Keluarga

7 Tips Pernikahan Kedua Yang Lebih Bahagia Buat Jiwa Dan Raga

7 Tips Pernikahan Kedua Yang Lebih Bahagia Buat Jiwa Dan Raga

Setiap laki-laki dan perempuan yang sudah dewasa, pasti ada yang pernah gagal dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Oleh karenanya, pernikahan kedua pun harus terjadi dengan pasangan yang berbeda.

Pernikahan kedua bukan merupakan sebuah kesalahan atau aib yang harus ditutupi, namun situasinya akan jauh lebih berbeda bila Ayah atau Ibu sudah dikarunia anak dengan pasangan terdahulu. Tentunya hal ini tidak semudah yang dibayangkan ya?

Meski pernikahan kedua sangat dinantikan, namun pastikan anak-anak dengan pasangan terdahulu juga menerima pasangan Ayah atau Ibu dengan baik. Sehingga hubungan keluarga baru ini akan lebih langgeng serta harmonis. 

Nah, bagaimana ya tips pernikahan kedua supaya berjalan lebih baik dari sebelumnya? Adakah hal khusus yang perlu disiapkan?

Tips pernikahan kedua supaya langgeng dan makin harmonis


Melansir dari laman Psychology Today, Mark Banschick, M.D., seorang psikiater dan penulis seri buku The Intelligent Divorce mengungkapkan, setidaknya kamu harus selesai dulu dengan luka pada pernikahan terdahulu. Kemudian, akukan pengenalan yang lebih dalam dengan pasangan baru, lalu mulailah untuk merancang pernikahan kedua.

Setidaknya, Ayah atau Ibu yang ingin melangsungkan pernikahan kedua, harus mulai membicarakan hal-hal berikut ini dengan pasangan barunya:

1. Katakan apa yang membuat tidak nyaman saat pernikahan terdahulu

Saat memiliki pasangan baru yang lebih serius, kamu juga bisa mencoba untuk lebih terbuka dengan ketidaknyamanan yang pernah menjadi huru-hara di pernikahan sebelumnya. Dalam hal ini, komunikasi yang terbuka, diharapkan dapat mewujudkan pernikahan kedua yang lebih langgeng dan terhindar dari kesalahan yang sama di masa lalu.

2. Bicarakan tentang anak-anak dan sebaliknya

Jika pernikahan kedua ini kamu sudah memiliki anak sebelumnya, maka wajib dibicarakan dengan baik. Katakan pada pasangan baru, bahwa kamu sudah memiliki anak dan ingin pasangan baru bisa menjadi Ayah atau Ibu sambung yang baik.

Namun beritahukan hal ini kepada anak-anak juga, katakan pada mereka bahwa saat ini Ayah dan Ibunya sudah berpisah dan hendak menjalin hubungan yang baru. Biasanya akan perlu waktu sedikit lebih lama, supaya anak-anak menerima hal ini.

3. Berikan batasan hubungan dengan mantan


Mungkin tidak akan menjadi masalah yang pelik jika pernikahan terdahulu belum memiliki anak. Namun jika sudah memiliki buah hati, baiknya batasi hubungan dengan mantan dan bicara hanya seputar anak-anak saja.

Melansir dari laman Find a Psychologist, beberapa mantan suami atau istri ada yang merasa bahagia mantan pasangannya dulu akan menjalani pernikahan kedua, namun ada juga yang merasa kesal dengan beragam alasan. Hal ini akan menjadi titik awal munculnya masalah.

Karena kemungkinan orang semacam ini, akan terus-terusan mencari alasan untuk meributkan banyak hal dengan Ayah atau Ibu. Sehingga membuat hubungan pernikahan yang baru saja dijalani menjadi terusik.

Katakan pada pasangan yang baru, bahwa hal ini akan segera terlewati. Serta pastikan kamu punya batasan dengan sang mantan.

