Belakangan ini, Ibumin dan suami sering sekali membahas tentang perang Israel-Palestina. Terutama terkait adanya video viral yang memperlihatkan sebuah sekolah di Palestina, yang sedang melakukan healing trauma pada anak-anak di sana.
Kemudian, tak lama setelahnya sekolah tersebut luluh lantak, akibat serangan bom yang dilakukan zionis Israel. Sedih dan marah berkecamuk jadi satu dalam hati, bikin hal ini sering jadi pembahasan yang cukup intens dengan suami.
Tanpa sadar, informasi ini juga sampai ke telinga si kecil, hingga muncul pertanyaan mengenai apakah yang dimaksud dengan perang. Menjelaskan soal perang ke anak nyatanya nggak semudah itu.
Banyak jawaban yang justru kesulitan untuk diserap olehnya, hingga muncul pertanyaan baru yang bikin Ibumin jadi bingung untuk menjawabnya. Lalu sebenarnya, bagaimana sih cara tepat untuk menjelaskan soal perang ke anak?
Menjelaskan soal perang, memang jadi topik yang rumit
Yes! Karena nggak semua anak sudah paham mengenai perang. Apalagi, kebanyakan pemberitaan soal perang ini, sedikit banyak menunjukkan tentang korban yang tak bersalah.
Jelas ini merupakan suatu penggambaran yang cukup mengerikan buat anak-anak. Mengutip dari laman Parents psikolog anak Zishan Khan, MD dari Mindpath Health mengatakan, kadang kala dalam menjelaskan soal perang, anak akan mempunyai banyak pertanyaan, dan orang dewasa mungkin merasa mereka hanya punya sedikit jawaban.
Terkadang orang tua justru malah lebih memilih mematikan TV atau memberi tahu anak, bahwa mereka dilarang menonton video tentang topik tersebut. Alih-alih sebagai bentuk empati, nyatanya hal ini malah bikin si kecil jadi makin penasaran.
Pada akhirnya ia akan mencari jawabannya sendiri, dan berakibat menimbulkan informasi yang salah. Bahkan makin memperburuk keadaan, hingga membuat anak jadi trauma hanya karena melihat gambar-gambar yang mengerikan dan ditampilkan di layar TV.
Sehingga menurut Zishan Khan, meskipun saat menjelaskan soal perang ke anak bikin ia jadi ketakutan dan cemas, namun orang tua tetap perlu menjelaskan soal perang dengan bahasa yang lebih baik ke anak. Tujuannya tak lain, untuk meredakan ketakutan dan memastikan tempat tinggalnya aman dari perang tersebut.
Lalu, bagaimana menjelaskan soal perang ke anak?
1. Jelaskan berdasarkan usia
Anak usia 3 tahun, mungkin sudah mulai kritis bertanya. Sehingga pada usia tersebut, ada dua cara yang bisa dilakukan oleh orang tua dalam menjelaskan soal perang ke anak.
Pertama, atur emosi orang tua. Karena terkadang, melihat hal-hal yang mengerikan tersebut tanpa sadar cukup menguras emosi dan menimbulkan rasa cemas.
Parents nggak bisa menjelaskan soal perang ke anak dengan kondisi seperti ini. Sebab hal ini hanya akan membuat anak jadi ikut ketakutan dan panik.
Kedua, tanyakan terlebih dahulu pada anak apa yang mereka ketahui. Bukan tidak mungkin ia justru mendapatkan informasi yang salah.
Kemudian, Parents bisa mulai menjelaskan soal perang dengan bahasa yang lebih ia mengerti. Pisahkan jawaban antara usia balita dan untuk anak usia di atas 5 tahun.
Apalagi pada usia di atas 5 tahun, anak-anak sudah paham soal negara. Sementara anak remaja mungkin sudah bisa lebih kompleks menyerap informasi yang Parents sampaikan.
2. Jelaskan soal makna perang secara netral
Konflik seringkali membawa prasangka dan diskriminasi, baik terhadap suatu masyarakat atau negara. Mengutip dari laman UNICEF saat menjelaskan soal perang ke anak, usahakan agar Parents memiliki penjelasan dan jawaban yang netral.
Hindari memberikan label seperti “orang jahat” dan gunakanlah hal tersebut sebagai kesempatan untuk mendorong rasa kasih sayang, misalnya terhadap keluarga yang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Sekalipun konflik terjadi di negara yang jauh, hal ini dapat memicu diskriminasi di negara kita.
Pastikan anak-anak tidak mengalami atau berkontribusi terhadap penindasan. Jika mereka diolok-olok atau diintimidasi di sekolah, dorong mereka untuk memberi tahu orang dewasa yang mereka percayai mengenai hal ini.
Ingatkan anak bahwa setiap orang berhak mendapatkan rasa aman di sekolah dan di masyarakat. Penindasan dan diskriminasi selalu salah, sehingga inilah pentingnya menyebarkan kebaikan dan mendukung satu sama lain.
3. Giring anak untuk berpartisipasi mengambil tindakan positif
Setelah menjelaskan soal perang, Parents juga bisa menggiring anak dalam berpartisipasi melakukan tindakan positif. Misalnya dengan saling membantu melakukan tindakan keberanian dan kebaikan seperti, ikut penggalangan dana lokal atau bergabung dalam petisi.
Perasaan melakukan sesuatu, betapapun kecilnya, sering kali dapat mendatangkan kenyamanan yang luar biasa.
4. Tutup percakapan dengan lebih hati-hati
Saat mengakhiri percakapan dan menjelaskan soal perang ke anak, penting untuk memastikan bahwa Parents tidak meninggalkan anak dalam keadaan tertekan. Cobalah untuk menilai tingkat kecemasan mereka dengan memperhatikan bahasa tubuh mereka.
Karena terkadang, ada anak yang cenderung overthinking ketika Parents menjelaskan tentang sebuah konflik yang serius. Tugas Parents adalah, mengingatkan mereka bahwa, saat ini sudah ada petugas berwenang yang ditugaskan untuk mengamankan perang.
Jelaskan juga soal pertahanan militer yang dimiliki oleh negara yang sedang konflik tersebut. Serta menjelaskan soal hebatnya pertahanan militer yang negara kita punya, jika suatu saat terjadi konflik.
5. Batasi paparan informasi
Mengutip dari Very Well Family efek dari menjelaskan soal perang pada anak yang lebih besar mungkin akan menimbulkan lebih banyak ketakutan tentang kematian. Bahkan, mungkin akan muncul pikiran-pikiran menjengkelkan yang terus-menerus dan membuat anak merasa tertekan.
Seorang anak yang terus-menerus membicarakan soal perang, atau yang ingin mendapatkan berita lebih banyak mungkin akan kesulitan mengelola kecemasannya. Apalagi jika anak memiliki masalah kesehatan mental atau mereka yang pernah mengalami keadaan traumatis.
Kalau sudah begini, cobalah untuk sesering mungkin menenangkan anak. Selain itu, yang lebih pentingnya lagi usahakan untuk membatasi informasi terbaru mengenai perang ke anak, termasuk dari paparan informasi melalui TV.
Jika dirasa setelah menjelaskan soal perang ke anak, bikin ia makin cemas hingga membuat ia kesulitan tidur, jangan ragu untuk konsultasikan hal ini ke psikolog ya, Parents!