Kelahiran bayi dari rahim Ibunya, biasanya akan segera diikuti dengan tindakan pemotongan tali pusat. Tidakan ini akan dilakukan oleh tenaga kesehatan (atau oleh anggota keluarga yang diberi kesempatan).
Tapi ternyata, ada beberapa aturan pemotongan tali pusat bayi baru lahir yang nggak boleh dilewatkan, lho! Apalagi, saat ini ada beberapa tenaga medis yang turut mendukung penundaan pemotongan tali pusat.
Siapa sangka, hal ini juga bukan tanpa alasan. Yuk, kita simak bersama bagaimana sebenarnya anjuran pemotongan tali pusat menurut WHO dan ahli lain, demi keberlangsungan hidup bayi dalam ulasan berikut ini.
Peran tali pusat
Melansir dari Very Well Family, tali pusat merupakan gabungan dari 2 arteri dan 1 pembuluh vena yang terbalut substansi. Substansi ini disebut Wharton’s Jelly, yang berfungsi untuk melindungi pembuluh darah dari tekanan selama kehamilan dan proses kelahiran bayi.
Oksigen dan nutrisi disalurkan lewat tali pusat dari Ibu ke bayi, yang kemudian diserap dan digunakan bayi untuk tumbuh dan berkembang. Karbondioksida dan sisa pembuangan lainnya dikembalikan ke tubuh Ibu juga untuk dibuang.
Tali pusat terbentuk sejak minggu kelima kehamilan dan bisa mencapai panjang 1 meter. Tali pusat sendiri, dapat menjadi sumber masalah kesehatan pada bayi ketika terlalu pendek atau panjang.
Tali pusat yang tersambung antara plasenta dan bagian tengah perut bayi ini, dapat pula dikatakan sebagai ‘nyawa’ untuk bayi. Plasenta dan tali pusat membantu bayi bertahan di dalam rahim selagi organ tubuhnya berkembang.
Nantinya ketika bayi lahir, plasenta dan tali pusat akan kehilangan fungsinya dan digantikan dengan organ tubuh bayi sendiri. Namun, ada batasan waktu di mana tali pusat masih memberi manfaat pada bayi baru lahir.
Inilah mengapa ada rekomendasi waktu untuk pemotongan tali pusat untuk kebaikan bayi. Hal ini pun wajib diketahui oleh Parents, demi kebaikan si kecil nantinya.
Anjuran pemotongan tali pusat bayi baru lahir
Di masa lampau, tali pusat dipotong 15-20 detik setelah bayi lahir, baik secara pervaginam atau operasi caesar. Kemudian, hal ini direvisi mengingat tali pusat masih memberikan suplai hemoglobin untuk bayi selama tali pusat dan plasenta masih berdenyut.
Pemotongan tali pusat menurut WHO atau World Health Organization adalah 1 menit paska kelahiran bayi, baik yang lahir cukup bulan atau prematur. Pemotongan tali pusat ini, ditujukan pada bayi yang tidak membutuhkan alat bantu napas.
Bahkan untuk mencegah dan atau mengatasi pendarahan paska melahirkan, pemotongan tali pusat menurut WHO dianjurkan 1-3 menit setelah lahir. Meski begitu ada beberapa kondisi yang membuat pemotongan tali pusat sebaiknya dilakukan segera setelah lahir, yaitu:
- Ketika bayi dalam kondisi gagal napas atau tidak bernapas ketika dilahirkan (dengan sebelumnya telah diusap punggungnya 2-3 kali)
- Ketika bayi terlilit tali pusat
- Ketika bayi membutuhkan alat bantu napas atau ventilator dan pemotongan tali pusat akan mempermudah alat digunakan
- Ketika bayi sesak napas
- Ketika plasenta lahir lebih dulu dari bayi
- Kondisi tali pusat keluar lebih dulu dari bayi dan plasenta
- Ibu mengalami plasenta akreta atau plasenta previa.
Berapa cm pemotongan tali pusat bayi sebaiknya dilakukan?
Nah, Ibu pasti penasaran, pemotongan tali pusat berapa cm, ya? Pada batas pemotongan tali pusat berapa cm yang aman bagi bayi, sebuah jurnal di tahun 2011 menganjurkan, sebanyak 5 cm dari dinding perut. Ini karena, sebelumnya ditemukan kasus Morbus Hirschsprung atau terjebaknya feses dalam usus besar, karena pemotongan tali pusat yang terlalu dekat dengan dinding perut.
Meski begitu diperlukan adanya penelitian lebih lanjut tentang risiko pemotongan tali pusat yang terlalu dekat dengan perut. Anjuran pemotongan sebesar 5 cm dari dinding perut, dianggap sebagai jarak aman karena tidak terlalu pendek maupun terlalu panjang.
Manfaat penundaan pemotongan tali pusat di 1 menit pertama
1. Membuat cadangan zat besi bagi bayi
Jurnal tahun 2013 berjudul Effect of Timing of Umbilical Cord Clamping of Term Infants on Maternal and Neonatal Outcomes menyebutkan bahwa, bayi dengan penundaan pemotongan tali pusat di menit pertama memiliki cadangan zat besi hingga bulan ketiga hingga keenam. Hal ini memungkinkan bayi jadi lebih kecil risikonya terkena defisiensi zat besi.
2. Mengurangi risiko transfusi darah pada bayi prematur
Jurnal di tahun 2000 berjudul A Randomised Controlled Trial of Delayed Cord Clamping in Very Low Birth Weight Preterm Infants membuktikan bahwa, penundaan pemotongan tali pusat pada bayi prematur di usia 33 minggu mengurangi risiko transfusi darah di 6 minggu pertama kehidupan.
3. Kemampuan motor (fisik) dan sosial yang lebih baik
Penelitian di tahun 2015 menunjukkan anak laki-laki di usia 4 tahun, memiliki kemampuan motor (fisik) dan sosial yang lebih baik karena penundaan pemotongan tali pusat saat lahir dulu.
4. Mengurangi risiko peradangan
Penundaan pemotongan tali pusat juga membantu mengurangi risiko peradangan pada bayi, karena sel induk masih disalurkan lewat tali pusat. Bahkan, hal ini juga dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya perdarahan di otak.
5. Sistem imun bayi lebih baik
Penundaan pemotongan tali pusat, juga baik bagi sistem imun bayi karena bayi mendapat cukup suplai darah untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya. Ini juga memberi waktu pada paru-paru, untuk bekerja optimal sebelum menggantikan peran plasenta dan tali pusat.
Meski penundaan pemotongan tali pusat memberikan manfaat untuk bayi, risiko jaundice meningkat bila tali pusat terlalu lama belum dipotong. Namun, kondisi ini umum terjadi pada bayi dan bisa diatasi dengan terapi sinar.
Editor: Aprilia