti bahwa senyumnya bisa memengaruhi orang lain, terutama Ibu sebagai orang yang paling dekat dengannya.

Si kecil juga mulai bisa menyadari rasa nyaman berada di dekat Ibu dan tersenyum sebagai tanda dia merasa aman. Hingga usia satu tahun, arti bayi senyum semakin bervariasi. Ia mulai dapat membuat senyum bahagia, tawa lepas, bahkan senyum jenaka untuk menarik perhatian Ibu agar mau bermain dengannya. Sungguh menggemaskan, bukan? Melihat dari tahapan-tahapan usia bayi senyum, lantas Ibu pasti penasaran, sebenarnya apa arti dibalik bayi senyum itu, ya? Yuk, kita simak 7 hal berikut yang merupakan makna dibalik bayi senyum.


  1. Sst! Bayi Senyum Saat Buang Angin lho!

    Sebenarnya, tidak semua bayi senyum saat benar-benar buang angin. Seperti dipaparkan dalam laman www.parenting.firstcry.com, memang belum ada penelitian yang menegaskan bahwa semua bayi yang tersenyum di minggu-minggu awal usianya adalah pertanda si kecil sedang kentut. Namun, biasanya bayi yang sedang kolik cenderung membuat gerakan untuk mendorongnya ‘berhasil’ mengeluarkan gas berlebih dalam perutnya, dengan refleks tersenyum untuk menandakan kelegaan.


  2. Bayi Senyum Untuk Merespons Lingkungan

    Pada usia dua hingga tiga bulan, bayi senyum sebagai penanda “social communication”. Hal ini dimaksudkan sebagai interaksinya terhadap lingkungan sekitarnya. Penglihatan bayi di usia ini mulai berkembang. Sehingga ia mulai dapat melihat bahwa dunia tempatnya tinggal ini memiliki beragam warna. Ia juga tahu bahwa baik warna, orang-orang, mainan, atau segala sesuatu di sekitarnya dapat mempengaruhi emosinya.

    Bayi mulai dapat mengembangkan emosinya dengan membedakan hal yang membuatnya nyaman, senang, takut, atau sedih. Perasaan senang dan nyaman tentu saja yang paling mempengaruhi bayi senyum. Di fase ini, otaknya yang sedang berkembang juga menyimpan memori-memori bahagia yang biasanya akan muncul kembali saat ia tidur.

    Bila Ibu melihat bayi senyum setelah Ibu menyapanya, atau menunjukkan mainan berwarna mencolok, senyuman bayi ini dapat dikategorikan sudah memiliki makna. Ibu dapat terus menstimulasi kemampuannya bereksplorasi dengan emosinya melalui gerakan yang bervariasi atau suara yang menarik untuk membantu mengoptimalkan perkembangan otaknya.


  3. Teringat Hal Yang Menyenangkan

    Saat manusia tidur, ada refleks yang disebut Rapid Eye Movements (REM). Sama halnya dengan bayi. Di momen ini, mata akan tampak bergerak-gerak meski dalam keadaan terpejam seolah tidak sedang beristirahat. Padahal dalam pergerakan ini, otak sedang mengingat kembali kejadian saat sedang tersadar. Bayi yang sedang terlelap dan mengalami REM rupanya tengah memutar kembali ingatan-ingatan menyenangkan saat ia terjaga. Refleks ini yang menjadi pemicu bayi senyum saat tidur.

    Bila senyuman saat REM di usia nol hingga satu bulan hanyalah sebuah refleks tanpa arti, senyuman REM yang terjadi di usia 3 bulan ke atas adalah reaksi otaknya dalam mengingat hal-hal yang ia sukai dan membuat bayi senyum. Ibu tentu mengira bahwa bayi senyum berarti ia sedang bermimpi indah. Namun sesungguhnya, otak bayi sedang memanggil memori-memori indah untuk ia nikmati lagi dalam tidurnya.

    Sama halnya dengan ingatan-ingatan saat bayi menangis dalam keadaan terjaga, tak jarang si kecil sesekali tampak sedih ketika tertidur karena ingatannya kembali memutar momen-momen sebelumnya. Oleh karena itu, penting bagi Ibu untuk selalu memberikan kenyamanan dan kenangan indah bagi si kecil agar dia senantiasa merasa bahagia meski sedang terlelap.


  4. Penanda Kesehatan dan Perkembangan Bayi

    Tahukah Ibu bahwa bayi senyum dapat berarti bahwa bayi Ibu dalam keadaan sehat dan tumbuh-kembangnya baik. Pada umumnya, di usia dua bulan, bayi sudah dapat tersenyum untuk merespons interaksi di sekitarnya. Saat kunjungan ke dokter pada bulan kedua ini, biasanya dokter akan memastikan bayi Ibu sudah mampu tersenyum. Ini sangat penting untuk diketahui untuk melihat sejauh mana pertumbuhan fisik maupun perkembangan otaknya.

