Keluarga

7 Taktik Mengatur Keuangan Untuk Single Parent

7 Taktik Mengatur Keuangan Untuk Single Parent

Saat menjadi single parent, Ibu tentu akan menghadapi tantangan besar tidak hanya dalam mengurus rumah tangga dan mengasuh anak secara mandiri, tetapi juga dalam mengelola keuangan. Jika saat masih bersama pasangan Ibu bisa membagi tugas dan tanggung jawab tersebut, tidak demikian jika sudah menjadi orangtua tunggal.

Ada yang menjadi single parent karena keharmonisan sudah tidak bisa lagi diperjuangkan di antara suami dan istri sehingga perceraian menjadi jalan terakhir. Tidak sedikit juga yang menjadi single parent karena pasangannya telah meninggal dunia. Kondisi seperti ini mungkin memang tidak diinginkan atau bahkan tidak terbayangkan sebelumnya, namun harus tetap dijalani demi si kecil yang masih membutuhkan sosok orangtuanya. 

Seringkali single parent mengalami shocking moment atau titik terendah pada awalnya yang diakibatkan oleh banyak faktor, seperti kehilangan tulang punggung keluarga dan harus memulai dari nol, sakit keras, pemutusan hubungan kerja, dan keadaan tak terduga lainnya. Dan salah satu problem besar yang harus diatasi adalah soal keuangan.

Dengan menjadi single parent, tentu Ibu diharuskan memikirkan bagaimana caranya mendapatkan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan si kecil, pengelolaan tabungan dan investasi, dana pendidikan dan kesehatan, hingga pengadaan dana darurat untuk keperluan tak terduga nantinya. Dalam melakukannya, tentu Ibu akan menghadapi tantangan-tantangan yang tidak mudah.

Nah, sebelum membahas tips mengatur keuangan untuk single parent, di bawah ini juga tersaji tantangan yang paling sering dihadapi single parent menyangkut kondisi keuangan. Yuk, simak!

  1. Kehilangan Tulang Punggung Keluarga

    Menjadi single parent pada mulanya tentu akan sangat terasa berat, apalagi jika Ibu tidak hanya kehilangan pasangan yang biasanya bekerja sama dalam mengurus anak dan rumah tangga, tetapi juga kehilangan tulang punggung keluarga sebagai penopang finansial. Meski banyak single parent yang berhasil melewati masa kritis di awal ini karena menjadi ibu yang mandiri secara finansial, namun tidak sedikit kasus single parent akibat perceraian atau pasangan meninggal dunia yang mengalami kondisi memprihatinkan karena tidak memiliki penghasilan apa pun sebelumnya.

    Tak jarang kondisi ini memicu stres dan panik karena memikirkan bagaimana melanjutkan hidup tanpa tulang punggung keluarga. Namun, tentu Ibu tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan ya. Meskipun sulit, menjadi single parent bukanlah akhir dari segalanya apabila Ibu mau terus berusaha.

  2. Pengeluaran untuk Pengasuh atau Daycare

    Selain diharuskan menjadi mandiri secara finansial, single parent juga harus memilih keputusan bijak dalam mengelola keuangan yang berkaitan dengan pengasuhan anak. Karena jika Ibu memutuskan untuk bekerja di luar rumah, mau tidak mau Ibu pun harus memikirkan bagaimana si kecil bisa tetap tumbuh dan berkembang dengan baik selama Ibu tidak bisa mendampinginya. Salah satunya adalah dalam mempertimbangkan apakah si kecil lebih baik masuk daycare atau dititipkan pada pengasuh dan kerabat terpercaya?

    Jika Ibu memilih daycare, terlebih dahulu Ibu harus memilih daycare yang memiliki fasilitas dan kurikulum yang baik untuk tumbuh-kembang si kecil. Dengan program yang telah disusun oleh pengelola, Ibu tentu akan merasa lebih tenang karena si kecil akan memiliki kegiatan positif yang mendukung keterampilan dan kemampuan bersosialisasinya. Yang tak kalah penting, memilih daycare juga harus disesuaikan dengan budget dan jam kerja Ibu. Beberapa daycare memiliki kebijakan pembayaran sesuai dengan durasi waktu yang dihabiskan anak selama dititipkan, sehingga Ibu bisa lebih leluasa menyesuaikan dengan jam kerja setiap harinya. Sementara ada juga yang menawarkan pembayaran melalui sistem paket dengan tarif yang lebih murah dan durasi waktu yang telah ditentukan oleh pengelola daycare

