Keluarga

8 Tanda Kehidupan Pernikahan Sedang di Fase Marriage Burnout

8 Tanda Kehidupan Pernikahan Sedang di Fase Marriage Burnout

Burnout adalah hal yang wajar terjadi dalam setiap hubungan, terutama pada kehidupan pernikahan yang sudah berlangsung bertahun-tahun. Istilah marriage burnout sendiri merujuk pada kelelahan emosional dalam berumah tangga.

Hal ini bisa disebabkan banyak faktor, seperti kurangnya perhatian dari pasangan, masalah finansial, anak-anak, komunikasi yang buruk, kehidupan seks yang kering, perbedaan prinsip, keyakinan, dan lain-lain.

Meski terkesan sepele, marriage burnout adalah kondisi psikologis serius yang bisa berujung perceraian jika tak ditangani dengan baik. Tidak mau hal yang sama terjadi padamu, kan? Ini dia tanda-tanda burnout dalam kehidupan pernikahan dan cara mengatasinya:

  1. Merasa Ada yang Kurang

    Mulai merasa ada sesuatu yang hilang dan kurang dari pernikahanmu, tapi tak tahu jelas apa itu dan penyebabnya? Bisa jadi itu adalah fase awal marriage burnout. 

    Perasaan “kurang” dan tidak nyaman ini bisa dipicu oleh banyak hal. Yang paling jamak terjadi adalah masing-masing pihak enggan mengakui kalau ada yang tidak beres dengan kehidupan pernikahan mereka.

    Pengabaian ini secara tidak langsung akan berpengaruh ke kondisi emosional Ibu dan pasangan, lho. Lama-lama pernikahan jadi terasa hambar karena baik suami maupun istri tidak pernah berusaha mencari solusi agar hubungan hangat kembali.

  2. Tidak Adanya Motivasi

    Motivasi merupakan salah satu bahan bakar agar rumah tangga tetap harmonis. Sayangnya, motivasi biasanya menurun seiring bertambahnya usia pernikahan. Nah, ketiadaan motivasi ini juga bisa menjadi pertanda burnout dalam kehidupan pernikahan.

    Motivasi tidak melulu soal mimpi-mimpi besar, kok. Apa pun yang membuatmu bersemangat dalam menjalani kehidupan rumah tangga dengan pasangan adalah hal yang tak ternilai harganya, misalnya anak-anak yang manis, semangat bekerja untuk keluarga, keinginan tampil cantik/tampan di depan pasangan, dll.

  3. Salah Satu Pihak Lebih Suka Menyendiri

    Tentu lebih senang menghabiskan waktu sendiri alias me time bukanlah hal yang buruk. Namun, jika hal ini lebih sering terjadi padamu yang sudah berkeluarga, coba evaluasi kembali hubungan dengan pasangan.

    Lebih suka menyendiri daripada menghabiskan waktu bersama suami atau istri merupakan salah satu tanda marriage burnout dan ada yang salah dari kondisi emosional diri sendiri maupun pasangan.

  4. Tidak Adanya Dukungan dari Pasangan

    Dikutip dari Academia.edu, dukungan dari pasangan adalah aspek penting yang akan membuat kehidupan pernikahan tetap hangat dan harmonis. Ketiadaan support dari suami atau istri akan membuat rumah tangga terasa membosankan. 

    Kosongnya dukungan inilah yang akan membuat seseorang merasa bahwa pasangannya tidak perhatian dan tidak bisa diandalkan sama sekali. Pelan tapi pasti, hal ini akan memicu terjadinya marriage burnout.

  5. Selalu Memikirkan Perceraian

    Ada kalanya rasa kesal terhadap pasangan membuat kita ingin berpisah darinya. Sebetulnya pemikiran semacam ini wajar—selama itu tidak terjadi terlalu sering. 

    Namun, jika ide tentang perceraian terus terpikir di kepala hampir setiap hari, kemungkinan besar memang ada yang kurang sehat dari sebuah kehidupan pernikahan. Perasaan ingin bercerai yang terus memenuhi pikiran adalah tanda kalau salah satu atau kedua belah pihak sedang mengalami kelelahan psikologis berat.

  6. Merasa Terkekang

    Pernikahan semestinya membebaskan, bukan malah memenjarakan. Marriage burnout juga bisa disebabkan oleh ketidakleluasaan gerak akibat kontrol dari pasangan, misalnya tidak boleh menemui teman/keluarga, dilarang membeli sesuatu, dan sebagainya.

    Perasaan dikekang ini akan menyebabkan stres, anxiety, dan mungkin depresi yang akan berdampak buruk pada kesehatan fisik dan psikismu, termasuk penurunan produktivitas saat bekerja.