    Bila Ibu mendapati bayi belum tersenyum saat usianya menginjak tiga bulan, maka Ibu perlu waspada. Konsultasikan dengan dokter spesialis anak untuk memastikan pertumbuhan si kecil sehat dan perkembangan otaknya pun baik.

    Namun, ada satu hal lagi yang juga perlu Ibu perhatikan. Terlalu banyak tersenyum bahkan sampai tertawa di usia yang masih terlalu dini juga merupakan penanda bahwa ada hal yang perlu Ibu konsultasikan ke dokter. Karena respons berlebihan pada lingkungan di sekitar juga berarti ada masalah pada perkembangan otaknya.


  5. Menarik Perhatian Ibu

    Di usia sekitar empat bulan, bayi mulai mengerti bahwa Ibu akan memberikan atensi lebih jika ia tersenyum. Pada fase ini, bayi senyum dengan sengaja agar Ibu juga tersenyum padanya. Semakin bertambah usia bayi, Ibu akan mendapati bayi senyum dengan tujuan-tujuan jenaka. Misalnya, saat Ibu ingin bayi senyum, ia justru tidak tersenyum. Namun saat Ibu tidak tersenyum padanya, bayi akan tersenyum demi menarik perhatian Ibu.

    Jika bayi sempat mengalihkan pandangan saat Ibu berusaha membuat bayi senyum, Ibu tidak perlu risau seolah bayi tidak merespon. Hal ini bayi lakukan untuk mengurangi hal-hal yang ia rasa tidak perlu ia lihat. Tujuannya agar ia dapat mengontrol mata dan otaknya supaya tidak berlebihan menerima objek.


  6. Menularkan Kebahagiaan

    Ketika bayi mengerti bahwa senyumnya dapat mempengaruhi orang lain, ia menjadi semakin terampil dalam ‘menularkan’ kebahagiaannya. Bayi senyum di usia sekitar sembilan bulan, dipercaya sebagai fase baru dalam perkembangannya. Laman Romper menyebutkan bahwa pada usia ini bayi telah melangkah ke fase kognitif, di mana ia telah mampu membagi perasaannya kepada orang lain.

    Dalam sebuah interaksinya bersama Ibu, misalnya. Bayi merasa senang saat ia tengah memainkan sesuatu. Ia ingin membagi perasaan bahagianya pada Ibu dengan cara memperlihatkan mainan tersebut sambil tersenyum. Maka otomatis Ibu akan ikut tersenyum, bukan? Yang dapat Ibu lakukan setelahnya adalah meresponsnya dengan baik, agar ia semakin tahu bahwa apa yang ia rasakan berharga dan patut untuk diakui. Ibu dapat melatihnya lagi dengan menawarkan hal lain yang menurut Ibu menarik.


  7. Berlatih Skill Baru

    Seiring berkembangnya otak bayi, tentu kemampuan bayi juga bertambah. Ternyata senyum juga dikategorikan sebagai skill lho! Bahkan, jika otaknya sudah berkembang baik, skill senyum ini akan menjadi bervariasi. Ibu tentu dapat membedakan saat bayi senyum karena senang, saat menggoda Ibu, atau saat ia sedang asyik dengan dunianya sendiri.

    Skill yang biasanya bertambah adalah saat bayi senyum untuk menggoda Ibu. Kebanyakan bayi di usia menjelang satu tahun akan menggoda Ibu dengan melakukan hal-hal yang biasanya Ibu larang. Sudah pasti Ibu akan gemas sendiri melihat tingkahnya. Belum lagi saat bayi senyum untuk merayu Ibu yang pura-pura ngambek, atau saat bayi senyum untuk merayu Ayah agar mendapatkan apa yang ia mau. Ibu mungkin tidak menyangka skill seperti ini akan muncul di usia tersebut. Namun hal-hal tidak diduga ternyata wajar terjadi di periode-periode tumbuh kembangnya.


Tipe Senyuman Bayi

Lantas, seberapa pentingkah makna senyuman-senyuman bayi tersebut? Rupanya, bayi senyum dapat menjadi penanda bahwa ia dalam milestone yang baik. Bayi senyum merupakan milestone penting karena berkaitan dengan perkembangan otaknya. Saat otaknya berkembang dengan baik, maka tahapan fase perkembangannya pun akan berjalan sesuai usianya. Selain itu, hal ini juga mempengaruhi interaksi sosialnya. Bayi yang baru dapat mengoceh tanpa arti, dapat menjadikan senyum sebagai alat untuk berinteraksi dengan sesama. Jangan salah, bila bayi senyum kemudian direspons oleh sekitarnya, dapat membantu bayi mengenal jati dirinya lho. Bayi akan menyadari bahwa dirinya berharga dan perasaannya diakui.

Ada beberapa tipe senyuman yang bayi tunjukkan dalam masa pertumbuhannya.

  1. Senyuman Sebagai Perkembangan Kemampuan Sosialnya

    Senyuman ini merupakan bentuk interaksi sosialnya terhadap lingkungannya atau social smile. Respons sosial yang bayi lakukan ini menjadi penanda bahwa otak dan kemampuan komunikasinya sedang berkembang. Bayi senyum pada tahap ini bisa merupakan reaksi terhadap suara, ekspresi wajah, hingga sentuhan yang membuatnya merasa nyaman.