    Namun apabila Ibu ingin menggunakan jasa pengasuh anak, Ibu tentu juga harus mempertimbangkan besaran gaji pengasuh sesuai beban kerja yang dilimpahkan kepadanya dalam mengurus si kecil. Selain itu, akan lebih baik jika Ibu memiliki kerabat yang dapat dipercaya untuk mengawasi si kecil selama bersama pengasuh.

  3. Mengesampingkan Keinginan Pribadi

    Ketika menjadi single parent, umumnya orangtua lebih sering mengesampingkan keinginan pribadi supaya penghasilan cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Single parent mungkin akan berpikir seribu kali sebelum memutuskan untuk menggunakan uang untuk keinginan pribadi bahkan untuk hal kecil seperti membeli baju baru. Hal ini sangat lumrah terjadi karena Ibu jadi lebih fokus memenuhi kebutuhan utama rumah tangga dan si kecil.

    Padahal, tidak ada salahnya jika sesekali Ibu mengeluarkan sebagian uang yang Ibu hasilkan untuk mendapatkan apa yang Ibu inginkan. Ibu juga berhak mewujudkan keinginan pribadi selama hal tersebut masih wajar dan tidak mengganggu alokasi dana kebutuhan primer. Ibu bisa menyisihkan sebagian penghasilan untuk menyesap cokelat hangat di kafe sepulang kantor untuk sebelum menjemput si kecil di daycare. Ini bisa menjadi salah satu me time untuk melepas penat.

  4. Tidak Ada Pengganti Saat Kondisi Darurat

    Beruntung apabila saat menjadi single parent, Ibu masih menjalin komunikasi yang baik dengan mantan suami. Pengasuhan si kecil bisa dilakukan bergantian atau menyesuaikan dengan kesepakatan bersama, sehingga Ibu tidak terlalu kewalahan dengan urusan pekerjaan, rumah, dan si kecil sekaligus. Ibu pun bisa sedikit lebih tenang jika alokasi dana untuk kebutuhan si kecil tidak hanya ditanggung oleh salah satu pihak, tapi juga dengan mantan suami/istri. Sehingga beban pekerjaan dan pengeluaran tidak terlalu berat dan ada pengganti yang bisa diandalkan jika sewaktu-waktu ada kondisi darurat.

    Namun, tantangan yang lebih besar tak jarang juga terjadi dan harus dihadapi oleh single parent yang tidak punya pilihan selain meminta bantuan kerabat maupun orang lain saat keadaan darurat seperti sakit dan di-PHK.

Nah, mengingat adanya tantangan-tantangan besar yang harus dijalani single parent dalam mengatur keuangan, Ibu tentu membutuhkan perencanaan dan tips mengelola keuangan agar kebutuhan Ibu dan si kecil selalu terpenuhi.

Tips Mengatur Keuangan untuk Single Parent:    

  1. Rencanakan Dengan Baik

    Beruntung apabila saat awal menjadi single parent, Ibu masih memiliki tabungan yang cukup untuk memulai usaha baru atau mencukupi kebutuhan untuk sementara waktu sembari mencari pekerjaan demi menopang ekonomi keluarga. Namun, sebelum terburu-buru menggunakan semua tabungan untuk membuka usaha, terlebih dahulu Ibu harus membuat susunan rencana yang tepat agar pengelolaan keuangan bisa berjalan dengan baik. Karena kesalahan dalam mengatur keuangan bisa memicu stres dan menggerus kebahagiaan Ibu maupun si kecil.

    Rencana keuangan yang tepat sangatlah penting untuk kesejahteraan Ibu dan si kecil. Saran dari orang lain barangkali diperlukan dan bisa diambil manfaatnya, namun jangan biarkan mereka ikut campur tanpa diminta dalam perencanaan keuangan Ibu karena nantinya Ibu yang akan menjalaninya. Dalam artikel Money Management 101 for Single Parents Going It Alone dijelaskan bahwa pengelolaan keuangan bukanlah keterampilan yang bisa didapat secara instan, akan tetapi memerlukan kecakapan, ketelatenan, dan waktu yang tidak singkat. Dengan membuat rencana dan catatan yang rinci, akan memudahkan Ibu untuk mengetahui pola pemasukan dan pengeluaran, sehingga Ibu bisa memprediksi jumlah pengeluaran di waktu mendatang.