4. Ciptakan pola pikir yang realistis dan tidak muluk-muluk

Melansir dari laman The Gottman Institute, tips pernikahan kedua supaya lebih bahagia adalah dengan menciptakan pola pikir realistis dan tidak muluk-muluk. Terimalah konsekuensi, bahwa setiap rumah tangga memang memiliki pasang surutnya sendiri yang tidak bisa dihindarkan, namun harus dihadapi bersama.

Pernikahan kedua memang akan menumbuhkan cinta baru yang kuat, namun tentu saja luka lama akibat perceraian di masa lampau akan terus ada. Pada pasangan baru, sebaiknya tidak menaruh harapan selangit.

Namun, cobalah untuk menapaki jalan baru ini bersama-sama dan jadikan luka masa lalu sebagai pembelajaran.

5. Menjadi lebih bijak pada pernikahan kedua


Tips pernikahan kedua yang bahagia berikutnya adalah, menjadi lebih bijak dibandingkan dengan pernikahan terdahulu. Melansir dari laman Marriage, menjadi lebih bijak bisa dialami oleh semua pasangan pada pernikahan selanjutnya.

Hal ini karena setiap orang pasti akan banyak belajar dari kesalahan di masa lalu. Permasalahan yang sama mungkin muncul juga di pernikahan kedua kali ini, namun karena kamu sudah pernah mengalaminya, maka akan lebih mudah untuk menanggapi hal tersebut. 

Pastikan lakukan semuanya dengan kesabaran penuh dan kepala yang dingin ya!

6. Menikahlah karena alasan yang tepat

Hubungan pernikahan sifatnya adalah suci, maka ada baiknya pada pernikahan kedua kali ini keputusannya diambil lebih matang dan dengan alasan yang tepat. Mengutip dari laman Mild Life Rambler, hindari menikah karena alasan berikut ini:

  • Ingin membuat mantan cemburu
  • Butuh validasi setelah diselingkuhi mantan
  • Menikah karena membutuhkan penopang hidup atau butuh uang
  • Menjajal peruntungan siapa tahu bisa memperbaiki kesalahan di masa lalu
  • Menikah karena tak ingin kesepian.

Masih banyak alasan yang membuat pernikahan kedua kamu hanya akan berakhir pada lubang kegagalan yang sama. Maka berhati-hatilah!

7. Hubungi terapis bila kesehatan mental masih terganggu


Beberapa orang memiliki pengalaman perceraian yang tak biasa, sehingga meninggalkan trauma mendalam. Sebelum memutuskan untuk melangsungkan pernikahan kedua, maka ada baiknya pastikan kamu sembuh dulu dari luka tersebut.

Salah satu tips pernikahan kedua yang sebaiknya tidak dihindari adalah, menemui terapis bila memang kesehatan mental masih terganggu. Pasangan terbaru kamu nantinya, juga berhak mendapatkan pasangan yang sudah sembuh dari trauma masa lalu, supaya dapat menaungi bahtera rumah tangga lebih baik lagi.

Apa yang terjadi pada anak-anak saat orang tuanya menjalani pernikahan kedua?

Tidak semua anak dapat menerima kondisi pernikahan kedua setelah orang tua mereka bercerai. Untuk mengantisipasinya, Ayah dan Ibu bisa mengenal lebih jauh tentang apa yang mungkin anak rasakan pada pernikahan kedua nanti. Beberapa kemungkinan dilansir melalui laman Healthy Children adalah:

  • Merasa kehilangan arah atau bingung dengan situasi yang sedang terjadi
  • Rasa sedih yang mendalam pada anak (ada yang terang-terangan, namun ada juga yang menunjukkan dengan pemberontakan)
  • Rasa percaya diri yang berkurang, terutama dalam bersosialisasi
  • Rasa percaya pada sebuah hubungan pernikahan langgeng yang berkurang, atau menjadi skeptis dalam sebuah hubungan
  • Perasaan canggung karena memiliki Ayah atau Ibu baru yang bukan biologis
  • Adaptasi yang mungkin akan menjadi drama panjang.

Editor: Aprilia