  2. Senyuman Sebagai Refleks Spontan

    Senyuman yang satu ini memang tidak berarti apa pun. Senyuman ini dikategorikan sebagai milestone yang sama seperti menyusu, menggeliat, atau mengecap. Semakin bertambah usia bayi, senyuman ini semakin sering muncul hanya pada momen REM saja.

  3. Senyuman Sebagai Bentuk Komunikasi

    Senyuman ini adalah reaksi terhadap apa yang bayi suka atau rasa. Berbeda dengan social smile yang ada interaksi dengan orang lain, senyuman komunikasi atau responsif lebih mengarah pada senyuman yang bayi rasakan sendiri. Contoh pada orang dewasa misalnya adalah saat Ibu tiba-tiba tersenyum ketika teringat lelucon yang Ayah buat.

  4. Senyuman Tanda Mengenali Orang Terdekatnya

    Seiring bertambahnya usia, bayi Ibu akan semakin mengenal siapa orang-orang yang sering berinteraksi dengannya. Biasanya kemampuan mengenal ini mulai tampak setelah usianya menginjak 6 bulan. Pada masa ini, bayi senyum saat melihat Ibu atau Ayah yang mendekatinya. Ini bisa jadi kesempatan yang tepat untuk Ibu mulai lebih sering menyebut panggilan Ibu, Ayah, Kakak, atau panggilan untuk orang terdekat lainnya. Meski si kecil masih belum bisa menirukan, namun ingatannya sudah mulai berkembang untuk mengingat apa yang Ibu sampaikan. 

  5. Senyuman Gembira atau Tertawa

    Menjelang usia 1 tahun, si kecil sudah semakin pintar dalam merespons lingkungannya. Si kecil mulai bisa ikut gembira dan tertawa saat Ibu membuat ekspresi lucu atau bermain bersamanya. Pada momen ini, kejutan-kejutan bisa membuat si kecil tertawa lepas bahkan hingga berteriak pertanda dia sangat gembira. Tak jarang, dengan kemampuan bahasanya yang semakin berkembang, bayi senyum juga menunjukkan kegembiraannya sambil mengoceh.


Setelah mengetahui makna bayi senyum pada ulasan di atas, ada baiknya jika Ibu dapat membantu bayi mengoptimalkan kemampuannya lewat reaksi positif saat bayi tersenyum, seperti beberapa contoh di bawah ini:

  • Memeluk - Memeluk bayi yang baru saja memberikan Ibu sebuah senyuman akan membuat bayi merasa nyaman. Ibu bisa menambahkan kata-kata positif seperti “Ibu suka sekali senyummu, I love you, anakku.” untuk membuat bayi merasa senang.

  • Menempelkan Kening dan Hidung – Saat Ibu merasa senang dengan senyuman bayi, Ibu dapat bereaksi dengan menempelkan kening dan hidung Ibu pada kening dan hidung bayi sambil ikut tersenyum. Hal ini akan membuat bayi merasa bahwa Ibu merespons senyumannya dengan senang sekaligus sebagai bentuk ekspresi sayang Ibu pada si kecil.

  • Mengajak Bermain Cilukba – Permainan sederhana seperti cilukba akan membantu bayi menyadari bahwa Ibu senang menghabiskan waktu dengannya. Permainan ini mampu memancing rasa penasaran bayi tentang bagaimana ekpresi Ibu setelah cilukba. Dengan demikian, otaknya dapat dilatih untuk membayangkan kemungkinan apa yang terjadi setelah suatu hal dilakukan.

  • Belajar Berantakan – Rasa penasaran yang tinggi biasanya membuat bayi terkesan seperti suka membuat berantakan benda apa pun dalam jangkauannya. Padahal menurutnya, berantakan adalah hal yang ia sukai dan dapat membuatnya senang. Ibu dapat memancing agar bayi senyum bahagia dengan mengajaknya bermain hal-hal yang membuat berantakan. Bermain dengan tepung terigu, bermain air, bermain dengan bola-bola kecil, membunyikan perlatan dapur sebagai alat musik, atau sekadar menyobek-nyobek kertas.

  • Membuat Suara Hewan – Ibu dapat menirukan suara-suara hewan untuk membuat bayi senyum. Suara-suara hewan tersebut tentunya masih asing di telinga bayi, sehingga bayi akan tertarik dan tersenyum saat Ibu menunjukkan ekspresi lucu.

  • Bermain Ayunan – Saat naik ayunan, bayi mungkin akan merasa sedikit takut. Tapi dengan digendong dan dipeluk Ibu, bayi akan merasa aman sekaligus senang karena merasakan sensasi terbang dan tertiup angin. Secara otomatis bayi akan tersenyum.

Nah, sudahkah Ibu melihat senyum si kecil hari ini?

(Dwi Ratih)