    Berikut contoh perencanaan keuangan awal yang bisa Ibu coba:

    • Menghitung sumber penghasilan bulanan dan tambahan, termasuk jika ayah si kecil masih mampu memberikan nafkah untuk kebutuhan si kecil.

    • Mencatat tabungan dan semua investasi yang Ibu miliki.

    • Membuat daftar dan mendahulukan alokasi dana untuk kebutuhan primer Ibu dan si kecil selama 1 bulan ke depan.

    • Mencatat semua utang, cicilan rumah, hingga tagihan kartu kredit dan menandai tanggal jatuh tempo pembayaran.

    • Lakukan survey dan pertimbangkan besaran biaya yang akan dikeluarkan sebelum memilih daycare atau pengasuh

    • Cermat dalam memilih asuransi pendidikan untuk si kecil dan asuransi kesehatan untuk Ibu dan anak. Pilihlah asuransi yang mengcover hampir semua aspek dengan mempertimbangkan angsuran bulanan yang tidak memberatkan Ibu.

    • Rencanakan konsultasi dengan financial planner jika membutuhkan bantuan.

    Hal yang sama juga berlaku bagi single parent yang tidak mendapatkan bantuan keuangan dari ayah si kecil. Namun, apabila Ibu tidak memiliki penghasilan bulanan saat menjadi single parent, langkah pertama yang harus diambil adalah menggunakan tabungan dan investasi untuk mencukupi kebutuhan dalam sebulan ke depan sembari Ibu segera mencari pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan secara mandiri. 

  2. Dapatkan Pemasukan yang Stabil

    Sebagai kepala rumah tangga, single parent tentu ingin membutuhkan penghasilan yang stabil untuk mencukupi kebutuhannya dan si kecil. Pekerjaan dengan penghasilan yang stabil dapat mempermudah Ibu memperkirakan pengeluaran dalam setiap bulannya. Pemasukan yang stabil juga bisa membuat Ibu lebih tenang dalam mengatur keuangan bahkan untuk beberapa bulan ke depan.

    Keuntungan lain saat Ibu memiliki pemasukan yang stabil adalah dapat menabung dengan rutin dan memiliki pandangan berapa lama waktu dan jumlah yang diperlukan saat menabung untuk mencapai nominal tertentu. Ibu pun bisa cepat notice jika ada pengeluaran yang  tidak seperti biasanya, sehingga Ibu akan lebih mudah dalam menelusuri untuk apa pengeluaran tersebut digunakan.

  3. Utamakan Kebutuhan Primer

    Kebutuhan primer merupakan kebutuhan mendasar yang harus terpenuhi untuk keberlangsungan hidup seperti makanan, pendidikan, dan tempat tinggal yang layak. Bagi sebagian single parent, memenuhi kebutuhan primer tidaklah mudah apalagi jika hanya memiliki penghasilan tunggal dengan segala urusan rumah tangga dan si kecil yang juga menjadi tanggung jawab sepenuhnya. Setidak-tidaknya, akan lebih baik jika Ibu memiliki alokasi dana untuk kebutuhan primer selama tiga bulan ke depan untuk berjaga-jaga jika ada hal tak terduga yang terjadi.

    Namun bukanlah hal yang mustahil bagi Ibu berstatus single parent untuk melakukannya. Yang harus diingat dengan baik adalah memprioritaskan keuangan untuk mencukupi kebutuhan primer terlebih dahulu. Jika hal tersebut sudah terpenuhi, barulah Ibu bisa menyisihkan uang untuk keperluan sekunder dengan tenang. Dalam hal ini, berhemat adalah pilihan bijak di antara memenuhi kebutuhan pokok dan memenuhi keinginan sesaat.

    Ibu harus cermat memilih mana hal  yang penting dan mana yang tidak wajib dimiliki. Untuk memudahkan, Ibu bisa membuat pos-pos keuangan cadangan secara terpisah agar tidak menyentuh alokasi dana untuk kebutuhan primer. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya kebutuhan primer tambahan yang luput dari perhitungan.

