Keluarga

6 Hal Yang Bisa Kamu Lakukan Saat Pasangan Marah

6 Hal Yang Bisa Kamu Lakukan Saat Pasangan Marah

Pernahkah kamu merasa kebingungan dan mati kutu saat menghadapi pasangan marah? Seolah kamu bernafas pun terasa canggung. 

Sebenarnya, ada tipe-tipe marah yang terjadi dalam rumah tangga, yaitu pasangan marah karena berselisih paham dengan mu, pasangan marah tanpa sebab, dan pasangan mudah marah karena temperamen. 

Ketiga hal ini serupa tapi tak sama. Akar masalahnya berbeda tetapi cara menghadapinya bisa dengan cara yang sama.

Saat Pasangan Marah


Ketika kamu berdebat dengan pasangan dan berujung pada pasangan yang marah, situasi akan semakin memanas jika kamu juga marah. Api yang dibalas api akan membakar semua hal, lho. 

Tapi, kalau kamu bertindak sebagai air, maka nggak hanya pasanganmu akan tenang, tapi kalian juga akan menemukan solusi dari masalah kalian.

Pasangan yang tiba-tiba marah tanpa sebab akan sedikit membingungkan. Karena kamu tidak tahu apa pokok masalahnya, kan? 

Nah, kamu perlu tahu, nih bahwa kamu bisa saja bukan penyebab pasangan marah. Bisa saja ia mengalami hari buruk di kantor yang membuatnya frustrasi, atau bahkan kehilangan harga diri. 

Karena pasangan mungkin tidak menemukan cara lain untuk mengekspresikan perasaannya, ia memilih untuk marah.

Berikutnya, menghadapi istri pemarah atau suami suka marah dapat dikatakan sebagai tantangan paling besar. Karena ini berkaitan dengan psikologi pasangan. 

Temperamennya bisa saja berasal dari luka masa kecil yang belum sembuh, meniru seseorang dalam keluarganya dengan sifat yang sama, atau pasangan pernah mendapat kekerasan.

Cara Menghadapi Pasangan Marah


Cobalah untuk menggunakan cara ini saat pasangan marah. Bila kamu belum terbiasa, kamu tetap harus berulang kali mencoba. 

Karena melibatkan perasaan, cara menghadapi pasangan marah tidak bisa instan dilakukan dan memerlukan kepercayaan dirimu sebagai pihak penenang.

1. Jadilah Penetralisir

Bila pasangan marah usai bertengkar denganmu, kamu juga pasti masih dalam kondisi ‘panas’. Kamu perlu mendinginkan dirimu dahulu beberapa lama sampai tenang, baru kemudian jadilah penetralisir. 

Dengan manajemen emosi yang baik, kamu bisa menyelesaikan perasaan marahmu sendiri dengan cepat. Pikirkan banyak hal positif dan belajarlah untuk merelakan ego demi tercapainya solusi bersama.

Nah, berikutnya, kamu bisa mulai ikut menetralisir perasaan pasanganmu. Lakukan dengan tenang, bicara seperti biasa padanya, dan hindari menggunakan kata-kata yang cenderung mengontrol orang lain.

2. Analisis Keadaan Sebelum Mulai Ngobrol


Ketika pasangan marah tanpa sebab, kamu perlu menganalisa keadaan dulu, nih. Pasangan sedang sensitif saat ini. Pemilihan kata saat berbicara dengannya harus tepat.

Bisa saja ada hal yang kamu katakan justru akan menyulut kemarahannya lagi. Sebelum mulai ngobrol, lakukan kebiasaan kalian yang ia sukai. Seperti, menyediakan makanan yang ia suka, memberinya minuman hangat, atau sekedar memijatnya. 

Hal-hal sederhana yang biasa kalian lakukan akan membantu pasangan mengerti bahwa ada kamu yang siap menerimanya dan mendengarkannya jika ia ada masalah. 

Pasangan marah tanpa sebab akan tertutup pada orang lain dan terjebak dalam pikirannya sendiri. Dengan melakukan hal-hal tersebut, secara tidak langsung kamu mengetuk ‘pintu’-nya dan berkata “aku di sini untukmu.”

3. Bicara dengan Tegas

Ketika pasangan marah, egonya sedang tinggi. Kamu perlu bicara dengannya secara tegas tapi tetap berwibawa untuk menunjukkan kepercayaan diri terhadap apa yang kamu katakan.

Menurut laman Good Therapy, cara bicara seperti ini menandakan kamu terbuka padanya, dan nggak hanya tulus, bicara dengan tegas akan membantu pasanganmu membagi perasaan dan membuka pikirannya.

Sehingga apapun yang menjadi alasan pasangan marah, pasanganmu bisa lebih jernih dalam mengambil keputusan.

4. Ngobrol Bareng Pasangan Tentang Kemarahannya


Kalau pasangan sudah membuka hati, diri dan pikirannya, mulailah ngobrol. Biasanya, orang yang sedang marah merasa tidak didengar, nggak dianggap serius atau nggak diapresiasi. U

ntuk itu, jika kamu masih sering menggunakan ungkapan tudingan, cobalah untuk menggantinya dengan ungkapan-ungkapan yang lebih memvalidasi perasaannya. Dengan cara ini, kamu pun sedang berusaha menerima dan mempertimbangkan pemikiran pasangan. 

Bukan berarti kamu harus selalu setuju dengan apa yang pasanganmu pikir atau inginkan. 

Contohnya begini, daripada menggunakan kalimat “Kamu terlalu cepat marah untuk hal biasa seperti itu. Wajar dong kalau aku pengen punya waktu sendirian.” 

Kamu bisa menggantinya dengan I statement: “Jadi maksud kamu, kamu kurang suka aku pergi sendirian lama-lama karena kamu pikir pasangan harusnya bareng terus, gitu ya? Oke aku bisa paham sekarang. Aku coba sampaikan pendapatku, ya.” 

Lalu lanjutkan dengan apa yang kamu pikirkan. Kalimat ini akan menegaskan bahwa kamu menerima pemikiran pasanganmu dan masih ada jalan menemukan penengah agar semua pihak nggak merasa dirugikan.

5. Ajak Pasangan Untuk Menyelesaikan Marah dan Masalah

Dilansir dari Psychology Today, bicara dengan cinta kasih mampu membawa perubahan nggak hanya untuk pasanganmu yang sedang marah, tapi juga untuk seluruh anggota keluarga. Apalagi jika anak-anak terlibat atau melihat orang tuanya berselisih paham

Seperti pemilihan kalimat ini, “Aku tahu kita sama-sama sedang marah. Tapi aku tahu kamu juga merasa kalau cara ini nggak baik buat kita atau anak-anak. Kita bisa pilih cara lain daripada marah dan justru buntu sama solusi. Kita suami-istri. Kita diskusikan tanpa urat saja, ya.”

6. Sabar dan Memaafkan

Marahnya pasangan nggak bisa cepat hilang dalam sekejap. Dia butuh waktu, kamu pun begitu. Perbesar kesabaran dan siapkan rasa maaf.

Cara yang kamu lakukan mungkin nggak instan. Kamu sendiri juga sedang belajar melakukan ketulusan dan keikhlasan. Pelan tapi pasti, kamu dan pasangan akan terbiasa menyelesaikan masalah dengan cara minim marah.

Editor: Dwi Ratih