Balita

Tanda Awal Kesulitan Belajar Pada Balita

Tanda Awal Kesulitan Belajar Pada Balita

Bunda, pernahkah Anda cemas melihat si kecil belum mengenal angka dan huruf sementara teman-teman TK-nya justru sudah lancar membaca? Atau Anda bingung mengapa anak Anda belum lancar berbicara padahal sudah hampir masuk SD?

Begini Bunda, pada masa prasekolah maupun TK, anak memang tidak bisa diukur sama rata karena mereka memiliki gaya, cara, dan perkembangan belajar sendiri-sendiri dan unik. Namun jika di masa-masa itu si kecil menunjukkan tanda-tanda ada masalah signifikan saat melihat huruf, angka, atau ketika berbicara, bisa jadi itu tanda awal learning disability (kesulitan belajar).


Apa Itu Kesulitan Belajar?

Kesulitan belajar termasuk kategori gangguan yang disebabkan oleh bagaimana otak memproses informasi sehingga penderita sulit memahami beberapa konsep. Anak dengan gangguan belajar mungkin memahami sebuah kisah dengan sempurna ketika seseorang membacakannya, namun dia perlu berjuang keras menjawab pertanyaan sesudahnya.

Anak lain yang mengalami gangguan belajar seperti ini bisa jadi mudah menyebutkan alfabet dari A hingga Z, namun dia tidak mampu menyebut huruf ketika ditunjukkan satu per satu. Misalnya ketika guru menampilkan kartu dengan huruf P, dia harus berpikir keras huruf apa yang dimaksud.


Tanda Awal Kesulitan Belajar

Apa saja tanda-tanda awal balita yang mengalami kesulitan belajar? Beberapa di antaranya, seperti sudah disebutkan di atas, adalah terlambat berbicara, kesulitan mengeja dan membaca, kesulitan mempelajari kata-kata baru, sukar mempelajari angka, alfabet, nama-nama hari, warna, atau bentuk. Tanda lainnya adalah konsentrasi buruk, sulit mengikuti arahan, sukar memegang krayon atau pensil, dan berjuang keras untuk dapat mengancing baju sendiri, menarik resleting, mengikat tali sepatu, atau menyusun puzzle.

Bunda, anak dengan gangguan belajar biasanya memiliki kecerdasan normal atau justru di atas normal, lho! Hanya saja, kecerdasan ini tidak diimbangi oleh kemampuan mereka mengekspresikan pengetahuannya. Mereka cenderung memiliki masalah ketika harus menyampaikan ilmunya.


Efek Kondisi Kesulitan Belajar Bagi Anak

Pada dasarnya, anak yang mengalami kesulitan belajar hanya ingin ingin bisa menyelesaikan tugasnya –berbicara, membaca, atau melakukan sesuatu-- namun kenyataannya dia kesulitan dan tugasnya tidak kunjung selesai.  Karena sulit menguasai beberapa hal itulah anak dengan learning disability kerap menjadi frustrasi, marah, memiliki kepercayaan diri yang rendah dan bahkan depresi.

Menurut Ron Liebman, psikiater anak di Wynnewood, Pennsylvania, “Informasi yang ada di depan mata dan telinga terkadang tidak dapat diterjemahkan dengan tepat. Akibatnya, yang keluar adalah jawaban yang tidak benar.”


Jenis-Jenis Kesulitan Belajar Pada Anak

Learning disability pada balita biasanya digolongkan dalam tiga kategori: gangguan berbicara atau berbahasa, kemudian gangguan membaca, menulis atau kemampuan berhitung, dan terakhir adalah sejumlah gangguan lain seperti gangguan koordinasi, kemampuan motorik, dan kemampuan mengingat.

Gangguan mana yang paling banyak dialami anak balita? Bermacam-macam. Ada balita yang hanya memiliki satu gangguan seperti disleksia atau diskalkulia (gangguan membaca atau berhitung), namun tak sedikit yang mengalami kombinasi gangguan mulai disleksia, gangguan koordinasi, motorik, dan lainnya. Anak dengan learning disability biasanya juga memiliki masalah sulit memusatkan perhatian.


Mendeteksi Learning Disability Pada Anak

Bagaimana mengevaluasi secara tepat anak menderita gangguan belajar atau tidak? Memang tidak mudah, Bunda. Mendiagnosa learning disability bahkan dianggap cukup kontroversial. Sejumlah pakar meyakini diagnosa gangguan belajar pada anak prasekolah adalah kontroversial karena anak pada usia tersebut mengalami perkembangan yang pesat dan berbeda-beda. Menurut Liebman, learning disability  baru dapat terdiagnosa dengan tajam setelah kelas 3 SD.

Meski masih samar, bukan berarti Anda tidak boleh peduli dengan tanda-tanda awal gangguan belajar si kecil. Bantuan Anda sangat dibutuhkan untuk membuat masa depan akademik sang buah hati lebih baik dari sekarang. Jika Anda khawatir dengan kompetensi anak dalam hal membaca, menulis, mengenal angka, atau berbicara, bicarakan dengan orang lain yang juga dekat dengan anak Anda, misalnya guru sekolahnya.

Guru biasanya bisa mengenali tanda-tanda learning disability pada anak. Namun jika guru anak Anda kurang peka, jangan ragu mendiskusikan masalah ini padanya. Bicarakan pula dengan dokter anak Anda.

Memang, terkadang kekhawatiran Anda tentang learning disability hanyalah masalah keterlambatan sementara dan akan berubah begitu anak tumbuh lebih besar. Namun Bunda, lebih baik tidak menunggu. Jika insting Anda mengatakan ada masalah pada perkembangan anak Anda, segera diskusikan pada guru dan dokter anak Anda.

Nantinya, anak akan mendapatkan evaluasi formal yang biasanya dilakukan oleh psikolog, neuropsychologist, dokter anak, atau psikiater. Saat evaluasi, si kecil akan diminta melakukan beragam tugas menggunakan mainan atau materi pendidikan lainnya.


Mengatasi Kondisi Kesulitan Belajar Pada Anak

Bunda, learning disability bersifat permanen. Meski begitu Anda bisa membantu anak mengatasi gangguan itu, misalnya dengan meminta guru mengajari dengan cara berbeda dari siswa lainnya. Anda juga harus lebih sabar dalam mengajari si kecil.  Tunjukkan dukungan dan kasih sayang Anda kepadanya sehingga dia mendapatkan pengalaman belajar yang positif dan menyenangkan. Tujuan akhir dari pengajaran ini adalah fokus pada kekuatan anak. Jika dia kesulitan membaca alfabet namun sangat menyayangi binatang, Anda bisa menyemangatinya untuk menekuni kesukaannya tersebut dan membantunya menjadi pakar hewan, misalnya.

Orang tua juga perlu meningkatkan kepercayaan diri anak terhadap kemampuan dan kecintaannya akan suatu hal. Rancanglah aktivitas yang Anda tahu anak Anda mampu dan sanggup menyelesaikan dengan baik. Intinya, orang tua sebisa mungkin mendorong semangat anak, memberikan cinta kasih dan kesabaran ekstra sehingga rasa percaya diri anak semakin kuat.

(Dini)