  4. Usahakan Melunasi Utang Terlebih Dahulu

    Salah satu godaan besar dalam mengatur keuangan adalah kemudahan dalam proses berhutang dan pengajuan kredit. Sebisa mungkin Ibu sebaiknya menghindari ini apalagi ketika menjadi single parent karena akan berdampak jangka panjang. Namun jika Ibu telanjur memiliki utang dan tagihan kredit, hal penting yang perlu Ibu lakukan adalah mulai melunasinya.

    Utang dan segala jenis cicilan atau tagihan mungkin tidak sedikit jika harus dibayar sekaligus, namun Ibu bisa mulai dengan mencicilnya sesuai dengan kemampuan ekonomi Ibu dengan tetap mengutamakan kebutuhan primer Ibu dan si kecil. Beberapa lembaga penyedia utang dan kredit memiliki kebijakan yang bisa meringankan proses pelunasan, misalnya dengan mengurangi nominal pembayaran tiap bulannya dengan menambah jangka waktu pelunasan.

    Ibu bisa mengajukan keringanan tersebut dan melakukan pembayaran sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Melunasi utang dan tagihan akan mengurangi tanggungan Ibu di masa depan. Semakin cepat utang dan tagihan dilunasi, Ibu bisa semakin merasa tenang tanpa tanggungan.

  5. Investasi Jangka Pendek dan Panjang

    Jangan menunda-nunda melakukan investasi dalam keuangan. Ibu sebaiknya mulai mempertimbangkan investasi jangka pendek dan jangka panjang agar Ibu dan si kecil memiliki jaminan di masa depan. Jumlah nominal investasi tidak harus besar, Ibu bisa menyesuaikan dengan kondisi keuangan dan memilih investasi dengan nominal kecil.

    Namun, Ibu juga harus berhati-hati dalam memilih investasi. Tentu Ibu tidak ingin salah berinvestasi, rugi, bahkan uang yang dikeluarkan hilang percuma bukan? Nah, sebaiknya Ibu memilih jenis investasi yang sudah jelas dan memiliki risiko yang rendah. Memilih beberapa investasi sekaligus juga bisa menjadi alternatif pilihan agar Ibu memiliki beberapa cadangan jaminan. Investasi jangka panjang dan jangka pendek bisa berupa asuransi jiwa dan kesehatan, asuransi pendidikan, emas dan perhiasan, saham, tabungan berjangka, dan sederet pilihan investasi lainnya. 

  6. Dana Darurat

    Keadaan mendesak bisa terjadi kapan saja tanpa terduga. Oleh karena itu, sebagai single parent Ibu harus selalu siaga jika sewaktu-waktu kondisi ini tak terelakkan. Salah satu hal yang bisa Ibu persiapkan adalah dana darurat yang bisa digunakan dalam situasi mendesak dan sangat dibutuhkan, apalagi ada si kecil yang membutuhkan perlindungan dan menjadi tanggung jawab Ibu.

    Dana darurat harus disiapkan sedini mungkin. Melansir dari situs finansialku.com, alokasi dana darurat yang ideal adalah 10% dari total pendapatan dan perlu diusahakan untuk terus ditambah hingga mencapai 6-12 kali lebih besar dari total pendapatan agar dana darurat bisa maksimal digunakan dalam keadaan mendesak.

  7. Pertimbangkan Mencari Penghasilan Tambahan

    Tidak ada salahnya untuk mempertimbangkan pekerjaan sampingan agar menjadi penghasilan tambahan bagi single parent. Penghasilan tambahan bisa Ibu gunakan untuk memenuhi kebutuhan lain yang selama ini hanya cukup untuk menutupi kebutuhan yang hanya bisa terpenuhi dengan penghasilan utama. Akan tetapi Ibu harus selalu ingat bahwa ini hanyalah pekerjaan sampingan yang tidak harus dilakukan selama Ibu yakin bahwa penghasilan dari pekerjaan utama sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan Ibu dan si kecil. Si kecil pun tidak hanya bergantung pada penghasilan Ibu, tetapi juga membutuhkan keberadaan Ibu dalam kesehariannya.

(Dwi Ratih)