Keluarga

Ibu Lebih Mudah Stres? Jangan-Jangan Sedang Alami Mental Load!

Ibu Lebih Mudah Stres? Jangan-Jangan Sedang Alami Mental Load!

Setelah menikah dan menjadi seorang Ibu, kehidupan kita jelas berubah. Ada yang memilih tetap melanjutkan karier dan bekerja kantoran, ada pula yang memilih untuk fokus menjadi Ibu rumah tangga di rumah, sembari mengurus si kecil.

Nah, ketika Ibu memilih untuk fokus mengurus anak dan keluarga di rumah, Ibu juga rentan mengalami mental load. Apalagi kalau Ibu nggak punya waktu untuk beristirahat dan memanjakan diri sendiri.

Dikutip dari Mind Body Green mental load Ibu sendiri merupakan beban kognitif dan emosional yang biasanya sering dialami Ibu saat mengurus anak dan rumah tangga. Mental load sendiri berbentuk non-fisik, sehingga seringkali luput dari perhatian.

Nggak heran, mental load seringkali bikin Ibu jadi mudah stres. Walau Ibu terlihat diam dan baik-baik saja, nyatanya sembari menyuapi anak atau mengerjakan hal lain, ada banyak beban pikiran di kepala Ibu dan mencemaskan ini dan itu.

Yuk, kenali lebih dalam mengenai apa itu mental load dan bagaimana cara merilis mental load tersebut!

Bagaimana mental load memengaruhi Ibu?


Seorang Ibu memang lebih banyak mengemban beban mental, terutama dalam mengurus keluarga. Masih dikutip dari Mind Body Green, menurut Lucia Ciciolla, Ph.D., psikolog dari Oklahoma State University, ia juga pernah melakukan penelitian terkait mengapa mental load kerap dikaitkan oleh seorang Ibu.

Penelitian tersebut menemukan bahwa 9 dari 10 Ibu rumah tangga mengatakan, mereka merasa bertanggung jawab penuh untuk memastikan semua kebutuhan keluarga. Meskipun, terkadang beban tersebut membuat mereka merasa kewalahan, lelah, dan membuat mereka tidak mampu memberikan ruang untuk diri sendiri.

Lalu mengapa mental load kerap dikaitkan dengan seorang Ibu? Dikutip dari Postpartrum Brain budaya dan sejarah zaman dulu kerap melabeli para Ibu. Yup! Baik IRT maupun Ibu bekerja, dianggap bertanggung jawab penuh untuk tetap melaksanakan tugas-tugas rumah tangga mereka.

Mulai dari menyiapkan keperluan keluarga dan menjaga semua tetap teratur, dianggap sebuah tanggung jawab atau beban seorang Ibu. Nggak heran, menurut penelitian dari Bright Horizon tahun 2017 wanita kali lipat rentan mengalami mental load ketimbang pria.

Akibat beban mental besar yang diberatkan dipundak Ibu, maka mereka lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental. Mulai dari burn out, stres atau postpartrum depression setelah melahirkan.

Apa yang bikin mental load Ibu bertambah?


Selain beban pekerjaan mengurus rumah tangga, ada hal lain yang juga kerap membuat mental load Ibu jadi bertambah. Salah satunya leisure gap atau kesenjangan waktu luang antara seorang Ibu dan Ayah.

Berdasarkan studi berjudul The ‘Leisure Gap’ Between Mothers and Fathers pria cenderung lebih banyak memiliki waktu luang dibandingkan wanita. Terlebih jika sudah menjadi orang tua.

Seorang wanita mungkin harus bekerja di kantor, setelahnya meskipun lelah bekerja seharian, ia tetap harus berganti peran menjadi Ibu di rumah mengurus anak dan keluarga. Sementara pria, mungkin bisa lebih santai menjalankan perannya sebagai Ayah, yang hanya bertugas mencari nafkah tanpa memikirkan tugas-tugas rumah tangga.

Belum lagi, beban Ibu yang banyak tugasnya ini justru kerap menerima banyak ketidakadilan. Baik di lingkungan keluarga, maupun di tempat kerja.

Sehingga nggak heran, hal ini sedikit banyak bikin Ibu rentan stres akibat mental load yang bertambah. Terlebih jika Ibu menjalankan peran ganda sebagai orang tua tunggal dan tidak memiliki support sistem, atau sekadar teman berbagi cerita.

Merilis mental load, bisa banget kok!


Ibu yang mengalami mental load rentan alami gangguan mental. Dikutip dari Parents selain stres, beberapa gangguan kesehatan berikut ini juga bisa jadi penyebab Ibu tengah mengalami mental load:

  • Mudah marah atau moody
  • Depresi
  • Kurang tidur, atau bisa mengalami gangguan tidur; insomnia
  • Mudah lupa
  • Lebih sering alami sakit kepala
  • Mencari pelarian dengan mengonsumsi obat-obatan terlarang dan alkohol.

Namun, ternyata mental load Ibu bisa dirilis atau dikelola agar tidak menimbulkan stres, dengan berbagai cara seperti:

1. Menetapkan batasan

Ibu dapat membantu diri sendiri dengan mengatakan “tidak" pada hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan, atau kiranya nggak mampu Ibu tangani. Menerapkan batasan ini sangat penting untuk memaksakan diri Ibu masuk ke dalam kondisi yang rentan membuat Ibu mengalami mental load berlebih.

Batasan ini juga memungkinkan Ibu jadi punya waktu untuk diri sendiri dan menjaga kesehatan mental Ibu. Apalagi seringkali kesehatan mental Ibu ini banyak diabaikan.

2. Bagi tugas dengan pasangan

Pastikan Ibu memiliki komunikasi yang terbuka dengan pasangan. Supaya bisa membicarakan mengenai pembagian tugas rumah tangga ini dengan lebih santai, tanpa memancing emosi.

Kalau kiranya membagi tugas rumah tangga dengan suami ini, agak sulit dilakukan, coba pikirkan untuk merekrut asisten rumah tangga. Ibu juga bisa memberikan tugas-tugas ringan pada si kecil, seperti; membereskan mainan sendiri, atau makan tanpa perlu disuapi.

3. Pastikan Ibu punya waktu me time

Me time Ibu nggak harus selalu dilakukan di luar rumah kok Bu. Sekadar membaca buku dengan tenang atau menikmati semangkuk mie yang masih hangat, juga termasuk me time, lho!

Ibu bisa menyediakan waktu me time dengan bangun lebih pagi dari anak dan suami, kemudian berolahraga atau bermeditasi. Jangan lupa untuk melakukan power nap, meski Ibu punya banyak aktivitas setiap hari.

4. Cari teman curhat atau minta bantuan ahli

Circle pertemanan setelah menikah memang akan jauh lebih sempit dibandingkan saat masih gadis dulu. Sehingga, mungkin agak sulit untuk menceritakan mental load Ibu ke teman dekat.

Kalau kamu memang merasa perlu bantuan, nggak ada salahnya juga untuk meminta bantuan dengan ahli atau psikolog. Meminta bantuan ahli bukan berarti merupakan ‘jalan terakhir’ Ibu ya. Karena, siapa tahu dengan bantuan ahli, beban mental load Ibu jadi bisa teratasi dengan baik.