  7. Terus-Menerus Bad Mood

    Bad mood adalah emosi alami yang normal dialami manusia. Namun, jika perasaan bad mood terus menghampiri sepanjang waktu (terutama sejak berumah tangga), bisa jadi ada yang keliru dari pernikahan kalian berdua.

    Mood yang buruk merupakan tanda terkurasnya energi atau adanya masalah emosional yang serius dalam jangka waktu yang lama. Kehidupan pernikahan yang dipenuhi dengan bad mood dari satu maupun kedua belah pihak akan berakibat negatif bagi masa depan rumah tangga itu sendiri.

  8. Rasa Percaya Diri Rendah

    Salah satu tanda kehidupan pernikahan yang sehat dan harmonis adalah ketika kedua belah pihak punya rasa percaya diri yang tinggi. Baik suami maupun istri selalu berusaha menjadi “versi terbaiknya” di hadapan pasangan.

    Sebaliknya, rendahnya rasa percaya diri atau self-esteem merupakan sinyal terjadinya marriage burnout. Seorang suami atau istri juga sangat mungkin mengalami perasaan insecure akibat tingkah laku pasangannya.

    Pada tahap yang lebih serius, self-esteem yang rendah ini bisa memicu terjadinya beberapa gangguan psikologis, lho, seperti anxiety, depresi, dan hilangnya motivasi. Akibatnya, hubungan dengan suami/istri pun terganggu.

Tips Mengatasi Marriage Burnout dalam Rumah Tangga

Marriage burnout adalah isu serius dalam setiap kehidupan pernikahan. Sering dianggap remeh, kondisi ini ternyata bisa menjadi silent killer yang memadamkan keharmonisan rumah tangga, lho. Lantas, adakah cara mencegah terjadinya marriage burnout?

  • Cari Tahu Penyebabnya

    Segala perasaan tidak nyaman, terkekang, ketiadaan dukungan, dan lain-lain dalam pernikahan adalah akar terjadinya marriage burnout. Dan oleh karena itu, cara terbaik untuk mencegah atau mengatasinya adalah dengan mengidentifikasi penyebabnya.

    Jika sudah diketahui jelas pemicunya, suami istri pun bisa lebih gampang dalam mencari solusi atau penyelesaian masalahnya.

  • Komunikasi 

    Sering kali pernikahan gagal diselamatkan karena kedua belah pihak sama-sama tidak membiasakan diri berkomunikasi. Padahal dalam kasus marriage burnout, komunikasi bisa menjadi jalan keluar terbaik, lho.

    Maka dari itu, biasakan untuk selalu berkomunikasi secara asertif kepada pasangan mengenai apa pun. Bicarakan dengan jujur hal-hal apa yang dirasakan dan sampaikan keinginan dengan jelas pada pasangan. Ingat, komunikasi adalah kunci langgengnya hubungan.

  • Saling Menghibur

    Rasa bosan dalam kehidupan pernikahan bisa ditepis dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan saling menghibur dan selalu ada saat pasangan membutuhkan.

    Kebiasaan-kebiasaan kecil seperti curhat, saling mengirim gambar lucu, dan semacamnya akan membuat ikatan emosionalmu dengan pasangan makin kuat, lho. Ini artinya kalian berdua juga lebih siap dalam menghadapi berbagai ujian di depan, termasuk ujian marriage burnout.

  • Katakan Apa yang Disukai dari Pasangan

    Memuji pasangan ternyata tidak cuma membuatnya merasa diapresiasi dan dicintai lho, tapi juga meminimalisir potensi burnout dalam kehidupan pernikahan yang sudah berjalan selama belasan atau bahkan puluhan tahun.

    Jadi, jangan sungkan atau malu-malu untuk memuji pasangan. Katakan hal-hal apa saja yang paling disukai dari mereka. Jangan pelit juga untuk mengucapkan kalimat-kalimat sayang seperti “I love you”.

    Sebaliknya, hindari selalu mengkritik pasangan tanpa dasar, terlebih dengan kalimat-kalimat negatif yang kurang enak didengar. Menurut Psychology Today, kebiasaan ini akan sangat menyakiti perasaan pasangan dan membuatnya merasa tak berharga.

Kehidupan pernikahan tentu bukan fairy tale yang hanya berisi cerita indah tanpa masalah. Sepanjang perjalanan, akan selalu ada kerikil tajam yang menguji kekuatan cinta kalian berdua.

Ingat, jangan selalu menyalahkan diri. Sebesar apa pun masalah pasti selalu ada jalan keluarnya. Jika tak bisa ditangani sendiri, selalu ada konselor pernikahan yang siap membantu pasutri kapan pun dibutuhkan.

Penulis: Kristal
Editor: Dwi Ratih